Jumat, 30 November 2012

Rahasia, Riyadhoh, Tersuruk dari FATEHAH




Bahwa Nama-nama Suratul Fatehah itu banyak,

Salah satunya adalah Ummul Kitab, Induknya Kitab,

ada lagi, MUKHUL Qur`an,

OTaknya Al Qur`an.

maka, tahukah engkau ??

bahwa benar-benar manusia itu adalah Kholifah Alloh,

Wakil-nya Alloh,

Ketika Fatehah diturunkan pada Muhammad,

Maka Cukuplah sudah,

seluruhnya, semuanya, segalanya,

Cukuplah 7 ayat itu.

Alam diri tunduk,

Manusia pun tunduk,

Alam semesta tunduk,

para malaikat tunduk,

jarak-pun tunduk,

waktu-pun tunduk,

rahasia-rahasia di dalam FATEHAH pun tunduk,

Martabat tujuh-pun tunduk

Maka,

tahulah engkau,

ketika Alloh memerintahkan,

Malaikat dan Iblis untuk tunduk pada Adam.

Qur`an ibarat alat,

yang semakin dalam engkau menggali,

akan semakin dalam pula yang kau peroleh.

Qur`an adalah lautan tanpa tepi.

Tapi bagi orang yang bukan ahlinya,

maka apalah artinya diberi alat untuk menggali,

wujud alatnyapun tak tahu,

gunanya alat itupun tak tahu,

cara menggunakan alat itupun tak tahu.

bagaimana engkau berharap alat itu digunakan untuk kebaikan kehidupan ???

Maka Cukuplah FATEHAH,

104 kitab Suci ngumpul di 4 kitab,

4 kitab ngumpul di FATEHAH.

Bagaimanakah aku dapat menceritakan rahasia kedalaman ini padamu,

kalau bahasa dan kias serta ibarat yang kumiliki,

sangat terbatas, sangatlah sempit.

Maka,

ketika Fatehah sudah terucap,

firman Alloh-lah yang keluar,

Maka,

ketika Fatehah sudah berangkat,

kalamulloh-lah yang meluncur,

Pintu mana yang akan sanggup menahannya ???

Ketika cahaya FATEHAH di tinggalkan,

Siapa yang akan sangup menembusnya ???

Ketika FATEHAH di perintahkan,

Siapa yang tidak mau tunduk kepadanya ???

Ketika isi FATEHAH dituangkan,

Siapa yang sanggup menahannya,

Gelombang air akan terhenti karena takjub dan hormatnya,

Mendung-pun akan membatalkan hujannya,

karena keheranan dan tunduknya,

Api-pun seakan malu melihatnya,

tak berani menampakkan diri.

Lalu bumi yang biasanya diam-pun,

akan berani bergolak menyambut kehadirannya.

Nikmat mana lagi yang akan kita dustai ????

Ketika cahaya FATEHAH berlari,

langit manakah yang akan engkau pandang,

langit lahiriyah yang katanya di atasmu ???

ataukah langit maknawiyah yang ada dalam dirimu ???

Maka ketika pandangan kau tengadahkan,

takkan ada yang dapat engkau saksikan,

Maka ketika pandangan engkau tundukkan,

Sanggupkah engkau menjaga ketakjubanmu ????

Sungguh, seandainya Qur`an 30 juz,

6666 ayat tidak diturunkan,

Maka,

Cukuplah tujuh ayat itu bagimu.

Bismillahirrohmanirrohim,

Alhamdulillahirobil alamin,

Arrohmanirrohim,

Malikiyaumidin,

Iyyakana`budu wa iyyakanasta`in,

Ihdinashirotol mustaqim,

Sirotholladzina an amta alaihim ghoiril magdhubi alaihim waladzdholin.

Maka ketika Bismillah....... disampaikan,

tahukah engkau sumber air yang mengalir di dalamnya ???

Ketika Alhamdulillah........diucapkan,

tahukah engkau bahwa Alloh yang menjaga dan mengatur semuanya ??

