Senin, 31 Desember 2012
Jumat, 14 Desember 2012
TINGKATAN TAUHID
Baik tauhid maupun kemusyrikan ada tingkatan dan tahapannya
masing-masing. Sebelum kita melewati semua tahap dalam tauhid, kita
belum dapat menjadi pengikut atau ahli tauhid (muwahhid) yang sejati.
Tauhid Zat Allah
Yang dimaksud dengan tauhid (keesaan) Zat Allah adalah, bahwa Allah Esa dalam Zat-Nya. Kesan pertama tentang Allah pada kita adalah, kesan bahwa Dia berdikari. Dia adalah Wujud yang tidak bergantung pada apa dan siapa pun dalam bentuk apa pun. Dalam bahasa Al-Qur’an, Dia adalah Ghani (Absolut). Segala sesuatu bergantung pada-Nya dan membutuhkan pertolongan-Nya. Dia tidak membutuhkan segala sesuatu. Allah berfirman:
Hai manusia, kamulah yang membutuhkan Allah. Dan Allah, Dialah Yang Maha Kaya (tidak membutuhkan apa pun) lagi Maha Terpuji. (QS. Fâthir: 15)
Kaum filosof menggambarkan Allah sebagai eksis sendiri, atau sebagai wujud yang eksistensinya wajib. Kesan kedua tentang Allah pada setiap orang adalah, bahwa Allah adalah Pencipta. Dialah Pencipta dan sumber final dari segala yang ada. Segala sesuatu adalah “dari-Nya”. Dia bukan dari apa pun dan bukan dari siapa pun. Menurut bahasa filsafat, Dia adalah “Sebab Pertama”.
Inilah konsepsi pertama setiap orang tentang Allah. Setiap orang berpikir tentang Allah. Dan ketika berpikir tentang Allah, dalam benaknya ada konsepsi ini. Kemudian dia melihat apakah sebenarnya ada suatu kebenaran, kebenaran yang tidak bergantung pada kebenaran lain, dan yang menjadi sumber dari segala kebenaran.
Arti dari Tauhid Zat Allah adalah bahwa kebenaran ini hanya satu, dan tak ada yang menyerupai-Nya. Al-Qur’an memfirmankan:
Tak ada yang menyamai-Nya. (QS. asy-Syûrâ: 11)
Dan tak ada yang menyamai-Nya. (QS. al-Ikhlâsh: 4)
Kaidah bahwa sesuatu yang ada selalu menjadi bagian dari spesies, hanya berlaku pada ciptaan atau makhluk saja. Misal, jika sesuatu itu bagian dari spesies manusia, maka dapat dibayangkan bahwa sesuatu itu adalah anggota dari spesies manusia ini. Namun untuk Wujud Yang Ada Sendiri, kita tidak dapat membayangkan seperti itu. Dia berada di luar semua pikiran seperti itu. Karena kebenaran yang ada Sendiri itu satu, maka sumber dan tujuan alam semesta hanya satu. Alam semesta bukanlah berasal dari berbagai sumber, juga tidak akan kembali ke berbagai sumber. Alam semesta berasal dari satu sumber dan satu kebenaran. Allah berfirman:
Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segalanya.” (QS. ar-Ra’d: 16)
Segala sesuatu akan kembali ke sumber yang satu dan kebenaran yang satu. Kata Al-Qur’an,
Ingatlah bahwa kepada Allah lah kembali segala sesuatu. (QS. asy-Syûrâ: 53)
Dengan kata lain, alam semesta memiliki satu pusat, satu kutub dan satu orbit. Hubungan antara Allah dan alam semesta adalah hubungan Pencipta dan makhluk, yaitu hubungan sebab dan akibat, bukan jenis hubungan antara sinar dan lampu, atau antara kesadaran manusia dan manusia. Betul bahwa Allah tidak terpisah dari alam semesta. Dia bersama segala sesuatu. Al-Qur’an memfirmankan:
Dia bersamamu di mana pun kamu berada. (QS. al-Hadîd: 4)
Namun demikian, ketidakterpisahan Allah dari alam semesta tidaklah berarti bahwa Dia bagi alam semesta adalah seperti sinar bagi lampu atau seperti kesadaran bagi tubuh. Kalau demikian halnya, maka Allah merupakan efek dari alam semesta, bukan sebab dari alam semesta, karena sinar adalah efek dari lampu. Begitu pula, ketidakterpisahan Allah dari alam semesta tidaklah berarti bahwa Allah, alam semesta dan manusia memiliki orientasi yang sama, dan semuanya eksis dengan kehendak dan semangat yang sama. Semua ini adalah sifat makhluk yang adanya karena sesuatu yang lain. Allah bebas dari semua itu. Al-Qur’an memfirmankan:
Mahasuti Tuhanmu yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. (QS. ash-Shâffât: 180)
Tauhid dalam Sif at-sif at Allah
Tauhid Sifat-sifat Allah artinya adalah mengakui bahwa Zat dan Sifat-sifat Allah identik, dan bahwa berbagai Sifat-Nya tidak terpisah satu sama lain. Tauhid Zat artinya adalah menafikan adanya apa pun yang seperti Allah, dan Tauhid Sifat-sifat-Nya artinya adalah menafikan adanya pluralitas di dalam Zat-Nya. Allah memiliki segala sifat yang menunjukkan kesempurnaan, keperkasaan dan ke-indahan, namun dalam Sifat-sifat-Nya tak ada segi yang benar-benar terpisah dari-Nya. Keterpisahan zat dari sifat-sifat dan keterpisahan sifat-sifat dari satu sama lain merupakan ciri khas keterbatasan eksistensi, dan tak mungkin terjadi pada eksistensi yang tak terbatas. Pluralitas, perpaduan dan keterpisahan zat dan sifat-sifat tak mungkin terjadi pada Wujud Mutlak. Seperti Tauhid Zat Allah, Tauhid Sifat-sifat Allah merupakan doktrin Islam dan salah satu gagasan manusiawi yang paling bernilai, yang semata-mata mengkristal dalam mazhab Syiah. Di sini kami kutipkan sebuah kalimat dalam khotbah pertama “Nahj al-Balâghah”[1] yang membenarkan sekaligus menjelaskan gagasan ini:
“Segala puji bagi Allah. Tak ada ahli pidato atau ahli bicara pun yang dapat memuji-Nya dengan memadai. Rahmat dan berkah-Nya tak dapat dihitung oleh ahli hitung sekalipun. Yang paling per-hatian sekalipun tak dapat menyembah-Nya dengan semestinya. Dia tak dapat di mengerti sepenuhnya, sekalipun diupayakan. Dia tak dapat dicapai oleh kecerdasan, sekalipun luar biasa kecerdasan tersebut Sifat-sifat-Nya tak dibatasi oleh pembatas apa pun. Tak ada kata yang dapat menggambarkan-Nya dengan utuh.”
Seperti kita tahu, dalam kalimat di atas digarisbawahi ketakterbatasan Sifat-sifat Allah. Dalam khotbah itu juga, setelah beberapa kalimat, Imam All bin Abi Thalib as berkata:
“Sebenar-benar ketaatan kepada-Nya artinya adalah menafikan pengaitan sifat-sifat kepada-Nya, karena pihak yang dikaiti sifat menunjukkan bahwa pihak tersebut beda dengan sifat yang dikaitkan kepada-Nya, dan setiap sifat-Nya menunjukkan bahwa sifat tersebut beda dengan pihak yang dikaitkan sifat tersebut. Barangsiapa mengaitkan sifat kepada Allah, berarti dia menyamakan-Nya (dengan sesuatu), dan barangsiapa menyamakan-Nya.” (Lihat Nahj al-Balâghah, khotbah 1, hal. 137. ISP. 1984)
Dalam kalimat pertama ditegaskan bahwa Allah memiliki Sifat-sifat (yang Sifat-sifat-Nya tak dibatasi oleh batas-batas). Dalam kalimat kedua juga ditegaskan bahwa Dia memiliki Sifat-sifat, namun diperintahkan untuk tidak mengaitkan sifat-sifat kepada-Nya. Redaksi kalimat-kalimat ini menunjukkan bahwa Sifat-sifat yang dimiliki-Nya tak terbatas seperti halnya ketakterbatasan diri-Nya sendiri, bahwa Sifat-sifat yang dimiliki-Nya identik dengan Zat-Nya, dan sifat-sifat yang tak dimiliki-Nya adalah sifat-sifat yang terbatas dan terpisah dari Zat-Nya dan terpisah satu sama lain. Dengan demikian, Tauhid dalam Sifat-sifat Allah artinya adalah mengakui bahwa Zat Allah dan Sifat-sifat-Nya adalah satu.
Tauhid dalam Perbuatan Allah
Arti Tauhid dalam perbuatan-Nya adalah mengakui bahwa alam semesta dengan segenap sistemnya, jalannya, sebab dan akibatnya, merupakan perbuatan Allah saja, dan terwujud karena kehendak-Nya. Di alam semesta ini tak satu pun yang ada sendiri. Segala sesuatu bergantung pada-Nya. Dalam bahasa Al-Qur’an, Dia adalah pemelihara alam semesta. Dalam hal sebab-akibat, segala yang ada di alam semesta ini bergantung. Maka dari itu, Allah tidak memiliki sekutu dalam Zat-Nya, Dia juga tak memiliki sekutu dalam perbuatan-Nya. Setiap perantara dan sebab ada dan bekerja berkat Allah dan bergantung pada-Nya. Milik-Nya sajalah segala kekuatan maupun kemampuan untuk berbuat.
Manusia merupakan satu di antara makhluk yang ada, dan karena itu merupakan ciptaan Allah. Seperti makhluk lainnya, manusia dapat melakukan pekerjaannya sendiri, dan tidak seperti makhluk lainnya, manusia adalah penentu nasibnya sendiri. Namun Allah sama sekali tidak mendelegasikan Kuasa-kuasa-Nya kepada manusia. Karena itu manusia tidak dapat bertindak dan berpikir semaunya sendiri, “Dengan kuasa Allah aku berdiri dan duduk. “
Percaya bahwa makhluk, baik manusia maupun makhluk lainnya, dapat berbuat semaunya sendiri, berarti percaya bahwa makhluk tersebut dan Allah sama-sama mandiri dalam berbuat. Karena mandiri dalam berbuat berarti mandiri dalam zat, maka kepercayaan tersebut bertentangan dengan keesaan Zat Allah (Tauhid dalam Zat — pen.), lantas apa yang harus dikatakan mengenai keesaan perbuatan Allah (Tauhid dalam Perbuatan — pen.).
Dan katakanlah, “Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan tidak mempunyai penolong (untuk menjaga-Nya) dan kehinaan. Karma itu, agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya. (QS. al-Isrâ’: 111)
Tauhid dalam Ibadah
Tiga tingkatan Tauhid yang dipaparkan di atas sifatnya teoretis dan merupakan masalah iman. Ketiganya harus diketahui dan diterima. Namun Tauhid dalam ibadah merupakan masalah praktis, merupakan bentuk “menjadi”. Tingkatan-tingkatan tauhid di atas melibatkan pemikiran yang benar. Tingkat keempat ini merupakan tahap menjadi benar. Tahap teoretis tauhid, artinya adalah memiliki pandangan yang sempurna. Tahap praktisnya artinya adalah berupaya mencapai kesempurnaan. Tauhid teoretis artinya adalah memahami keesaan Allah, sedangkan tauhid praktis artinya adalah menjadi satu. Tauhid teoretis adalah tahap melihat, sedangkan tauhid praktis adalah tahap berbuat. Sebelum menjelaskan lebih lanjut tentang tauhid praktis, perlu disebutkan satu masalah lagi mengenai tauhid teoretis. Masalahnya adalah apakah mungkin mengetahui Allah sekaligus dengan keesaan Zat-Nya, keesaan Sifat-sifat-Nya dan keesaan perbuatan-Nya, dan jika mungkin, apakah pengetahuan seperti itu membantu manusia untuk hidup sejahtera dan bahagia; atau dan berbagai tingkat dan tahap tauhid, hanya tauhid praktis saja yang bermanfaat.