Ketika Arrohman.......diluncurkan,

Manakah yang lepas dari Rohman dan RohimNya ???

Ketika Maliki... diberangkatkan,

Siapa yang tidak akan tunduk pada Nya ???

Ketika Iyya kana` .........di mohonkan,....

manakah yang tidak AKU kabulkan ???

Ketika Ihdinashirotol mustaqim engkau mohon,

Jalan mana lagi yang tidak dibukakan ???

Ketika Shirotol.....dibacakan,

Jelaslah sudah perbedaan,

antara engkau sekedar mengetahui,

ataukah engkau memiliki.

Sabtu, 24 November 2012

Penyembuhan dalam Suatu Perjalanan Spiritual

Bagi kalangan Sufi ‘penyembuhan’ merupakan salah satu pengejawantahan diri dalam rangka melaksanakan ‘rahmatan lil ‘alamin’. Dalam menyalurkan daya penyembuhan, mereka tidak terikat oleh sistem atau metodologi yang sama. Karena masalah teknis mereka dapatkan lewat pengalaman unik mereka masing-masing di dalam proses penemuan diri. Bahkan sering terjadi di luar rencana dan kesengajaan mereka.
Menurut para Sufi, demikian juga kebanyakan orang beriman, daya-penyembuhan itu milik Allah. Ia (healing) diturunkan ke dunia melalui lorong sebab (kausalitas) yang bermacam-macam. Diantaranya adalah Kausalitas Supranatural yang dikaruniakan Tuhan bagi kaum Sufi.