Sejauh menyangkut kemungkinan mendapat pengetahuan seperti itu, sudah kami bahas dalam buku kami “Prinsip-prinsip Filsafat dan Metode Realisme”. Apakah pengetahuan seperti itu bermanfaat atau justru sebaliknya, itu tergantung pada konsepsi kita sendiri mengenai manusia, kesejahteraan dan kebahagiaannya. Gelombang pemikiran materialistis di zaman modern ini bahkan menyebabkan kaum yang beriman kepada Allah menganggap tak banyak manfaatnya masalah-masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tentang Allah. Mereka memandang masalah-masalah seperti itu sebagai semacam manuver mental dan pelarian dari problem-problem praktis kehidupan. Namun seorang Muslim yang percaya bahwa realitas manusia bukanlah realitas jasmaninya saja, namun realitas sejati manusia adalah realitas spiritualnya dan bahwa hakikat roh manusiawi adalah hakikat pengetahuan dan kesuciannya, tahu betul bahwa apa yang disebut sebagai tauhid teoretis itu sendiri, selain merupakan dasar dari tauhid praktis, merupakan kesempumaan psikologis yang paling tinggi tingkatannya. Tauhid ini mengangkat manusia, membawa manusia menuju Kebenaran Ilahiah, dan membuat manusia menjadi sempurna. Allah SWT berfirman:
Kepada-Nya naik kata-kata yang baik, dan amal saleh dinaikkan-Nya. (QS. Fâthir: 10)
Sisi manusiawi manusia ditentukan oleh pengetahuannya tentang Allah. Pengetahuan manusia bukanlah sesuatu yang terpisah dari manusia itu sendiri. Semakin tahu manusia itu tentang alam semesta, sistemnya dan asal-usulnya, semakin berkembang sisi manusiawi manusia tersebut, yang lima puluh persen substansi sisi manusiawi itu berupa pengetahuan. Dari sudut pandang Islam, khususnya ajaran Syiah, tak ada keraguan sedikit pun bahwa tujuan sisi manusiawi itu sendiri adalah mengetahui tentang Allah, tak soal dengan efek praktis dan sosialnya.
Sekarang kita bahas masalah tauhid praktis. Tauhid praktis atau tauhid ibadah, artinya adalah hanya menyembah atau beribadah kepada Allah saja. Dengan kata lain, tulus ikhlas dalam beribadah kepada Allah. Kemudian akan kami jelaskan bahwa dari sudut pandang Islam, ibadah ada tingkatan-tingkatannya. Tingkatannya yang sangat jelas adalah menunaikan ritus-ritus yang berkaitan dengan penyucian dan pengagungan Allah. Kalau ritus-ritus seperti itu dilakukan untuk selain Allah, artinya adalah keluar total dari Islam. Namun demikian, dari sudut pandang Islam, ibadah bukan hanya tingkatan yang ini saja. Setiap bentuk orientasi spiritual dan menerima sesuatu sebagai ideal spiritual, maka hal itu tergolong ibadah. Al-Qur’an memfirmankan:
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. (QS. al-Furqân: 43)
Kalau kita menaati seseorang yang telah dilarang Allah untuk ditaati, dan tunduk patuh sepenuhnya kepadanya, berarti kita menyembah atau beribadah kepada orang itu. Al-Qur’an mengatakan,
Mereka menjadikan para rabbi dan rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah. (QS. at-Taubah: 31)
Dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. (QS. Âli ‘Imrân: 64)
Dengan demikian tauhid praktis atau tauhid ibadah, artinya adalah menerima Allah saja sebagai yang layak untuk ditaati tanpa pamrih, memandang hanya Dia saja yang menjadi ideal dan arah perilaku, dan menolak selain-Nya serta menganggap selain-Nya tidak layak ditaati tanpa pamrih, atau tidak layak untuk dijadikan ideal. Tauhid ibadah artinya adalah tunduk kepada Allah saja, bangkit untuk-Nya saja, dan hidup untuk-Nya saja, serta mati untuk-Nya saja.
(Nabi Ibrahim berkata): “Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang mendptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang yang mempersekutukan Tuhan”… Katakanlah, “Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya. Dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku, dan aku adalah orang yang pertama tunduk patuh kepada-Nya.” (QS. al-An’am: 79, 162-163)
Tauhid Nabi Ibrahim ini merupakan Tauhid praktis atau Tauhid ibadah. Inilah yang divisualisasikan oleh iman ini: “La ilaha illallah” (tiada Tuhan selain Allah).
Tauhid Zat Allah
Yang dimaksud dengan tauhid (keesaan) Zat Allah adalah, bahwa Allah Esa dalam Zat-Nya. Kesan pertama tentang Allah pada kita adalah, kesan bahwa Dia berdikari. Dia adalah Wujud yang tidak bergantung pada apa dan siapa pun dalam bentuk apa pun. Dalam bahasa Al-Qur’an, Dia adalah Ghani (Absolut). Segala sesuatu bergantung pada-Nya dan membutuhkan pertolongan-Nya. Dia tidak membutuhkan segala sesuatu. Allah berfirman:
Hai manusia, kamulah yang membutuhkan Allah. Dan Allah, Dialah Yang Maha Kaya (tidak membutuhkan apa pun) lagi Maha Terpuji. (QS. Fâthir: 15)
Kaum filosof menggambarkan Allah sebagai eksis sendiri, atau sebagai wujud yang eksistensinya wajib. Kesan kedua tentang Allah pada setiap orang adalah, bahwa Allah adalah Pencipta. Dialah Pencipta dan sumber final dari segala yang ada. Segala sesuatu adalah “dari-Nya”. Dia bukan dari apa pun dan bukan dari siapa pun. Menurut bahasa filsafat, Dia adalah “Sebab Pertama”.
Inilah konsepsi pertama setiap orang tentang Allah. Setiap orang berpikir tentang Allah. Dan ketika berpikir tentang Allah, dalam benaknya ada konsepsi ini. Kemudian dia melihat apakah sebenarnya ada suatu kebenaran, kebenaran yang tidak bergantung pada kebenaran lain, dan yang menjadi sumber dari segala kebenaran.
Arti dari Tauhid Zat Allah adalah bahwa kebenaran ini hanya satu, dan tak ada yang menyerupai-Nya. Al-Qur’an memfirmankan:
Tak ada yang menyamai-Nya. (QS. asy-Syûrâ: 11)
Dan tak ada yang menyamai-Nya. (QS. al-Ikhlâsh: 4)
Kaidah bahwa sesuatu yang ada selalu menjadi bagian dari spesies, hanya berlaku pada ciptaan atau makhluk saja. Misal, jika sesuatu itu bagian dari spesies manusia, maka dapat dibayangkan bahwa sesuatu itu adalah anggota dari spesies manusia ini. Namun untuk Wujud Yang Ada Sendiri, kita tidak dapat membayangkan seperti itu. Dia berada di luar semua pikiran seperti itu. Karena kebenaran yang ada Sendiri itu satu, maka sumber dan tujuan alam semesta hanya satu. Alam semesta bukanlah berasal dari berbagai sumber, juga tidak akan kembali ke berbagai sumber. Alam semesta berasal dari satu sumber dan satu kebenaran. Allah berfirman:
Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segalanya.” (QS. ar-Ra’d: 16)
Segala sesuatu akan kembali ke sumber yang satu dan kebenaran yang satu. Kata Al-Qur’an,
Ingatlah bahwa kepada Allah lah kembali segala sesuatu. (QS. asy-Syûrâ: 53)
Dengan kata lain, alam semesta memiliki satu pusat, satu kutub dan satu orbit. Hubungan antara Allah dan alam semesta adalah hubungan Pencipta dan makhluk, yaitu hubungan sebab dan akibat, bukan jenis hubungan antara sinar dan lampu, atau antara kesadaran manusia dan manusia. Betul bahwa Allah tidak terpisah dari alam semesta. Dia bersama segala sesuatu. Al-Qur’an memfirmankan:
Dia bersamamu di mana pun kamu berada. (QS. al-Hadîd: 4)
Namun demikian, ketidakterpisahan Allah dari alam semesta tidaklah berarti bahwa Dia bagi alam semesta adalah seperti sinar bagi lampu atau seperti kesadaran bagi tubuh. Kalau demikian halnya, maka Allah merupakan efek dari alam semesta, bukan sebab dari alam semesta, karena sinar adalah efek dari lampu. Begitu pula, ketidakterpisahan Allah dari alam semesta tidaklah berarti bahwa Allah, alam semesta dan manusia memiliki orientasi yang sama, dan semuanya eksis dengan kehendak dan semangat yang sama. Semua ini adalah sifat makhluk yang adanya karena sesuatu yang lain. Allah bebas dari semua itu. Al-Qur’an memfirmankan:
Mahasuti Tuhanmu yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. (QS. ash-Shâffât: 180)
Tauhid dalam Sif at-sif at Allah
Tauhid Sifat-sifat Allah artinya adalah mengakui bahwa Zat dan Sifat-sifat Allah identik, dan bahwa berbagai Sifat-Nya tidak terpisah satu sama lain. Tauhid Zat artinya adalah menafikan adanya apa pun yang seperti Allah, dan Tauhid Sifat-sifat-Nya artinya adalah menafikan adanya pluralitas di dalam Zat-Nya. Allah memiliki segala sifat yang menunjukkan kesempurnaan, keperkasaan dan ke-indahan, namun dalam Sifat-sifat-Nya tak ada segi yang benar-benar terpisah dari-Nya. Keterpisahan zat dari sifat-sifat dan keterpisahan sifat-sifat dari satu sama lain merupakan ciri khas keterbatasan eksistensi, dan tak mungkin terjadi pada eksistensi yang tak terbatas. Pluralitas, perpaduan dan keterpisahan zat dan sifat-sifat tak mungkin terjadi pada Wujud Mutlak. Seperti Tauhid Zat Allah, Tauhid Sifat-sifat Allah merupakan doktrin Islam dan salah satu gagasan manusiawi yang paling bernilai, yang semata-mata mengkristal dalam mazhab Syiah. Di sini kami kutipkan sebuah kalimat dalam khotbah pertama “Nahj al-Balâghah”[1] yang membenarkan sekaligus menjelaskan gagasan ini:
“Segala puji bagi Allah. Tak ada ahli pidato atau ahli bicara pun yang dapat memuji-Nya dengan memadai. Rahmat dan berkah-Nya tak dapat dihitung oleh ahli hitung sekalipun. Yang paling per-hatian sekalipun tak dapat menyembah-Nya dengan semestinya. Dia tak dapat di mengerti sepenuhnya, sekalipun diupayakan. Dia tak dapat dicapai oleh kecerdasan, sekalipun luar biasa kecerdasan tersebut Sifat-sifat-Nya tak dibatasi oleh pembatas apa pun. Tak ada kata yang dapat menggambarkan-Nya dengan utuh.”
Seperti kita tahu, dalam kalimat di atas digarisbawahi ketakterbatasan Sifat-sifat Allah. Dalam khotbah itu juga, setelah beberapa kalimat, Imam All bin Abi Thalib as berkata:
“Sebenar-benar ketaatan kepada-Nya artinya adalah menafikan pengaitan sifat-sifat kepada-Nya, karena pihak yang dikaiti sifat menunjukkan bahwa pihak tersebut beda dengan sifat yang dikaitkan kepada-Nya, dan setiap sifat-Nya menunjukkan bahwa sifat tersebut beda dengan pihak yang dikaitkan sifat tersebut. Barangsiapa mengaitkan sifat kepada Allah, berarti dia menyamakan-Nya (dengan sesuatu), dan barangsiapa menyamakan-Nya.” (Lihat Nahj al-Balâghah, khotbah 1, hal. 137. ISP. 1984)
Dalam kalimat pertama ditegaskan bahwa Allah memiliki Sifat-sifat (yang Sifat-sifat-Nya tak dibatasi oleh batas-batas). Dalam kalimat kedua juga ditegaskan bahwa Dia memiliki Sifat-sifat, namun diperintahkan untuk tidak mengaitkan sifat-sifat kepada-Nya. Redaksi kalimat-kalimat ini menunjukkan bahwa Sifat-sifat yang dimiliki-Nya tak terbatas seperti halnya ketakterbatasan diri-Nya sendiri, bahwa Sifat-sifat yang dimiliki-Nya identik dengan Zat-Nya, dan sifat-sifat yang tak dimiliki-Nya adalah sifat-sifat yang terbatas dan terpisah dari Zat-Nya dan terpisah satu sama lain. Dengan demikian, Tauhid dalam Sifat-sifat Allah artinya adalah mengakui bahwa Zat Allah dan Sifat-sifat-Nya adalah satu.
Tauhid dalam Perbuatan Allah
Arti Tauhid dalam perbuatan-Nya adalah mengakui bahwa alam semesta dengan segenap sistemnya, jalannya, sebab dan akibatnya, merupakan perbuatan Allah saja, dan terwujud karena kehendak-Nya. Di alam semesta ini tak satu pun yang ada sendiri. Segala sesuatu bergantung pada-Nya. Dalam bahasa Al-Qur’an, Dia adalah pemelihara alam semesta. Dalam hal sebab-akibat, segala yang ada di alam semesta ini bergantung. Maka dari itu, Allah tidak memiliki sekutu dalam Zat-Nya, Dia juga tak memiliki sekutu dalam perbuatan-Nya. Setiap perantara dan sebab ada dan bekerja berkat Allah dan bergantung pada-Nya. Milik-Nya sajalah segala kekuatan maupun kemampuan untuk berbuat.