Selengkapnya klasifikasi kausalitas sebagai berikut:
KAUSALITAS (1) Natural ___(2) Supranatural
(1) Logis____(2) Magis
(1) Vertikal___(2) Horisontal
Jelasnya kausalitas yang telah kita ketahui ada dua, yaitu: Kausalitas Supranatural dan Kausalitas Natural. Kausalitas Natural juga terdiri dari dua macam, yaitu: Kausalitas Magis dan Kausalitas Logis. Dan Kausalitas Logis terdiri dari dua macam pula, yaitu: Kausalitas Horisontal dan Kausalitas Vertikal.
Jika Kausalitas Supranatural difasilitaskan buat para Sufi, Kausalitas Natural diamanatkan buat para ahli yang lain. Misalnya Kausalitas Magis bagi para penyihir, paranormal, dukun, dan sebagainya. Kausalitas Logis Horisontal diamanatkan kepada para dokter, apoteker, akupunktur, dan tabib-tabib tradisional. Sedangkan Kausalitas Logis Vertikal dipercayakan kepada para psikiater atau dokter jiwa.
KAUSALITAS SUPRANATURAL
Tidak sebagaimana diduga oleh kebanyakan orang bahwa penguasaan Kausalitas Supranatural bisa dilatih lewat seperangkat riadloh (exercise) seperti penguasaan Kausalitas Magis, atau dengan sebuah teori lewat eksperimen-eksperimen pada objek natur seperti penguasaan Kausalitas Logis, karena fasilitas tersebut merupakan karunia Ilahi kepada hamba-Nya yang telah jauh menempuh proses pengabdian dengan segala resiko eksistensialnya. Proses pengabdian kepada Yang Maha Sempurna memiliki nilai ganda ke luar maupun ke dalam, yang mengisyaratkan telah berlangsungnya transformasi kesadaran lewat momen-momen transendensi dan imanensi selama dalam proses.
TRANSFORMASI KESADARAN LEWAT TRANSENDENSI DAN IMANENSI
Untuk masuk ke dalam mekanisme tersebut, kita membutuhkan empat tahap transformasi kesadaran dengan berteladan pada uswah yang terpuji yaitu Rasulullah SAW. Dua tahap yang pertama bersifat Eksistensial dan dua tahap berikutnya bersifat Esensial.
  1. Tahap transformasi yang pertama adalah untuk mencapai kesadaran jagad-raya yang dengannya kita mendapatkan hak berada di tengah alam semesta. Untuk itu kita perlu mengenakan jubah kebesaran yang dikenakan oleh setiap warga alam, yang berupa sifat Ikhlas menjadi dirinya sendiri dengan segala muatan (hak) dan beban (kewajiban) yang telah ditentukan. Jika tidak, kita akan menjadi sengsara hidup di dalamnya.
    Langkah pertama adalah mencari hingga menemukan identitas diri kita yang paling final, yaitu sebagai hamba Allah. Untuk menumbuhkan kesadaran tersebut, kita membutuhkan penghayatan sebagai hamba yang berupa Shalat.
    Setelah sifat ikhlas terkondisi di dalam diri, semua persaksian kita tentang kenyataan akan sama dengan persaksian setiap warga alam yang lain, yaitu jujur (Siddiq).
  2. Tahap transformasi yang kedua adalah untuk mencapai kesadaran umat (sosial), supaya kita mendapatkan hak di tengah ummat sebagai warganya. Untuk itu kita perlu melakukan kebaktian sosial (Al-Bir) dengan menunaikan Zakat, infaq, dan shodaqoh. Pengamalannya akan mengangkat nilai keberadaan diri kita di tengah lingkung umat, dan puncaknya adalah tumbuhnya kesadaran bahwa semua milik yang ada hanyalah titipan Allah (Amanah).
  3. Tahap transformasi yang ketiga adalah untuk mendapatkan kemampuan atau potensi ilahi (Qodratullah) dengan Bertaqwa kepadaNya. Untuk itu kita butuh menunaikan ibadah Puasa.
    Dengan demikian kita akan mendapatkan potensi-ekstra dari Robbul-’alamin , sebagai supporting-power yang mampu menguakkan terobosan (makhrojan) buat semua stagnasi. Kebahagiaan spiritual yang kita rasakan dari perolehan tersebut membuat kita perlu menyampaikannya kepada pihak lain supaya dapat ikut serta menghayatinya (Tabligh).
  4. Tahap transformasi keempat adalah untuk menundukkan iradah insaniah kita di bawah iradah Allah (Iradatullah) dengan menunaikan apapun yang diperintahkanNya tanpa komentar (Tawakkal). Meskipun di dalam menunaikannya kita harus meninggalkan semua yang kita cintai, seperti keluarga, tanah air, segala fungsi dan peran kita di tengah lingkungan dengan ibadah Haji.
    Lenyapnya kehendak insani di dalam Amr (Perintah) Illahi mengantarkan kita pada kenyataan baru di dalam diri kita, sehingga apa yang kita amalkan pasti akan terwujud,karena bukan kita yang melakukannya melainkan Allah-lah pelakunya (Fathonah).
Kesimpulannya, sifat-sifat Siddiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah tidak hanya wajib bagi Rasul melainkan sifat-sifat yang harus diteladani oleh pengikutnya.
Ringkasan proses transformasi diri lewat Transendensi dan Imanensi sebagai berikut:
Dimensi Eksistensial:
  1. Orientasi Perbuatan (Af’al):
    • Ikhlas – menemukan diri di dalam alam (transendensi)
    • Siddiq – menemukan alam di dalam diri (imanensi)
  2. Orientasi Nama (Asma):
    • Al-Bir – menemukan diri di dalam masyarakat (transendensi)
    • Amanah – menemukan masyarakat di dalam diri (imanensi)
Dimensi Esensial:
  1. Orientasi Sifat:
    • Taqwa – menemukan diri di dalam qodrat Allah (transendensi)
    • Tabligh – menemukan qodrat Allah di dalam diri (imanensi)
  2. Orientasi Zat:
    • Tawakkal – menemukan diri di dalam iradah Allah (transendensi)
    • Fathonah – menemukan iradah Allah di dalam diri (imanensi)
Healing bagi para Sufi bukan ilmu, skill, power diri, ataupun tujuan, melainkan melaksanakan Amr Allah.
Perjuangan Sufi di dalam menghayati revolusi diri hingga mencapai maqom Wahdah (Unity) ditanggapi oleh Allah dengan mengaruniakan kepadanya sebuah mekanisme yang lain (Kausalitas Supranatural), yang dengannya ia dapat menggapai maqom Jam’iyah (Universality), sehingga keberadaannya di dunia tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, melainkan berguna bagi semua.
Risalah singkat ini merupakan bagian dari konsep kesufian yang saya tegakkan di atas landasan syari’at Islam yang tak dapat digoyahkan, namun dapat digali sedalam-dalamnya tanpa merusak sendi-sendinya. Karena bagi saya tasawuf adalah Islam itu sendiri, dalam dimensinya yang tingg

Nabi Muhammad SAW nabi Umat Hindu juga??

Salah satu ramalan kedatangan nabi Muhammad yg sangat terkenal yang juga telah membuat seorang professor bahasa dari Alahabad University India mengajak kepada umat Hindu untuk segera memeluk agama Islam, adalah terdapatnya sebuah ramalan penting dalam kitab suci Hindu tentang kedatangan yang ditunggu-tunggu dari seorang Kalky Avtar (baca : autar). “av” artinya : turun. “tr” artinya melewati. Jadi arti kata Avtar adalah “diturunkan atau diutus untuk turun”. Kalky Avtar artinya adalah : “utusan terakhir”.

Pundit Vaid Parkash – sang professor (yang menulis buku berjudul “Kalky Avtar”), secara terbuka dan dengan alasan-alasan ilmiah, mengajak para penganut Hindu untuk segera memeluk agama Islam dan sekaligus mengimani risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW, karena menurutnya, sebenarnya Nabi Muhammad adalah sosok yang dinanti-nantikan sebagai sosok pembaharu spiritual dalam agama Hindu.

Disebutkan dalam Nashpropesy, Nabi Muhammad diramalkan dengan nama Kalky Avtar (Autar terakhir) dan Amtim Rishi. Sedangkan dalam kitab Puranas disebutkan tentang Kalky Autar dan kedatangannya. Diantara ayat-ayat yang menyebutkan adalah :

- Dalam Baghavata Purana Khand 12 Adhyay 2 Shloka 18-20 disebutkan dalam rumah Visnuyash akan dilahirkan Kalky Avtar yang diramalkan akan menjadi penguasa dunia, yang terkenal dengan sifat-sifatnya yang baik & menonjol. Dia akan diberi tanda-tanda. Dia akan diberi oleh malaikat sebuah kendaraan yang cepat. Dia akan menaiki kuda putih sambil memegang pedang. Dia akan mengalahkan orang-orang jahat dan dia akan terkenal di dunia.

- Dalam Baghavata Purana Khand 1 Adhyay 3 Shloka 25 disebutkan akan ada juru selamat di rumah Visnuyash

- Dalam Kalki Purana (2) : 4 disebutkan bahwa di rumah Visnuyash pemimpin - kampung Sambala akan lahir Kalki Avtar

- Dalam Kalki Purana (2) : 5 disebutkan bahwa dia akan datang bersama para sahabatnya (4 orang sahabat) mengalahkan orang-orang jahat

- Dalam Kalki Purana (2) : 7 disebutkan bahwa dia akan dijaga oleh malaikat di medan perang

- Dalam Kalki Purana (2) : 11 disebutkan bahwa dalam rumah Visnuyash dan dalam rumah Summati Kalki Autar akan lahir

- Dalam Kalki Purana (2) : 15 disebutkan bahwa dia akan lahir pada tanggal 12 bulan pertama Madhop

- Semua ramalan yg disebut diatas tadi tiada lain merujuk pada Nabi Muhammad SAW. Penjelasannya demikian :

- Dirumah Visnuyash berarti dirumah pengikut Vishnu (pengikut Tuhan) sedangkan ayah dari Nabi Muhammad adalah bernama Abdullah yang artinya adalah pengikut Allah (pengikut Tuhan). Orang Islam menyebut “Allah” sebagai Tuhan, sedang orang Hindu menyebut “Vishnu” sebagai Tuhan. Jadi di rumah Visnuyash adalah di rumah Abdullah.