Manusia merupakan satu di antara makhluk yang ada, dan karena itu merupakan ciptaan Allah. Seperti makhluk lainnya, manusia dapat melakukan pekerjaannya sendiri, dan tidak seperti makhluk lainnya, manusia adalah penentu nasibnya sendiri. Namun Allah sama sekali tidak mendelegasikan Kuasa-kuasa-Nya kepada manusia. Karena itu manusia tidak dapat bertindak dan berpikir semaunya sendiri, “Dengan kuasa Allah aku berdiri dan duduk. “
Percaya bahwa makhluk, baik manusia maupun makhluk lainnya, dapat berbuat semaunya sendiri, berarti percaya bahwa makhluk tersebut dan Allah sama-sama mandiri dalam berbuat. Karena mandiri dalam berbuat berarti mandiri dalam zat, maka kepercayaan tersebut bertentangan dengan keesaan Zat Allah (Tauhid dalam Zat — pen.), lantas apa yang harus dikatakan mengenai keesaan perbuatan Allah (Tauhid dalam Perbuatan — pen.).
Dan katakanlah, “Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan tidak mempunyai penolong (untuk menjaga-Nya) dan kehinaan. Karma itu, agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya. (QS. al-Isrâ’: 111)
Tauhid dalam Ibadah
Tiga tingkatan Tauhid yang dipaparkan di atas sifatnya teoretis dan merupakan masalah iman. Ketiganya harus diketahui dan diterima. Namun Tauhid dalam ibadah merupakan masalah praktis, merupakan bentuk “menjadi”. Tingkatan-tingkatan tauhid di atas melibatkan pemikiran yang benar. Tingkat keempat ini merupakan tahap menjadi benar. Tahap teoretis tauhid, artinya adalah memiliki pandangan yang sempurna. Tahap praktisnya artinya adalah berupaya mencapai kesempurnaan. Tauhid teoretis artinya adalah memahami keesaan Allah, sedangkan tauhid praktis artinya adalah menjadi satu. Tauhid teoretis adalah tahap melihat, sedangkan tauhid praktis adalah tahap berbuat. Sebelum menjelaskan lebih lanjut tentang tauhid praktis, perlu disebutkan satu masalah lagi mengenai tauhid teoretis. Masalahnya adalah apakah mungkin mengetahui Allah sekaligus dengan keesaan Zat-Nya, keesaan Sifat-sifat-Nya dan keesaan perbuatan-Nya, dan jika mungkin, apakah pengetahuan seperti itu membantu manusia untuk hidup sejahtera dan bahagia; atau dan berbagai tingkat dan tahap tauhid, hanya tauhid praktis saja yang bermanfaat.
Sejauh menyangkut kemungkinan mendapat pengetahuan seperti itu, sudah kami bahas dalam buku kami “Prinsip-prinsip Filsafat dan Metode Realisme”. Apakah pengetahuan seperti itu bermanfaat atau justru sebaliknya, itu tergantung pada konsepsi kita sendiri mengenai manusia, kesejahteraan dan kebahagiaannya. Gelombang pemikiran materialistis di zaman modern ini bahkan menyebabkan kaum yang beriman kepada Allah menganggap tak banyak manfaatnya masalah-masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tentang Allah. Mereka memandang masalah-masalah seperti itu sebagai semacam manuver mental dan pelarian dari problem-problem praktis kehidupan. Namun seorang Muslim yang percaya bahwa realitas manusia bukanlah realitas jasmaninya saja, namun realitas sejati manusia adalah realitas spiritualnya dan bahwa hakikat roh manusiawi adalah hakikat pengetahuan dan kesuciannya, tahu betul bahwa apa yang disebut sebagai tauhid teoretis itu sendiri, selain merupakan dasar dari tauhid praktis, merupakan kesempumaan psikologis yang paling tinggi tingkatannya. Tauhid ini mengangkat manusia, membawa manusia menuju Kebenaran Ilahiah, dan membuat manusia menjadi sempurna. Allah SWT berfirman:
Kepada-Nya naik kata-kata yang baik, dan amal saleh dinaikkan-Nya. (QS. Fâthir: 10)
Sisi manusiawi manusia ditentukan oleh pengetahuannya tentang Allah. Pengetahuan manusia bukanlah sesuatu yang terpisah dari manusia itu sendiri. Semakin tahu manusia itu tentang alam semesta, sistemnya dan asal-usulnya, semakin berkembang sisi manusiawi manusia tersebut, yang lima puluh persen substansi sisi manusiawi itu berupa pengetahuan. Dari sudut pandang Islam, khususnya ajaran Syiah, tak ada keraguan sedikit pun bahwa tujuan sisi manusiawi itu sendiri adalah mengetahui tentang Allah, tak soal dengan efek praktis dan sosialnya.
Sekarang kita bahas masalah tauhid praktis. Tauhid praktis atau tauhid ibadah, artinya adalah hanya menyembah atau beribadah kepada Allah saja. Dengan kata lain, tulus ikhlas dalam beribadah kepada Allah. Kemudian akan kami jelaskan bahwa dari sudut pandang Islam, ibadah ada tingkatan-tingkatannya. Tingkatannya yang sangat jelas adalah menunaikan ritus-ritus yang berkaitan dengan penyucian dan pengagungan Allah. Kalau ritus-ritus seperti itu dilakukan untuk selain Allah, artinya adalah keluar total dari Islam. Namun demikian, dari sudut pandang Islam, ibadah bukan hanya tingkatan yang ini saja. Setiap bentuk orientasi spiritual dan menerima sesuatu sebagai ideal spiritual, maka hal itu tergolong ibadah. Al-Qur’an memfirmankan:
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. (QS. al-Furqân: 43)
Kalau kita menaati seseorang yang telah dilarang Allah untuk ditaati, dan tunduk patuh sepenuhnya kepadanya, berarti kita menyembah atau beribadah kepada orang itu. Al-Qur’an mengatakan,
Mereka menjadikan para rabbi dan rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah. (QS. at-Taubah: 31)
Dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. (QS. Âli ‘Imrân: 64)
Dengan demikian tauhid praktis atau tauhid ibadah, artinya adalah menerima Allah saja sebagai yang layak untuk ditaati tanpa pamrih, memandang hanya Dia saja yang menjadi ideal dan arah perilaku, dan menolak selain-Nya serta menganggap selain-Nya tidak layak ditaati tanpa pamrih, atau tidak layak untuk dijadikan ideal. Tauhid ibadah artinya adalah tunduk kepada Allah saja, bangkit untuk-Nya saja, dan hidup untuk-Nya saja, serta mati untuk-Nya saja.
(Nabi Ibrahim berkata): “Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang mendptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang yang mempersekutukan Tuhan”… Katakanlah, “Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya. Dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku, dan aku adalah orang yang pertama tunduk patuh kepada-Nya.” (QS. al-An’am: 79, 162-163)
Tauhid Nabi Ibrahim ini merupakan Tauhid praktis atau Tauhid ibadah. Inilah yang divisualisasikan oleh iman ini: “La ilaha illallah” (tiada Tuhan selain Allah).
Jumat, 30 November 2012
Rahasia, Riyadhoh, Tersuruk dari FATEHAH
Bahwa Nama-nama Suratul Fatehah itu banyak,
Salah satunya adalah Ummul Kitab, Induknya Kitab,
ada lagi, MUKHUL Qur`an,
OTaknya Al Qur`an.
maka, tahukah engkau ??
bahwa benar-benar manusia itu adalah Kholifah Alloh,
Wakil-nya Alloh,
Ketika Fatehah diturunkan pada Muhammad,
Maka Cukuplah sudah,
seluruhnya, semuanya, segalanya,
Cukuplah 7 ayat itu.
Alam diri tunduk,
Manusia pun tunduk,
Alam semesta tunduk,
para malaikat tunduk,
jarak-pun tunduk,
waktu-pun tunduk,
rahasia-rahasia di dalam FATEHAH pun tunduk,
Martabat tujuh-pun tunduk
Maka,
tahulah engkau,
ketika Alloh memerintahkan,
Malaikat dan Iblis untuk tunduk pada Adam.
Qur`an ibarat alat,
yang semakin dalam engkau menggali,
akan semakin dalam pula yang kau peroleh.
Qur`an adalah lautan tanpa tepi.
Tapi bagi orang yang bukan ahlinya,
maka apalah artinya diberi alat untuk menggali,
wujud alatnyapun tak tahu,
gunanya alat itupun tak tahu,
cara menggunakan alat itupun tak tahu.
bagaimana engkau berharap alat itu digunakan untuk kebaikan
kehidupan ???
Maka Cukuplah FATEHAH,
104 kitab Suci ngumpul di 4 kitab,
4 kitab ngumpul di FATEHAH.
Bagaimanakah aku dapat menceritakan rahasia kedalaman ini
padamu,
kalau bahasa dan kias serta ibarat yang kumiliki,
sangat terbatas, sangatlah sempit.
Maka,
ketika Fatehah sudah terucap,
firman Alloh-lah yang keluar,
Maka,
ketika Fatehah sudah berangkat,
kalamulloh-lah yang meluncur,
Pintu mana yang akan sanggup menahannya ???
Ketika cahaya FATEHAH di tinggalkan,
Siapa yang akan sangup menembusnya ???
Ketika FATEHAH di perintahkan,
Siapa yang tidak mau tunduk kepadanya ???
Ketika isi FATEHAH dituangkan,
Siapa yang sanggup menahannya,
Gelombang air akan terhenti karena takjub dan hormatnya,
Mendung-pun akan membatalkan hujannya,
karena keheranan dan tunduknya,
Api-pun seakan malu melihatnya,
tak berani menampakkan diri.
Lalu bumi yang biasanya diam-pun,
akan berani bergolak menyambut kehadirannya.
Nikmat mana lagi yang akan kita dustai ????
Ketika cahaya FATEHAH berlari,
langit manakah yang akan engkau pandang,
langit lahiriyah yang katanya di atasmu ???
ataukah langit maknawiyah yang ada dalam dirimu ???
Maka ketika pandangan kau tengadahkan,
takkan ada yang dapat engkau saksikan,
Maka ketika pandangan engkau tundukkan,
Sanggupkah engkau menjaga ketakjubanmu ????
Sungguh, seandainya Qur`an 30 juz,
6666 ayat tidak diturunkan,
Maka,
Cukuplah tujuh ayat itu bagimu.
Bismillahirrohmanirrohim,
Alhamdulillahirobil alamin,
Arrohmanirrohim,
Malikiyaumidin,
Iyyakana`budu wa iyyakanasta`in,
Ihdinashirotol mustaqim,
Sirotholladzina an amta alaihim ghoiril magdhubi alaihim
waladzdholin.
Maka ketika Bismillah....... disampaikan,
tahukah engkau sumber air yang mengalir di dalamnya ???
Ketika Alhamdulillah........diucapkan,
tahukah engkau bahwa Alloh yang menjaga dan mengatur
semuanya ??
Ketika Arrohman.......diluncurkan,
Manakah yang lepas dari Rohman dan RohimNya ???
Ketika Maliki... diberangkatkan,
Siapa yang tidak akan tunduk pada Nya ???
Ketika Iyya kana` .........di mohonkan,....
manakah yang tidak AKU kabulkan ???
Ketika Ihdinashirotol mustaqim engkau mohon,
Jalan mana lagi yang tidak dibukakan ???
Ketika Shirotol.....dibacakan,
Jelaslah sudah perbedaan,
antara engkau sekedar mengetahui,
ataukah engkau memiliki.
Sabtu, 24 November 2012
Penyembuhan dalam Suatu Perjalanan Spiritual
Bagi kalangan Sufi ‘penyembuhan’
merupakan salah satu pengejawantahan diri dalam rangka melaksanakan
‘rahmatan lil ‘alamin’. Dalam menyalurkan daya penyembuhan, mereka tidak
terikat oleh sistem atau metodologi yang sama. Karena masalah teknis
mereka dapatkan lewat pengalaman unik mereka masing-masing di dalam
proses penemuan diri. Bahkan sering terjadi di luar rencana dan
kesengajaan mereka.
Menurut para Sufi, demikian juga
kebanyakan orang beriman, daya-penyembuhan itu milik Allah. Ia (healing)
diturunkan ke dunia melalui lorong sebab (kausalitas) yang
bermacam-macam. Diantaranya adalah Kausalitas Supranatural yang
dikaruniakan Tuhan bagi kaum Sufi.
Selengkapnya klasifikasi kausalitas sebagai berikut:
KAUSALITAS
(1) Natural ___(2) Supranatural (1) Logis____(2) Magis (1) Vertikal___(2) Horisontal |
Jelasnya kausalitas yang telah kita
ketahui ada dua, yaitu: Kausalitas Supranatural dan Kausalitas Natural.
Kausalitas Natural juga terdiri dari dua macam, yaitu: Kausalitas Magis
dan Kausalitas Logis. Dan Kausalitas Logis terdiri dari dua macam pula,
yaitu: Kausalitas Horisontal dan Kausalitas Vertikal.