- Summati dalam bahasa sansekerta artinya adalah orang yang sangat setia. Sedangkan ibunda nabi Muhammad adalah bernama Aminah yang dalam bahasa arab artinya juga orang yg setia.

- Sambala bahasa arabnya adalah tempat yang aman & damai. Nabi Muhammad dilahirkan di Makkah yang terkenal dengan nama “Darul Aman” yaitu tempat yang aman & damai. Akan lahir diantara kepala suku Sambala, artinya bahwa Nabi akan lahir diantara kepala suku di Makkah.

Dilahirkan pada tanggal 12 di bulan pertama Madhop. Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 rabiul awal

Sebagai Amtim Rishi (resi terakhir). Nabi Muhammad adalah juga nabi terakhir dari deretan nabi-nabi yang dikirim Tuhan seperti yang terdapat pada QS. Al- Ahzab : 40.

- Dia akan memperoleh bimbingan di atas gunung dan akan kembali lagi ke arah utara. Nabi Muhammad memperoleh wahyu pertamanya di gua Hira di Jabal Nur. Jabal Nur artinya Gunung Cahaya lalu kembali lagi ke Makkah.

- Dia akan memiliki sifat-sifat yang sangat mulia. Persis seperti nabi Muhammad seperti terdapat pada QS. Al-Qalam : 14 “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur”.

- Kalki Autar akan diberi 8 kemampuan spiritual, yaitu : bijaksana, punya kendali diri, keturunan yg terhormat, punya pengetahuan wahyu, pemberani, perkataannya bertarget kurikulum, sangat dermawan, dan sangat ramah. Semuanya adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh nabi Muhammad

- Dia akan diberi kendaraan yg sangat cepat oleh Shiva. Nabi Muhammad juga diberi bouraq yang sangat cepat oleh Allah yg membawanya ke langit dalam peristiwa Mi’raj.

- Dia akan naik kuda putih dengan tangan kanannya memegang pedang. Nabi Muhammad juga ambil bagian dalam peperangan termasuk dengan menunggang kuda dan bertempur dengan memegang pedang dengan tangan kanannya.

- Dia akan menjadi penyelamat umat manusia. Dalam QS. Faatir(35) ayat 24 dan QS. Saba(34) ayat 28 disebutkan bahwa Nabi Muhammad adalah pembawa berita gembira & peringatan bagi seluruh umat manusia, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Dia akan menjadi pembimbing ke jalan yang benar. Nabi Muhammad hidup pada jaman jahiliyah yang penuh kegelapan dimana ia membawa umatnya ke jalan yang terang benderang.

- Dia akan dibantu oleh 4 sahabat dalam menyebarkan misi. Kita tahu ada 4 orang khalifah sahabat nabi yaitu : Sayyidina Abubakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

- Dia akan ditolong oleh malaikat di medan pertempuran. Dalam perang Badr Nabi Muhammad dibantu oleh para malaikat Allah seperti tersebut dalam QS. Ali Imran (3) ayat 123 & 125 : “Jika kamu bersabar dan bertaqwa dan mereka menyerang kamu dengan seketika itu juga niscaya Allah menolong kamu dengan 5000 malaikat yang memakai tanda”. Juga QS. Al-Anfal(8) ayat 9 yang berbunyi “…. sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yg datang berturut-turut.”

Ternyata sekian banyak ayat tersebut (yang sebenarnya belum semuanya ditampilkan) yang meramalkan akan datangnya seorang nabi yang ditunggu-tunggu oleh umat Hindu, begitu cocok dengan gambaran Nabi Muhammad, umat Islam, dan sejarahnya. Mungkin saja ini juga merupakan pembuktian yang diberikan Allah bahwa Nabi Muhammad memang diutus Allah untuk seluruh umat manusia.