Jika Kausalitas Supranatural
difasilitaskan buat para Sufi, Kausalitas Natural diamanatkan buat para
ahli yang lain. Misalnya Kausalitas Magis bagi para penyihir,
paranormal, dukun, dan sebagainya. Kausalitas Logis Horisontal
diamanatkan kepada para dokter, apoteker, akupunktur, dan tabib-tabib
tradisional. Sedangkan Kausalitas Logis Vertikal dipercayakan kepada
para psikiater atau dokter jiwa.
KAUSALITAS SUPRANATURAL
Tidak sebagaimana diduga oleh kebanyakan
orang bahwa penguasaan Kausalitas Supranatural bisa dilatih lewat
seperangkat riadloh (exercise) seperti penguasaan Kausalitas Magis, atau
dengan sebuah teori lewat eksperimen-eksperimen pada objek natur
seperti penguasaan Kausalitas Logis, karena fasilitas tersebut merupakan
karunia Ilahi kepada hamba-Nya yang telah jauh menempuh proses
pengabdian dengan segala resiko eksistensialnya. Proses pengabdian
kepada Yang Maha Sempurna memiliki nilai ganda ke luar maupun ke dalam,
yang mengisyaratkan telah berlangsungnya transformasi kesadaran lewat
momen-momen transendensi dan imanensi selama dalam proses.
TRANSFORMASI KESADARAN LEWAT TRANSENDENSI DAN IMANENSI
Untuk masuk ke dalam mekanisme tersebut,
kita membutuhkan empat tahap transformasi kesadaran dengan berteladan
pada uswah yang terpuji yaitu Rasulullah SAW. Dua tahap yang pertama
bersifat Eksistensial dan dua tahap berikutnya bersifat Esensial.
- Tahap transformasi yang pertama adalah untuk mencapai kesadaran jagad-raya
yang dengannya kita mendapatkan hak berada di tengah alam semesta.
Untuk itu kita perlu mengenakan jubah kebesaran yang dikenakan
oleh setiap warga alam, yang berupa sifat Ikhlas
menjadi dirinya sendiri dengan segala muatan (hak) dan beban
(kewajiban) yang telah ditentukan. Jika tidak, kita akan menjadi
sengsara hidup di dalamnya.
Langkah pertama adalah mencari hingga menemukan identitas diri kita yang paling final, yaitu sebagai hamba Allah. Untuk menumbuhkan kesadaran tersebut, kita membutuhkan penghayatan sebagai hamba yang berupa Shalat.
Setelah sifat ikhlas terkondisi di dalam diri, semua persaksian kita tentang kenyataan akan sama dengan persaksian setiap warga alam yang lain, yaitu jujur (Siddiq). - Tahap transformasi yang kedua adalah untuk mencapai kesadaran umat (sosial), supaya kita mendapatkan hak di tengah ummat sebagai warganya. Untuk itu kita perlu melakukan kebaktian sosial (Al-Bir) dengan menunaikan Zakat, infaq, dan shodaqoh. Pengamalannya akan mengangkat nilai keberadaan diri kita di tengah lingkung umat, dan puncaknya adalah tumbuhnya kesadaran bahwa semua milik yang ada hanyalah titipan Allah (Amanah).
- Tahap transformasi yang ketiga adalah untuk mendapatkan kemampuan atau potensi ilahi (Qodratullah) dengan Bertaqwa kepadaNya. Untuk itu kita butuh menunaikan ibadah Puasa.
Dengan demikian kita akan mendapatkan potensi-ekstra dari Robbul-’alamin , sebagai supporting-power yang mampu menguakkan terobosan (makhrojan) buat semua stagnasi. Kebahagiaan spiritual yang kita rasakan dari perolehan tersebut membuat kita perlu menyampaikannya kepada pihak lain supaya dapat ikut serta menghayatinya (Tabligh). - Tahap transformasi keempat adalah untuk menundukkan iradah
insaniah kita di bawah iradah Allah (Iradatullah) dengan menunaikan
apapun yang diperintahkanNya tanpa komentar (Tawakkal).
Meskipun di dalam menunaikannya kita harus meninggalkan semua yang
kita cintai, seperti keluarga, tanah air, segala fungsi dan peran
kita di tengah lingkungan dengan ibadah Haji.
Lenyapnya kehendak insani di dalam Amr (Perintah) Illahi mengantarkan kita pada kenyataan baru di dalam diri kita, sehingga apa yang kita amalkan pasti akan terwujud,karena bukan kita yang melakukannya melainkan Allah-lah pelakunya (Fathonah).
Kesimpulannya, sifat-sifat Siddiq,
Amanah, Tabligh, dan Fathonah tidak hanya wajib bagi Rasul melainkan
sifat-sifat yang harus diteladani oleh pengikutnya.
Ringkasan proses transformasi diri lewat Transendensi dan Imanensi sebagai berikut:
Dimensi Eksistensial:
- Orientasi Perbuatan (Af’al):
- Ikhlas – menemukan diri di dalam alam (transendensi)
- Siddiq – menemukan alam di dalam diri (imanensi)
- Orientasi Nama (Asma):
- Al-Bir – menemukan diri di dalam masyarakat (transendensi)
- Amanah – menemukan masyarakat di dalam diri (imanensi)
Dimensi Esensial:
- Orientasi Sifat:
- Taqwa – menemukan diri di dalam qodrat Allah (transendensi)
- Tabligh – menemukan qodrat Allah di dalam diri (imanensi)
- Orientasi Zat:
- Tawakkal – menemukan diri di dalam iradah Allah (transendensi)
- Fathonah – menemukan iradah Allah di dalam diri (imanensi)
Healing bagi para Sufi bukan ilmu, skill, power diri, ataupun tujuan, melainkan melaksanakan Amr Allah.
Perjuangan Sufi di dalam menghayati
revolusi diri hingga mencapai maqom Wahdah (Unity) ditanggapi oleh Allah
dengan mengaruniakan kepadanya sebuah mekanisme yang lain (Kausalitas
Supranatural), yang dengannya ia dapat menggapai maqom Jam’iyah
(Universality), sehingga keberadaannya di dunia tidak hanya bermanfaat
bagi diri sendiri, melainkan berguna bagi semua.
Risalah singkat ini merupakan bagian dari
konsep kesufian yang saya tegakkan di atas landasan syari’at Islam yang
tak dapat digoyahkan, namun dapat digali sedalam-dalamnya tanpa merusak
sendi-sendinya. Karena bagi saya tasawuf adalah Islam itu sendiri,
dalam dimensinya yang tingg
Nabi Muhammad SAW nabi Umat Hindu juga??
Salah satu ramalan kedatangan nabi Muhammad yg sangat terkenal yang juga telah membuat seorang professor bahasa dari Alahabad University India
mengajak kepada umat Hindu untuk segera memeluk agama Islam, adalah
terdapatnya sebuah ramalan penting dalam kitab suci Hindu tentang
kedatangan yang ditunggu-tunggu dari seorang Kalky Avtar (baca : autar).
“av” artinya : turun. “tr” artinya melewati. Jadi arti kata Avtar
adalah “diturunkan atau diutus untuk turun”. Kalky Avtar artinya adalah : “utusan terakhir”.
Sekarang akan kita lihat dalam kitab suci agama Hindu. Ada banyak
kitab dalam agama Hindu yang diakui sebagai kitab suci mereka. Dari
semuanya yang dianggap paling suci adalah kitab Veda (Weda). Bila
diantara kitab-kitab itu ada yang bertentangan, maka yang harus menjadi
rujukan utama adalah Weda yg juga masih terbagi lagi menjadi beberapa
kitab. Kitab-kitab lain selain Weda adalah : Upanishad, Smriti, Dharma
Sastra, Bhagavat Gita, Puranas, dll.
point-point penting yang menunjukkan bahwa “Kalki Avatar” merujuk kepada sosok Rasulullah Muhammad s.a.w antara lain:
1. Dalam Purana (salah satu kitab Hindu), disebutkan bahwa Kalki Avatar adalah utusan terakhir dari Tuhan yang akan membimbing seluruh umat manusia.
2. Menurut prediksi agama Hindu, kelahiran Kalki Avatar akan terjadi di Semenanjung (yang menurut agama Hindu kawasan Arab). Ini ramalan yang sesuai dengan faktanya di mana Islam lahir di kawasan Arab
3. Disebutkan, bahwa kalki Avatar lahir dari seorang ayah bernama VISHNUBHAGAT dan ibu bernama SUMAANI. Jika kedua nama itu diartikan, maka akan ditemukan hal yang sangat mengesankan, yakni:
VISHNU (artinya Tuhan) + BHAGAT (artinya Hamba) = Hamba/Abdi Tuhan= ABDULLAH (dalam Bahasa Arab berarti HAMBA ALLAH) adalah nama ayah dari Nabi Muhammad s.a.w.
SUMAANI (berarti kedamaian) = AMINAH (yang berarti kedamaian dalam Bahasa Arab) yang merupakan nama ibu NabI Muhammad s.a.w
4. Dalam buku agama Hindu, disebutkan bahwa makanan pokok Kalki Avatar adalah kurma dan zaitun, dan ia akan menjadi orang yang paling jujur dan dipercaya di daerahnya. Tidak bisa dipungkiri, ciri-ciri tersebut mengacu pada diri Rasulullah s.a.w
5. Dalam Weda (Kitab suci agama Hindu) disebutkan bahwa Kalki Avatar terlahir dari keturunan terhormat. Suku Quraish merupakan suku yang terhormat dan terpandang di Arab
6. Disebutkan bahwa Tuhan akan mengajarkan Kalki Avatar melalui utusannya dalam sebuah gua. Sedangkan Nabi Muhammad s.a.w menerima wahyu Allah dari Malaikat Jibril dalam Gua Hira
7. Tuhan akan menyediakan Kalki Avatar kuda yang sangat cepat untuk berkendara dan naik ke langit ke-tujuh. Bandingkanlah, dengan Buraq yang merupakan tunggangan rasulullah dalam bermi’rat ke Sidratul Muntaha di langit ke-tujuh
8. Tuhan akan membantu Kalki Avatar dengan bantuan ghaib dalam peperangan. Bandingkanlah dengan bantuan Allah dalam setiap pertempuran yang dialami Rasulullah.
9. Salah satu point yang sangat mengejutkan lain adalah kalki avatar dilahirkan pada tanggal 12 dalam sebuah bulan. Faktanya adalah Nabi Muhammad s.a.w dilahirkan tanggal 12 Rabiul Awal.
10. Kalki Avatar adalah penunggang kuda dan pemain pedang yang mahir. Nabi Muhammad s.a.w adalah masuk kriteria tersebut
Merujuk kriteria-kriteria tersebut, sang penulis buku memberikan suatu
ulasan, bahwa seharusnya memang jika semua kriteria Kalki Avatar merujuk pada diri sang nabi besar Muhammad s.a,w, maka seharusnyalah umat Hindu tidak perlu menunggu hingga saat ini sang Kalki Avatar. Karena sang pemimpin besar itu telah melaksanakan tugasnya membuka lembaran baru bagi umat manusia di dunia pada 14 abad yang lalu.
Pundit Vaid Parkash – sang
professor (yang menulis buku berjudul “Kalky Avtar”), secara terbuka
dan dengan alasan-alasan ilmiah, mengajak para penganut Hindu untuk
segera memeluk agama Islam dan sekaligus mengimani risalah yang dibawa
oleh Rasulullah SAW, karena menurutnya, sebenarnya Nabi Muhammad adalah
sosok yang dinanti-nantikan sebagai sosok pembaharu spiritual dalam
agama Hindu.
Disebutkan dalam Nashpropesy,
Nabi Muhammad diramalkan dengan nama Kalky Avtar (Autar terakhir) dan
Amtim Rishi. Sedangkan dalam kitab Puranas disebutkan tentang Kalky
Autar dan kedatangannya. Diantara ayat-ayat yang menyebutkan adalah :
- Dalam Baghavata Purana Khand 12 Adhyay 2 Shloka 18-20
disebutkan dalam rumah Visnuyash akan dilahirkan Kalky Avtar yang
diramalkan akan menjadi penguasa dunia, yang terkenal dengan
sifat-sifatnya yang baik & menonjol. Dia akan diberi tanda-tanda.
Dia akan diberi oleh malaikat sebuah kendaraan yang cepat. Dia akan
menaiki kuda putih sambil memegang pedang. Dia akan mengalahkan
orang-orang jahat dan dia akan terkenal di dunia.
- Dalam Baghavata Purana Khand 1 Adhyay 3 Shloka 25 disebutkan akan ada juru selamat di rumah Visnuyash
- Dalam Kalki Purana (2) : 4 disebutkan bahwa di rumah Visnuyash pemimpin - kampung Sambala akan lahir Kalki Avtar
- Dalam Kalki Purana (2) : 5 disebutkan bahwa dia akan datang bersama para sahabatnya (4 orang sahabat) mengalahkan orang-orang jahat
- Dalam Kalki Purana (2) : 7 disebutkan bahwa dia akan dijaga oleh malaikat di medan perang
- Dalam Kalki Purana (2) : 11 disebutkan bahwa dalam rumah Visnuyash dan dalam rumah Summati Kalki Autar akan lahir
- Dalam Kalki Purana (2) : 15 disebutkan bahwa dia akan lahir pada tanggal 12 bulan pertama Madhop
- Semua ramalan yg disebut diatas tadi tiada lain merujuk pada Nabi Muhammad SAW. Penjelasannya demikian :
- Dirumah Visnuyash berarti
dirumah pengikut Vishnu (pengikut Tuhan) sedangkan ayah dari Nabi
Muhammad adalah bernama Abdullah yang artinya adalah pengikut Allah
(pengikut Tuhan). Orang Islam menyebut “Allah” sebagai Tuhan, sedang
orang Hindu menyebut “Vishnu” sebagai Tuhan. Jadi di rumah Visnuyash
adalah di rumah Abdullah.
- Summati dalam bahasa
sansekerta artinya adalah orang yang sangat setia. Sedangkan ibunda
nabi Muhammad adalah bernama Aminah yang dalam bahasa arab artinya juga
orang yg setia.
- Sambala bahasa arabnya
adalah tempat yang aman & damai. Nabi Muhammad dilahirkan di Makkah
yang terkenal dengan nama “Darul Aman” yaitu tempat yang aman &
damai. Akan lahir diantara kepala suku Sambala, artinya bahwa Nabi akan
lahir diantara kepala suku di Makkah.
Dilahirkan pada tanggal 12 di bulan pertama Madhop. Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 rabiul awal
Sebagai Amtim Rishi (resi
terakhir). Nabi Muhammad adalah juga nabi terakhir dari deretan
nabi-nabi yang dikirim Tuhan seperti yang terdapat pada QS. Al- Ahzab :
40.
- Dia akan memperoleh
bimbingan di atas gunung dan akan kembali lagi ke arah utara. Nabi
Muhammad memperoleh wahyu pertamanya di gua Hira di Jabal Nur. Jabal
Nur artinya Gunung Cahaya lalu kembali lagi ke Makkah.
- Dia akan memiliki
sifat-sifat yang sangat mulia. Persis seperti nabi Muhammad seperti
terdapat pada QS. Al-Qalam : 14 “Dan sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang luhur”.
- Kalki Autar akan diberi 8
kemampuan spiritual, yaitu : bijaksana, punya kendali diri, keturunan
yg terhormat, punya pengetahuan wahyu, pemberani, perkataannya
bertarget kurikulum, sangat dermawan, dan sangat ramah. Semuanya adalah
sifat-sifat yang dimiliki oleh nabi Muhammad
- Dia akan diberi kendaraan yg
sangat cepat oleh Shiva. Nabi Muhammad juga diberi bouraq yang sangat
cepat oleh Allah yg membawanya ke langit dalam peristiwa Mi’raj.
- Dia akan naik kuda putih
dengan tangan kanannya memegang pedang. Nabi Muhammad juga ambil bagian
dalam peperangan termasuk dengan menunggang kuda dan bertempur dengan
memegang pedang dengan tangan kanannya.
- Dia akan menjadi penyelamat
umat manusia. Dalam QS. Faatir(35) ayat 24 dan QS. Saba(34) ayat 28
disebutkan bahwa Nabi Muhammad adalah pembawa berita gembira &
peringatan bagi seluruh umat manusia, tapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.
Dia akan menjadi pembimbing ke
jalan yang benar. Nabi Muhammad hidup pada jaman jahiliyah yang penuh
kegelapan dimana ia membawa umatnya ke jalan yang terang benderang.
- Dia akan dibantu oleh 4
sahabat dalam menyebarkan misi. Kita tahu ada 4 orang khalifah sahabat
nabi yaitu : Sayyidina Abubakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan,
dan Ali bin Abi Thalib.
- Dia akan ditolong oleh
malaikat di medan pertempuran. Dalam perang Badr Nabi Muhammad dibantu
oleh para malaikat Allah seperti tersebut dalam QS. Ali Imran (3) ayat
123 & 125 : “Jika kamu bersabar dan bertaqwa dan mereka menyerang
kamu dengan seketika itu juga niscaya Allah menolong kamu dengan 5000
malaikat yang memakai tanda”. Juga QS. Al-Anfal(8) ayat 9 yang berbunyi
“…. sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan
seribu malaikat yg datang berturut-turut.”
Ternyata sekian banyak ayat tersebut (yang sebenarnya belum semuanya ditampilkan) yang meramalkan akan datangnya seorang nabi yang ditunggu-tunggu oleh umat Hindu,
begitu cocok dengan gambaran Nabi Muhammad, umat Islam, dan
sejarahnya. Mungkin saja ini juga merupakan pembuktian yang diberikan
Allah bahwa Nabi Muhammad memang diutus Allah untuk seluruh umat
manusia.
Ayat-ayat ramalan kedatangan Nabi Muhammad
Disebutkan dalam Bhavisa Purana –> dalam Pratisarag Parv III, Khand 3, Adhyay 3, Shalokas 10 to 27 :
“Aryadarma akan tampil di muka
bumi ini. ‘Agama kebenaran’ akan memimpin dunia ini. Saya diutus oleh
Isyparmatma. Dan pengikut saya adalah orang yang berada di lingkungan
itu, yang kepalanya tidak dikucir, mereka akan memelihara jenggot dan
akan mendengarkan wahyu, mereka akan mendengarkan panggilan sholat
(adzan), mereka akan memakan apa saja kecuali daging babi, mereka tidak
akan disucikan dengan tanaman semak-semak/umbi-umbian tapi mereka akan
suci di medan perang. Meraka akan dipanggil “Musalaman” (perantara
kedamaian).”
Kalau anda baca tulisan diatas
dengan baik, maka anda akan melihat bahwa ciri-ciri dari pengikut agama
kebenaran yg disebutkan adalah ciri-ciri yang umum terdapat pada umat
Islam.
Dalam Atharvaveda book 20 Hymn 127 Shlokas 1-14 disebutkan tentang Kuntupsuktas yang mengisyaratkan bahwa nabi Muhammad akan terungkap kemudian.
- Mantra 1
mengatakan : ia akan disebut Narasangsa. “Nars” artinya orang, “sangsa”
artinya “yang terpuji”. Jadi Narasangsa artinya : orang yang terpuji.
Kata “Muhammad” dalam bahasa arab juga berarti : orang yang terpuji.
Jadi Narasangsa dalam bahasa Sansekerta adalah identik dg Muhammad dalam
bahasa arab. Jadi Narasangsa adalah figur yang sama dengan Nabi
Muhammad. Ia akan disebut “Kaurama” yang bisa berarti : pangeran
kedamaian, dan bisa berarti : orang yg pindah (hijrah). Nabi Muhammad
adalah seorang pangeran kedamaian yang hijrah dari Makkah ke Madinah. Ia
akan dilindungi dari musuh yang akan dikalahkannya yang berjumlah
60.090 orang. Jumlah itu adalah sebanyak penduduk Makkah pada masa
Muhammad hidup yaitu sekitar 60.000 orang.
- Mantra 2
mengatakan : ia adalah resi yang naik unta. Ini berarti ia bukan
seorang bangsawan India, karena dikatakan dalam Mansuriti(11) : 202
mengatakan bahwa Brahma tidak boleh menaiki unta atau keledai. Jadi
tokoh ini jelas bukan dari golongan Brahmana (pendeta tinggi Hindu),
tapi seorang asing.
- Mantra 3 mengatakan : ia adalah “Mama Rishi” atau resi agung. Ini cocok dengan Nabi agung umat Islam yaitu Nabi Muhammad SAW.
- Mantra 4
mengatakan : ia adalah Washwereda (Rebb) artinya orang yang terpuji.
Nabi Muhammad yang juga dipanggil dengan nama Ahmad adalah berarti juga
“orang yang terpuji” yang terjemahan bahasa Sansekerta-nya adalah Rebb.
Beberapa ramalan lainnya :
- Dalam Atharvaveda book 20 hymn 21 : 6
dinyatakan bahwa di sana disebutkan dengan istilah : “akkaru” yang
artinya : “yang mendapat pujian”. Dia akan mengalahkan 10.000 musuh
tanpa pertumpahan darah. Hal ini merujuk pada perang Ahzab yang mana
Nabi Muhammad mengalahkan musuh yang berjumlah 10.000 orang tanpa
pertumpahan darah.
- Dalam Atharvaveda book 20 hymn 21 : 7
dinyatakan bahwa Abandu akan mengalahkan 20 penguasa. Abandu juga
berarti seorang yatim atau seorang yang mendapat pujian. Ini mengarah
pada nabi Muhammad yang seorang yatim sejak lahir dan arti kata
Muhammad/Ahmad yang berarti yang terpuji, yang akan mengalahkan
kepala-suku-suku dari suku-suku di sekitar Makkah yg berjumlah sekitar
20 suku.
- Dalam Rigveda book 1 Hymn 53 : 9 nabi dipanggil dg sebutan “Suslama” yg artinya lagi-lagi adalah : orang yg terpuji yg merupakan arti dari nama Muhammad.
- Dalam Samaveda Agni Mantra 64
dinyatakan bahwa ia tidak disusui oleh ibunya. Hal ini persis dengan
Nabi Muhammad yang tidak disusui oleh ibunya tapi oleh seorang wanita
bernama Halimah.
- Dalam Samaveda Uttararchika Mantra 1500
dinyatakan bahwa Ahmad akan dianugrahi undang-undang abadi, yang jelas
mengacu pada Nabi Muhammad yang akan dianugrahi kitab suci Al-Qur’an.
Tapi karena orang India yang berbahasa sansekerta tidak paham kata
Ahmad, maka diterjemahkan menjadi “a” dan “mahdi” yaitu “saya sendiri”,
jadi diartikan “saya sendiri yang menerima undang-undang abadi”. Padahal
seharusnya “Muhammad sendiri yang dianugrahi undang-undang abadi”.
Nabi Muhammad diramalkan dengan
nama Ahmad pada banyak bagian dalam kitab-kitab Weda. Juga diramalkan
pada tak kurang dari 16 tempat yang berbeda dalam kitab weda dg nama
Narasangsa artinya adalah sama dengan arti dari nama Muhammad, yaitu
“yang terpuji”.
1. Dalam Purana (salah satu kitab Hindu), disebutkan bahwa Kalki Avatar adalah utusan terakhir dari Tuhan yang akan membimbing seluruh umat manusia.
2. Menurut prediksi agama Hindu, kelahiran Kalki Avatar akan terjadi di Semenanjung (yang menurut agama Hindu kawasan Arab). Ini ramalan yang sesuai dengan faktanya di mana Islam lahir di kawasan Arab
3. Disebutkan, bahwa kalki Avatar lahir dari seorang ayah bernama VISHNUBHAGAT dan ibu bernama SUMAANI. Jika kedua nama itu diartikan, maka akan ditemukan hal yang sangat mengesankan, yakni:
VISHNU (artinya Tuhan) + BHAGAT (artinya Hamba) = Hamba/Abdi Tuhan= ABDULLAH (dalam Bahasa Arab berarti HAMBA ALLAH) adalah nama ayah dari Nabi Muhammad s.a.w.
SUMAANI (berarti kedamaian) = AMINAH (yang berarti kedamaian dalam Bahasa Arab) yang merupakan nama ibu NabI Muhammad s.a.w
4. Dalam buku agama Hindu, disebutkan bahwa makanan pokok Kalki Avatar adalah kurma dan zaitun, dan ia akan menjadi orang yang paling jujur dan dipercaya di daerahnya. Tidak bisa dipungkiri, ciri-ciri tersebut mengacu pada diri Rasulullah s.a.w
5. Dalam Weda (Kitab suci agama Hindu) disebutkan bahwa Kalki Avatar terlahir dari keturunan terhormat. Suku Quraish merupakan suku yang terhormat dan terpandang di Arab
6. Disebutkan bahwa Tuhan akan mengajarkan Kalki Avatar melalui utusannya dalam sebuah gua. Sedangkan Nabi Muhammad s.a.w menerima wahyu Allah dari Malaikat Jibril dalam Gua Hira
7. Tuhan akan menyediakan Kalki Avatar kuda yang sangat cepat untuk berkendara dan naik ke langit ke-tujuh. Bandingkanlah, dengan Buraq yang merupakan tunggangan rasulullah dalam bermi’rat ke Sidratul Muntaha di langit ke-tujuh
8. Tuhan akan membantu Kalki Avatar dengan bantuan ghaib dalam peperangan. Bandingkanlah dengan bantuan Allah dalam setiap pertempuran yang dialami Rasulullah.
9. Salah satu point yang sangat mengejutkan lain adalah kalki avatar dilahirkan pada tanggal 12 dalam sebuah bulan. Faktanya adalah Nabi Muhammad s.a.w dilahirkan tanggal 12 Rabiul Awal.
10. Kalki Avatar adalah penunggang kuda dan pemain pedang yang mahir. Nabi Muhammad s.a.w adalah masuk kriteria tersebut
Merujuk kriteria-kriteria tersebut, sang penulis buku memberikan suatu
ulasan, bahwa seharusnya memang jika semua kriteria Kalki Avatar merujuk pada diri sang nabi besar Muhammad s.a,w, maka seharusnyalah umat Hindu tidak perlu menunggu hingga saat ini sang Kalki Avatar. Karena sang pemimpin besar itu telah melaksanakan tugasnya membuka lembaran baru bagi umat manusia di dunia pada 14 abad yang lalu.
Minggu, 18 November 2012
SERAT DEWO RUCI
Filosofi Dewa Ruci
Kiranya perlu dipahami bahwa tujuan
hakiki dari kejawen adalah berusaha mendapatkan ilmu sejati untuk mencapai
hidup sejati, dan berada dalam keadaan harmonis hubungan antara kawula
(manusia)dan Gusti (Pencipta) (manunggaling kawula Gusti )/ pendekatan kepada
Yang Maha Kuasa secara total.
Keadaan spiritual ini bisa dicapai oleh
setiap orang yang percaya kepada Sang Pencipta, yang mempunyai moral yang baik,
bersih dan jujur. beberapa laku harus dipraktekkan dengan kesadaran dan
ketetapan hati yang mantap.Pencari dan penghayat ilmu sejati diwajibkan untuk
melakukan sesuatu yang berguna bagi semua orang serta melalui kebersihan hati
dan tindakannya. Cipta, rasa, karsa dan karya harus baik, benar, suci dan
ditujukan untuk mamayu hayuning bawono. Kejawen merupakan aset dari orang Jawa
tradisional yang berusaha memahami dan mencari makna dan hakekat hidup yang
mengandung nilai-nilai spiritual yang tinggi.
Tindakan tersebut dibagi tiga bagian
yaitu tindakan simbolis dalam religi, tindakan simbolis dalam tradisi dan tindakan
simbolis dalam seni. Tindakan simbolis dalam religi, adalah contoh kebiasaan
orang Jawa yang percaya bahwa Tuhan adalah zat yang tidak mampu dijangkau oleh
pikiran manusia, karenanya harus di simbolkan agar dapat di akui keberadaannya
misalnya dengan menyebut Tuhan dengan Gusti Ingkang Murbheng Dumadi, Gusti
Ingkang Maha Kuaos, dan sebagainya. Tindakan simbolis dalam tradisi dimisalkan
dengan adanya tradisi upacara kematian yaitu medoakan orang yang meninggal pada
tiga hari, tujuh hari, empatpuluh hari, seratus hari, satu tahun, dua tahun
,tiga tahun, dan seribu harinya setelah seseorang meninggal ( tahlilan ). Dan
tindakan simbolis dalam seni dicontohkan dengan berbagai macam warna yang
terlukis pada wajah wayang kulit; warna ini menggambarkan karakter dari
masing-masing tokoh dalam wayang.
Perkembangan budaya jawa yang mulai
tergilas oleh perkembangan teknologi yang mempengaruhi pola pikir dan tindakan
orang jawa dalam kehidupan. Maka orang mulai berfikir bagaimana bisa
membuktikan hal gaib secara empiris tersebut dengan menggunakan berbagai macam
metode tanpa mengindahkan unsur kesakralan. Bahkan terkadang kepercayaan itu
kehilangan unsur kesakralannya karena dijadikan sebagai obyek exploitasi dan
penelitian.
Kebiasaan orang Jawa yang percaya bahwa
segala sesuatu adalah simbol dari hakikat kehidupan, seperti syarat sebuah
rumah harus memiliki empat buah soko guru (tiang penyangga) yang melambangkan
empat unsur alam yaitu tanah, air, api, dan udara, yang ke empatnya dipercaya
akan memperkuat rumah baik secara fisik dan mental penghuni rumah tersebut.
Namun dengan adanya teknologi konstruksi yang semakin maju, keberadaan soko
guru itu tidak lagi menjadi syarat pembangunan rumah.Dengan analisa tersebut
dapat diperkirakan bagaimana nantinya faham simbolisme akan bergeser dari
budaya jawa. Tapi bahwa simbolisme tidak akan terpengaruh oleh kehidupan
manusia tapi kehidupan manusialah yang tergantung pada simbolisme. Dan sampai
kapanpun simbolisme akan terus berkembang mengikuti berputarnya cakra
panggilingan.
Orang Jawa menganggap cerita wayang
merupakan cermin dari pada kehidupannya.
Dewa Ruci yang merupakan cerita asli
wayang Jawa memberikan gambaran yang jelas mengenai hubungan harmonis antara
Kawula dan Gusti, yang diperagakan oleh Bima atau Aria Werkudara dan Dewa
Ruci.Dalam bentuk kakawin (tembang) oleh Pujangga Surakarta,Yosodipuro
berjudul:”Serat Dewaruci Kidung” yang disampaikan dalam bentuk macapat,
berbahasa halus dan sesuai rumus-rumus tembang, dengan bahasa Kawi, Sanskerta
dan Jawa Kuna.
Intisari cerita tersebut yaitu bahwa
pihak kaum Kurawa dengan dinegeri Amarta, ingin menjerumuskan pihak Pandawa
dinegeri Astina,(yang sebenarnya adalah:bersaudara) ke dalam kesengsaraan,
melalui perantaraan guru Durna. Sena yang juga adalah murid guru Durno diberikan
ajaran: bahwa dalam mencapai kesempurnaan demi kesucian badan ,Sena diharuskan
mengikuti perintah sang Guru untuk mencari air suci penghidupan ke hutan
Tibrasara. Sena mengikuti perintah gurunya dan yakin tidak mungkin teritipu dan
terbunuh oleh anjuran Gurunya, dan tetap berniat pergi mengikuti perintah sang
Guru,walaupun sebenarnya ada niat sang Guru Durno untuk
mencelakaannya.Diceritakan Pada saat di negeri Amarta ,Prabu Suyudana/raja
Mandaraka/prabu Salya sedang rapat membahas bagaimana caranya Pandawa dapat
ditipu secara halus agar musnah, sebelum terjadinya perang Baratayuda, bersama
dengan Resi Druna, Adipati Karna, Raden Suwirya, Raden Jayasusena, Raden
Rikadurjaya, Adipati dari Sindusena, Jayajatra, Patih Sengkuni, Bisma,
Dursasana, dan lain-lainnya termasuk para sentana/pembesar andalan lainnya.
Kemudian Durna memberi petunjuk kepada Sena, bahwa jika ia
telah menemukan air suci itu ,maka akan berarti dirinya mencapai kesempurnaan,
menonjol diantara sesama makhluk,dilindungi ayah-ibu, mulia, berada dalam
triloka,akan hidup kekal adanya. Selanjutnya dikatakan, bahwa letak air suci
ada di hutan Tibrasara, dibawah Gandawedana, di gunung Candramuka, di dalam
gua. Kemudian setelah ia mohon pamit kepada Druna dan prabu Suyudana, lalu
keluar dari istana, untuk mohon pamit, mereka semua tersenyum, membayangkan
Sena berhasil ditipu dan akan hancur lebur melawan dua raksasa yang tinggal di
gua itu, sebagai rasa optimisnya ,untuk sementara merekamerayakan dengan
bersuka-ria, pesta makan minum sepuas-puasnya.
Setelah sampai di gua gunung Candramuka, air yang dicari
ternyata tidak ada, lalu gua disekitarnya diobrak-abrik. Raksasa Rukmuka dan
Rukmakala yang berada di gua terkejut, marah dan mendatangi Sena. Namun walau
telah dijelaskan niat kedatangannya, kedua raksasa itu karena merasa terganggu
akibat ulah Sena, tetap saja mengamuk. Terjadi perkelahian …….Namun dalam
perkelahian dua Raksaksa tersebut kalah, ditendang, dibanting ke atas batu dan
meledak hancur lebur. Kemudian Sena mengamuk dan mengobrak-abrik lagi sampai
lelah,dalam hatinya ia bersedih hati dan berfikir bagaimana mendapatkan air
suci tersebut.Karena kelelahan,kemudian ia berdiri dibawah pohon beringin.
Setibanya di serambi Astina, saat lengkap dihadiri Resi
Druna, Bisma, Suyudana, Patih Sangkuni, Sindukala, Surangkala, Kuwirya
Rikadurjaya, Jayasusena, lengkap bala Kurawa, dan lain-lainnya, terkejut….!
atas kedatangan Sena. Ia memberi laporan tentang perjalannya dan dijawab oleh
Sang Druna :bahwa ia sebenarnya hanya diuji, sebab tempat air yang dicari,
sebenarnya ada di tengah samudera. Suyudana juga membantu bicara untuk
meyakinkan Sena.
Karena tekad yang kuat maka Senapun nekat untuk pergi lagi….., yang sebelumnya ia sempat mampir dahulu ke Ngamarta.(tempat para kerabatnya berada) Sementara itu di Astina keluarga Sena yang mengetahui tipudaya pihak Kurawa mengirim surat kepada prabu Harimurti/Kresna di Dwarawati, yang dengan tergesa-gesa bersama bala pasukan datang ke Ngamarta.
Karena tekad yang kuat maka Senapun nekat untuk pergi lagi….., yang sebelumnya ia sempat mampir dahulu ke Ngamarta.(tempat para kerabatnya berada) Sementara itu di Astina keluarga Sena yang mengetahui tipudaya pihak Kurawa mengirim surat kepada prabu Harimurti/Kresna di Dwarawati, yang dengan tergesa-gesa bersama bala pasukan datang ke Ngamarta.
Setelah menerima penjelasan dari Darmaputra, Kresna
mengatakan bahwa janganlah Pandawa bersedih, sebab tipu daya para Kurawa akan
mendapat balasan dengan jatuhnya bencana dari dewata yang agung. Ketika sedang
asyik berbincang-bincang, datanglah Sena, yang membuat para Pandawa termasuk
Pancawala, Sumbadra, Retna Drupadi dan Srikandi, dan lain-lainnya, senang dan
akan mengadakan pesta. Namun tidak disangka, karena Sena ternyata melaporkan
bahwa ia akan meneruskan pencarian air suci itu, yaitu ke tengah samudera.
Nasehat dan tangisan, termasuk tangisan semua sentana laki-laki dan perempuan,
tidak membuatnya mundur.
Sena berangkat pergi, tanpa rasa takut keluar masuk hutan,
naik turun gunung, yang akhirnya tiba di tepi laut. Sang ombak bergulung-gulung
menggempur batu karang bagaikan menyambut dan tampak kasihan kepada yang baru
datang, bahwa ia di tipu agar masuk ke dalam samudera, topan datang juga riuh
menggelegar, seakan mengatakan bahwa Druna memberi petunjuk sesat dan tidak
benar.
Bagi Sena, lebih baik mati dari pada pulang menentang sang
Maharesi, walaupun ia tidak mampu masuk ke dalam air, ke dasar samudera. Maka
akhirnya ia berpasrah diri, tidak merasa takut, sakit dan mati memang sudah
kehendak dewata yang agung, karena sudah menyatakan kesanggupan kepada Druna
dan prabu Kurupati, dalam mencari Tirta Kamandanu, masuk ke dalam samudera.
Dengan suka cita ia lama memandang laut dan keindahan isi
laut, kesedihan sudah terkikis, menerawang tanpa batas, lalu ia memusatkan
perhatian tanpa memikirkan marabahaya, dengan semangat yang menyala-nyala
mencebur ke laut, tampak kegembiraannya, dan tak lupa digunakannya ilmu
Jalasengara, agar air menyibak.
Alkisah ada naga sebesar segara anakan, pemangsa ikan di laut, wajah liar dan ganas, berbisa sangat mematikan, mulut bagai gua, taring tajam bercahaya, melilit Sena sampai hanya tertinggal lehernya, menyemburkan bisa bagai air hujan. Sena bingung dan mengira cepat mati, tapi saat lelah tak kuasa meronta, ia teringat segera menikamkan kukunya, kuku Pancanaka, menancap di badan naga, darah memancar deras, naga besar itu mati, seisi laut bergembira.
Alkisah ada naga sebesar segara anakan, pemangsa ikan di laut, wajah liar dan ganas, berbisa sangat mematikan, mulut bagai gua, taring tajam bercahaya, melilit Sena sampai hanya tertinggal lehernya, menyemburkan bisa bagai air hujan. Sena bingung dan mengira cepat mati, tapi saat lelah tak kuasa meronta, ia teringat segera menikamkan kukunya, kuku Pancanaka, menancap di badan naga, darah memancar deras, naga besar itu mati, seisi laut bergembira.
Sementara itu Pandawa bersedih hati dan menangis memohon
penuh iba, kepada prabu Kresna. Lalu dikatakan oleh Kresna, bahwa Sena tidak
akan meninggal dunia, bahkan mendapatkan pahala dari dewata yang nanti akan
datang dengan kesucian, memperoleh cinta kemuliaan dari Hyang Suksma Kawekas,
diijinkan berganti diri menjadi batara yang berhasil menatap dengan hening.
Para saudaranya tidak perlu sedih dan cemas.
Kembali dikisahkan Sang Wrekudara yang masih di samudera, ia
bertemu dengan dewa berambut panjang, seperti anak kecil bermain-main di atas
laut, bernama Dewa Ruci. Lalu ia berbicara :”Sena apa kerjamu, apa tujuanmu,
tinggal di laut, semua serba tidak ada tak ada yang dapat di makan, tidak ada
makanan, dan tidak ada pakaian. Hanya ada daun kering yang tertiup angin, jatuh
didepanku, itu yang saya makan”. Dikatakan pula :”Wahai Wrekudara, segera
datang ke sini, banyak rintangannya, jika tidak mati-matian tentu tak akan
dapat sampai di tempat ini, segalanya serba sepi. Tidak terang dan pikiranmu memaksa,
dirimu tidak sayang untuk mati, memang benar, disini tidak mungkin ditemukan”.
“Kau pun keturunan Sang Hyang Pramesthi, Hyang Girinata, kau keturunan dari Sang Hyang Brama asal dari para raja, ayahmu pun keturunan dari Brama, menyebarkan para raja, ibumu Dewi Kunthi, yang memiliki keturunan, yaitu sang Hyang Wisnu Murti. Hanya berputra tiga dengan ayahmu, Yudistira sebagai anak sulung, yang kedua dirimu, sebagai penengah adalah Dananjaya, yang dua anak lain dari keturunan dengan Madrim, genaplah Pandawa, kedatanganmu disini pun juga atas petunjuk Dhang Hyang Druna untuk mencari air Penghidupan berupa air jernih, karena gurumu yang memberi petunjuk, itulah yang kau laksanakan, maka orang yang bertapa sulit menikmati hidupnya”, lanjut Dewa Ruci.
“Kau pun keturunan Sang Hyang Pramesthi, Hyang Girinata, kau keturunan dari Sang Hyang Brama asal dari para raja, ayahmu pun keturunan dari Brama, menyebarkan para raja, ibumu Dewi Kunthi, yang memiliki keturunan, yaitu sang Hyang Wisnu Murti. Hanya berputra tiga dengan ayahmu, Yudistira sebagai anak sulung, yang kedua dirimu, sebagai penengah adalah Dananjaya, yang dua anak lain dari keturunan dengan Madrim, genaplah Pandawa, kedatanganmu disini pun juga atas petunjuk Dhang Hyang Druna untuk mencari air Penghidupan berupa air jernih, karena gurumu yang memberi petunjuk, itulah yang kau laksanakan, maka orang yang bertapa sulit menikmati hidupnya”, lanjut Dewa Ruci.
Kemudian dikatakan :”Jangan pergi bila belum jelas maksudnya,
jangan makan bila belum tahu rasa yang dimakan, janganlah berpakaian bila belum
tahu nama pakaianmu. Kau bisa tahu dari bertanya, dan dengan meniru juga, jadi
dengan dilaksanakan, demikian dalam hidup, ada orang bodoh dari gunung akan
membeli emas, oleh tukang emas diberi kertas kuning dikira emas mulia. Demikian
pula orang berguru, bila belum paham, akan tempat yang harus disembah”.
Wrekudara masuk tubuh Dewa Ruci menerima ajaran tentang Kenyataan “Segeralah kemari Wrekudara, masuklah ke dalam tubuhku”, kata Dewa Ruci. Sambil tertawa sena bertanya :”Tuan ini bertubuh kecil, saya bertubuh besar, dari mana jalanku masuk, kelingking pun tidak mungkin masuk”.Dewa Ruci tersenyum dan berkata lirih:”besar mana dirimu dengan dunia ini, semua isi dunia, hutan dengan gunung, samudera dengan semua isinya, tak sarat masuk ke dalam tubuhku”.
Wrekudara masuk tubuh Dewa Ruci menerima ajaran tentang Kenyataan “Segeralah kemari Wrekudara, masuklah ke dalam tubuhku”, kata Dewa Ruci. Sambil tertawa sena bertanya :”Tuan ini bertubuh kecil, saya bertubuh besar, dari mana jalanku masuk, kelingking pun tidak mungkin masuk”.Dewa Ruci tersenyum dan berkata lirih:”besar mana dirimu dengan dunia ini, semua isi dunia, hutan dengan gunung, samudera dengan semua isinya, tak sarat masuk ke dalam tubuhku”.
Atas petunjuk Dewa Ruci, Sena masuk ke dalam tubuhnya melalui
telinga kiri. Dan tampaklah laut luas tanpa tepi, langit luas, tak tahu mana
utara dan selatan, tidak tahu timur dan barat, bawah dan atas, depan dan
belakang. Kemudian, terang, tampaklah Dewa Ruci, memancarkan sinar, dan
diketahui lah arah, lalu matahari, nyaman rasa hati.
Ada empat macam benda yang tampak oleh Sena, yaitu hitam, merah kuning dan putih. Lalu berkatalah Dewa Ruci: “Yang pertama kau lihat cahaya, menyala tidak tahu namanya, Pancamaya itu, sesungguhnya ada di dalam hatimu, yang memimpin dirimu, maksudnya hati, disebut muka sifat, yang menuntun kepada sifat lebih, merupakan hakikat sifat itu sendiri. Lekas pulang jangan berjalan, selidikilah rupa itu jangan ragu, untuk hati tinggal, mata hati itulah, menandai pada hakikatmu, sedangkan yang berwarna merah, hitam, kuning dan putih, itu adalah penghalang hati.
Ada empat macam benda yang tampak oleh Sena, yaitu hitam, merah kuning dan putih. Lalu berkatalah Dewa Ruci: “Yang pertama kau lihat cahaya, menyala tidak tahu namanya, Pancamaya itu, sesungguhnya ada di dalam hatimu, yang memimpin dirimu, maksudnya hati, disebut muka sifat, yang menuntun kepada sifat lebih, merupakan hakikat sifat itu sendiri. Lekas pulang jangan berjalan, selidikilah rupa itu jangan ragu, untuk hati tinggal, mata hati itulah, menandai pada hakikatmu, sedangkan yang berwarna merah, hitam, kuning dan putih, itu adalah penghalang hati.
Yang hitam kerjanya marah terhadap segala hal, murka, yang
menghalangi dan menutupi tindakan yang baik. Yang merah menunjukkan nafsu yang
baik, segala keinginan keluar dari situ, panas hati, menutupi hati yang sadar
kepada kewaspadaan. Yang kuning hanya suka merusak. Sedangkan yang putih
berarti nyata, hati yang tenang suci tanpa berpikiran ini dan itu, perwira
dalam kedamaian. Sehingga hitam, merah dan kuning adalah penghalang pikiran dan
kehendak yang abadi, persatuan Suksma Mulia.
Lalu Wrekudara melihat, cahaya memancar berkilat, berpelangi
melengkung, bentuk zat yang dicari, apakah gerangan itu ?! Menurut Dewa Ruci,
itu bukan yang dicari (air suci), yang dilihat itu yang tampak berkilat
cahayanya, memancar bernyala-nyala, yang menguasai segala hal, tanpa bentuk dan
tanpa warna, tidak berwujud dan tidak tampak, tanpa tempat tinggal, hanya
terdapat pada orang-orang yang awas, hanya berupa firasat di dunia ini,
dipegang tidak dapat, adalah Pramana, yang menyatu dengan diri tetapi tidak
ikut merasakan gembira dan prihatin, bertempat tinggal di tubuh, tidak ikut
makan dan minum, tidak ikut merasakan sakit dan menderita, jika berpisah dari
tempatnya, raga yang tinggal, badan tanpa daya. Itulah yang mampu merasakan
penderitaannya, dihidupi oleh suksma, ialah yang berhak menikmati hidup,
mengakui rahasia zat.
Kehidupan Pramana dihidupi oleh suksma yang menguasai
segalanya, Pramana bila mati ikut lesu, namun bila hilang, kehidupan suksma
ada. Sirna itulah yang ditemui, kehidupan suksma yang sesungguhnya, Pramana Anresandani.
Jika ingin mempelajari dan sudah didapatkan, jangan punya kegemaran, bersungguh-sungguh dan waspada dalam segala tingkah laku, jangan bicara gaduh, jangan bicarakan hal ini secara sembunyi-sembunyi, tapi lekaslah mengalah jika berselisih, jangan memanjakan diri, jangan lekat dengan nafsu kehidupan tapi kuasailah.
Jika ingin mempelajari dan sudah didapatkan, jangan punya kegemaran, bersungguh-sungguh dan waspada dalam segala tingkah laku, jangan bicara gaduh, jangan bicarakan hal ini secara sembunyi-sembunyi, tapi lekaslah mengalah jika berselisih, jangan memanjakan diri, jangan lekat dengan nafsu kehidupan tapi kuasailah.
Tentang keinginan untuk mati agar tidak mengantuk dan tidak
lapar, tidak mengalami hambatan dan kesulitan, tidak sakit, hanya enak dan
bermanfaat, peganglah dalam pemusatan pikiran, disimpan dalam buana,
keberadaannya melekat pada diri, menyatu padu dan sudah menjadi kawan akrab.
Sedangkan Suksma Sejati, ada pada diri manusia, tak dapat dipisahkan, tak
berbeda dengan kedatangannya waktu dahulu, menyatu dengan kesejahteraan dunia,
mendapat anugerah yang benar, persatuan manusia/kawula dan pencipta/Gusti.
Manusia bagaikan wayang, Dalang yang memainkan segala gerak gerik dan berkuasa
antara perpaduan kehendak, dunia merupakan panggungnya, layar yang digunakan
untuk memainkan panggungnya.
Penerima ajaran dan nasehat ini tidak boleh menyombongkan
diri, hayati dengan sungguh-sungguh, karena nasehat merupakan benih. Namun jika
ditemui ajaran misalnya kacang kedelai disebar di bebatuan tanpa tanah tentu
tidak akan dapat tumbuh, maka jika manusia bijaksana, tinggalkan dan hilangkan,
agar menjadi jelas penglihatan sukma, rupa dan suara. Hyang Luhur menjadi badan
Sukma Jernih, segala tingkah laku akan menjadi satu, sudah menjadi diri
sendiri, dimana setiap gerak tentu juga merupakan kehendak manusia, terkabul
itu namanya, akan segala keinginan, semua sudah ada pada manusia, semua jagad
ini karena diri manusia, dalam segala janji janganlah ingkar.
Jika sudah paham akan segala tanggung jawab, rahasiakan dan
tutupilah. Yang terbaik, untuk disini dan untuk disana juga, bagaikan mati di
dalam hidup, bagaikan hidup dalam mati, hidup abadi selamanya, yang mati itu
juga. Badan hanya sekedar melaksanakan secara lahir, yaitu yang menuju pada
nafsu.
Wrekudara setelah mendengar perkataan Dewa Ruci, hatinya
terang benderang, menerima dengan suka hati, dalam hati mengharap mendapatkan
anugerah wahyu sesungguhnya. Dan kemudian dikatakan oleh Dewa Ruci :”Sena
ketahuilah olehmu, yang kau kerjakan, tidak ada ilmu yang didatangkan, semua
sudah kau kuasai, tak ada lagi yang dicari, kesaktian, kepandaian dan
keperkasaan, karena kesungguhan hati ialah dalam cara melaksanakan.
Dewa Ruci selesai menyampaikan ajarannya, Wrekudara tidak bingung dan semua sudah dipahami, lalu kembali ke alam kemanusiaan, gembira hatinya, hilanglah kekalutan hatinya, dan Dewa Ruci telah sirna dari mata,
Wrekudara lalu mengingat, banyak yang didengarnya tentang tingkah para Pertapa yang berpikiran salah, mengira sudah benar, akhirnya tak berdaya, dililit oleh penerapannya, seperti mengharapkan kemuliaan, namun akhirnya tersesat dan terjerumus.
Dewa Ruci selesai menyampaikan ajarannya, Wrekudara tidak bingung dan semua sudah dipahami, lalu kembali ke alam kemanusiaan, gembira hatinya, hilanglah kekalutan hatinya, dan Dewa Ruci telah sirna dari mata,
Wrekudara lalu mengingat, banyak yang didengarnya tentang tingkah para Pertapa yang berpikiran salah, mengira sudah benar, akhirnya tak berdaya, dililit oleh penerapannya, seperti mengharapkan kemuliaan, namun akhirnya tersesat dan terjerumus.
Bertapa tanpa ilmu, tentu tidak akan berhasil, kematian
seolah dipaksakan, melalui kepertapaannya, mengira dapat mencapai kesempurnaan
dengan cara bertapa tanpa petunjuk, tanpa pedoman berguru, mengosongkanan pikiran,
belum tentu akan mendapatkan petunjuk yang nyata. Tingkah seenaknya, bertapa
dengan merusak tubuh dalam mencapai kamuksan, bahkan gagallah bertapanya itu.
Guru yang benar, mengangkat murid/cantrik, jika memberi
ajaran tidak jauh tempat duduknya, cantrik sebagai sahabatnya, lepas dari pemikiran batinnya,
mengajarkan wahyu yang diperoleh. Inilah keutamaan bagi keduanya.
Tingkah manusia hidup usahakan dapat seperti wayang yang dimainkan di atas panggung, di balik layar ia digerak-gerakkan, banyak hiasan yang dipasang, berlampu panggung matahari dan rembulan, dengan layarnya alam yang sepi, yang melihat adalah pikiran, bumi sebagai tempat berpijak, wayang tegak ditopang orang yang menyaksikan, gerak dan diamnya dimainkan oleh Dalang, disuarakan bila harus berkata-kata, bahwa itu dari Dalang yang berada dibalik layar, bagaikan api dalam kayu, berderit oleh tiupan angin, kayu hangus mengeluarkan asap, sebentar kemudian mengeluarkan api yang berasal dari kayu, ketahuilah asal mulanya, semuanya yang tergetar, oleh perlindungan jati manusia, yang yang kemudian sebagai rahasia.
Tingkah manusia hidup usahakan dapat seperti wayang yang dimainkan di atas panggung, di balik layar ia digerak-gerakkan, banyak hiasan yang dipasang, berlampu panggung matahari dan rembulan, dengan layarnya alam yang sepi, yang melihat adalah pikiran, bumi sebagai tempat berpijak, wayang tegak ditopang orang yang menyaksikan, gerak dan diamnya dimainkan oleh Dalang, disuarakan bila harus berkata-kata, bahwa itu dari Dalang yang berada dibalik layar, bagaikan api dalam kayu, berderit oleh tiupan angin, kayu hangus mengeluarkan asap, sebentar kemudian mengeluarkan api yang berasal dari kayu, ketahuilah asal mulanya, semuanya yang tergetar, oleh perlindungan jati manusia, yang yang kemudian sebagai rahasia.
Kembali ke Negeri Ngamarta
Tekad yang sudah sempurna, dengan penuh semangat, Raden Arya Wrekudara kemudian pulang dan tiba ke negerinya, Ngamarta, tak berpaling hatinya, tidak asing bagi dirinya, sewujud dan sejiwa, dalam kenyataan ditutupi dan dirahasiakan, dilaksanakan untuk memenuhi kesatriaannya. Permulaan jagad raya, kelahiran batin ini, memang tidak kelihatan, yang bagaikan sudah menyatu, seumpama suatu bentukan, itulah perjalanannya.
Bersamaan dengan kedatangan Sena, di Ngamarta sedang berkumpul para saudaranya bersama Sang Prabu Kresna, yang sedang membicarakan kepergian Sena, cara masuk dasar samudera. Maka disambutlah ia, dan saat ditanya oleh Prabu Yudistira mengenai perjalanan tugasnya, ia menjawab bahwa perjalanannya itu dicurangi, ada dewa yang memberi tahu kepadanya, bahwa di lautan itu sepi,tidak ada air penghidupan. Gembira mendengar itu, lalu Kresna berkata :”Adikku ketahuilah nanti, jangan lupa segala sesuatu yang sudah terjadi ini”.MAKNA AJARAN DEWA RUCI
Tekad yang sudah sempurna, dengan penuh semangat, Raden Arya Wrekudara kemudian pulang dan tiba ke negerinya, Ngamarta, tak berpaling hatinya, tidak asing bagi dirinya, sewujud dan sejiwa, dalam kenyataan ditutupi dan dirahasiakan, dilaksanakan untuk memenuhi kesatriaannya. Permulaan jagad raya, kelahiran batin ini, memang tidak kelihatan, yang bagaikan sudah menyatu, seumpama suatu bentukan, itulah perjalanannya.
Bersamaan dengan kedatangan Sena, di Ngamarta sedang berkumpul para saudaranya bersama Sang Prabu Kresna, yang sedang membicarakan kepergian Sena, cara masuk dasar samudera. Maka disambutlah ia, dan saat ditanya oleh Prabu Yudistira mengenai perjalanan tugasnya, ia menjawab bahwa perjalanannya itu dicurangi, ada dewa yang memberi tahu kepadanya, bahwa di lautan itu sepi,tidak ada air penghidupan. Gembira mendengar itu, lalu Kresna berkata :”Adikku ketahuilah nanti, jangan lupa segala sesuatu yang sudah terjadi ini”.MAKNA AJARAN DEWA RUCI
- Pencarian air suci Prawitasari
Guru Durna memberitahukan Bima untuk
menemukan air suci Prawitasari. Prawita dari asal kata Pawita artinya bersih,
suci; sari artinya inti. Jadi Prawitasari pengertiannya adalah inti atau sari
dari pada ilmu suci.
- Hutan Tikbrasara dan Gunung Reksamuka
Air suci itu dikatakan berada dihutan
Tikbrasara, dilereng Gunung Reksamuka. Tikbra artinya rasa prihatin; sara
berarti tajamnya pisau, ini melambangkan pelajaran untuk mencapai lendeping
cipta (tajamnya cipta). Reksa berarti mamalihara atau mengurusi; muka adalah
wajah, jadi yang dimaksud dengan Reksamuka dapat diartikan: mencapai sari ilmu
sejati melalui samadi.
1. Sebelum melakukan samadi orang harus
membersihkan atau menyucikan badan dan jiwanya dengan air.2. Pada waktu samadi
dia harus memusatkan ciptanya dengan fokus pandangan kepada pucuk hidung.
Terminologi mistis yang dipakai adalah mendaki gunung Tursina, Tur berarti
gunung, sina berarti tempat artinya tempat yang tinggi.Pandangan atau paningal
sangat penting pada saat samadi. Seseorang yang mendapatkan restu dzat yang
suci, dia bisa melihat kenyataan antara lain melalui cahaya atau sinar yang
datang kepadanya waktu samadi. Dalam cerita wayang digambarkan bahwasanya Resi
Manukmanasa dan Bengawan Sakutrem bisa pergi ketempat suci melalui cahaya suci.
- Raksasa Rukmuka dan Rukmakala
Di hutan, Bima diserang oleh dua
raksasa yaitu Rukmuka dan Rukmala. Dalam pertempuran yang hebat Bima berhasil
membunuh keduanya, ini berarti Bima berhasil menyingkirkan halangan untuk
mencapai tujuan supaya samadinya berhasil.
Rukmuka : Ruk berarti rusak, ini
melambangkan hambatan yang berasal dari kemewahan makanan yang enak (kemukten).
Rukmakala : Rukma berarti emas, kala
adalha bahaya, menggambarkan halangan yang datang dari kemewahan kekayaan
material antara lain: pakaian, perhiasan seperti emas permata dan lain-lain
(kamulyan)
Bima tidak akan mungkin melaksanakan
samadinya dengan sempurna yang ditujukan kepada kesucian apabila pikirannya
masih dipenuhi oleh kamukten dan kamulyan dalam kehidupan, karena kamukten dan
kamulyan akan menutupi ciptanya yang jernih, terbunuhnya dua raksasa tersebut
dengan gamblang menjelaskan bahwa Bima bisa menghapus halangan-halangan
tersebut.
- Samudra dan Ular
Bima akhirnya tahu bahwa air suci itu
tidak ada di hutan , tetapi sebenarnya berada didasar samudra. Tanpa ragu-ragu
sedikitpun dia menuju ke samudra. Ingatlah kepada perkataan Samudra Pangaksama
yang berarti orang yang baik semestinya memiliki hati seperti luasnya samudra,
yang dengan mudah akan memaafkan kesalahan orang lain.
Ular adalah simbol dari kejahatan. Bima
membunuh ular tersebut dalam satu pertarungan yang seru. Disini menggambarkan
bahwa dalam pencarian untuk mendapatkan kenyataan sejati, tidaklah cukup bagi
Bima hanya mengesampingkan kamukten dan kamulyan, dia harus juga menghilangkan
kejahatan didalam hatinya. Untuk itu dia harus mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut:
1.Rila: dia tidak susah apabila
kekayaannya berkurang dan tidak iri kepada orang lain.
2. Legawa : harus selalu bersikap baik
dan benar.
3. Nrima : bersyukur menerima jalan hidup dengan sadar.
4. Anoraga : rendah hati, dan apabila ada orang yang berbuat
jahat kepadanya, dia tidak akan membalas, tetap sabar.
5. Eling : tahu mana yang benar dan salah dan selalu akan
berpihak kepada kebaikan dan kebenaran.
6. Santosa : selalu beraa dijalan yang benar, tidak pernah
berhenti untuk berbuat yang benar antara lain : melakukan samadi. Selalu
waspada untuk menghindari perbuatan jahat.
7. Gembira : bukan berarti senang karena bisa melaksanakan
kehendak atau napsunya, tetapi merasa tentram melupakan kekecewaan dari pada
kesalahan-kesalahan dari kerugian yang terjadi pada masa lalu.
8. Rahayu : kehendak untuk selalu berbuat baik demi
kepentingan semua pihak.
9. Wilujengan : menjaga kesehatan, kalau sakit diobati.
10. Marsudi kawruh : selalu mencari dan mempelajari ilmu yang
benar.
11. Samadi.
12. Ngurang-ngurangi: dengan antara
lain makan pada waktu sudah lapar, makan tidak perlu banyak dan tidak harus
memilih makanan yang enak-enak: minum secukupnya pada waktu sudah haus dan
tidak perlu harus memilih minuman yang lezat; tidur pada waktu sudah mengantuk
dan tidak perlu harus tidur dikasur yang tebal dan nyaman; tidak boleh terlalu
sering bercinta dan itu pun hanya boleh dilakukan dengan pasangannya yang sah. Pertemuan
dengan Dewa Suksma RuciSesudah Bima mebunuh ular dengan menggunakan kuku
Pancanaka, Bima bertemu dengan Dewa kecil yaitu Dewa Suksma Ruci yang rupanya
persis seperti dia. Bima memasuki raga Dewa Suksma Ruci melalui telinganya yang
sebelah kiri. Didalam, Bima bisa melihat dengan jelas seluruh jagad dan juga
melihat dewa kecil tersebut.
Pelajaran spiritual dari pertemuan ini adalah :
- Bima bermeditasi dengan benar, menutup kedua matanya,
mengatur pernapasannya, memusatkan perhatiannya dengan cipta hening dan rasa
hening.
- Kedatangan dari dewa Suksma Ruci adalah pertanda suci,
diterimanya samadi Bima yaitu bersatunya kawula dan Gusti.
Didalam paningal (pandangan didalam) Bima bisa melihat
segalanya segalanya terbuka untuknya (Tinarbuka) jelas dan tidak ada rahasia
lagi. Bima telah menerima pelajaran terpenting dalam hidupnya yaitu bahwa dalam
dirinya yang terdalam, dia adalah satu dengan yang suci, tak terpisahkan. Dia
telah mencapai kasunyatan sejati. Pengalaman ini dalam istilah spiritual
disebut “mati dalam hidup” dan juga disebut “hidup dalam mati”. Bima tidak
pernah merasakan kebahagiaan seperti ini sebelumnya. Mula-mula di tidak mau
pergi tetapi kemudian dia sadar bahwa dia harus tetap melaksanakan pekerjaan
dan kewajibannya, ketemu keluarganya dan lain-lain.
Arti simbolis pakaian dan perhiasan
Bima
Bima mengenakan pakaian dan perhiasan
yang dipakai oleh orang yang telah mencapai kasunytan-kenyataan sejati. Gelang
Candrakirana dikenakan pada lengan kiri dan kanannya. Candra artinya bulan,
kirana artinya sinar. Bima yang sudah tinarbuka, sudah menguasai sinar suci
yang terang yang terdapat didalam paningal.
Batik poleng : kain batik yang
mempunyai 4 warna yaitu; merah, hitam, kuning dan putih. Yang merupakan simbol
nafsu, amarah, alumah, supiah dan mutmainah. Disini menggambarkan bahwa Bima
sudah mampu untuk mengendalikan nafsunya.
Tusuk konde besar dari kayu asem
Kata asem menunjukkan sengsem artinya
tertarik, Bima hanya tertarik kepada laku untuk kesempurnaan hidup, dia tidak
tertarik kepada kekeyaan duniawi.
Tanda emas diantara mata.
Artiya Bima melaksanakan samadinya
secara teratur dan mantap.
Kuku Pancanaka
Bima mengepalkan tinjunya dari kedua
tangannya.
Melambangkan :
1. Dia telah memegang dengan kuat ilmu
sejati.
2. Persatuan orang-orang yang bermoral
baik adalah lebih kuat, dari persatuan orang-orang yang tidak bertanggung
jawab, meskipun jumlah orang yang bermoral baik itu kalah banyak.
Contohnya lima pandawa bisa mengalahkan
seratus korawa. Kuku pancanaka menunjukkan magis dan wibawa seseorang yang
telah mencapai ilmu sejati.
Langganan:
Postingan (Atom)