Sekarang akan kita lihat dalam kitab suci agama Hindu. Ada banyak kitab dalam agama Hindu yang diakui sebagai kitab suci mereka. Dari semuanya yang dianggap paling suci adalah kitab Veda (Weda). Bila diantara kitab-kitab itu ada yang bertentangan, maka yang harus menjadi rujukan utama adalah Weda yg juga masih terbagi lagi menjadi beberapa kitab. Kitab-kitab lain selain Weda adalah : Upanishad, Smriti, Dharma Sastra, Bhagavat Gita, Puranas, dll.

Ayat-ayat ramalan kedatangan Nabi Muhammad

Disebutkan dalam Bhavisa Purana –> dalam Pratisarag Parv III, Khand 3, Adhyay 3, Shalokas 10 to 27 :

“Aryadarma akan tampil di muka bumi ini. ‘Agama kebenaran’ akan memimpin dunia ini. Saya diutus oleh Isyparmatma. Dan pengikut saya adalah orang yang berada di lingkungan itu, yang kepalanya tidak dikucir, mereka akan memelihara jenggot dan akan mendengarkan wahyu, mereka akan mendengarkan panggilan sholat (adzan), mereka akan memakan apa saja kecuali daging babi, mereka tidak akan disucikan dengan tanaman semak-semak/umbi-umbian tapi mereka akan suci di medan perang. Meraka akan dipanggil “Musalaman” (perantara kedamaian).”

Kalau anda baca tulisan diatas dengan baik, maka anda akan melihat bahwa ciri-ciri dari pengikut agama kebenaran yg disebutkan adalah ciri-ciri yang umum terdapat pada umat Islam.

Dalam Atharvaveda book 20 Hymn 127 Shlokas 1-14 disebutkan tentang Kuntupsuktas yang mengisyaratkan bahwa nabi Muhammad akan terungkap kemudian.

- Mantra 1 mengatakan : ia akan disebut Narasangsa. “Nars” artinya orang, “sangsa” artinya “yang terpuji”. Jadi Narasangsa artinya : orang yang terpuji. Kata “Muhammad” dalam bahasa arab juga berarti : orang yang terpuji. Jadi Narasangsa dalam bahasa Sansekerta adalah identik dg Muhammad dalam bahasa arab. Jadi Narasangsa adalah figur yang sama dengan Nabi Muhammad. Ia akan disebut “Kaurama” yang bisa berarti : pangeran kedamaian, dan bisa berarti : orang yg pindah (hijrah). Nabi Muhammad adalah seorang pangeran kedamaian yang hijrah dari Makkah ke Madinah. Ia akan dilindungi dari musuh yang akan dikalahkannya yang berjumlah 60.090 orang. Jumlah itu adalah sebanyak penduduk Makkah pada masa Muhammad hidup yaitu sekitar 60.000 orang.

- Mantra 2 mengatakan : ia adalah resi yang naik unta. Ini berarti ia bukan seorang bangsawan India, karena dikatakan dalam Mansuriti(11) : 202 mengatakan bahwa Brahma tidak boleh menaiki unta atau keledai. Jadi tokoh ini jelas bukan dari golongan Brahmana (pendeta tinggi Hindu), tapi seorang asing.

- Mantra 3 mengatakan : ia adalah “Mama Rishi” atau resi agung. Ini cocok dengan Nabi agung umat Islam yaitu Nabi Muhammad SAW.

- Mantra 4 mengatakan : ia adalah Washwereda (Rebb) artinya orang yang terpuji. Nabi Muhammad yang juga dipanggil dengan nama Ahmad adalah berarti juga “orang yang terpuji” yang terjemahan bahasa Sansekerta-nya adalah Rebb.

Beberapa ramalan lainnya :

- Dalam Atharvaveda book 20 hymn 21 : 6 dinyatakan bahwa di sana disebutkan dengan istilah : “akkaru” yang artinya : “yang mendapat pujian”. Dia akan mengalahkan 10.000 musuh tanpa pertumpahan darah. Hal ini merujuk pada perang Ahzab yang mana Nabi Muhammad mengalahkan musuh yang berjumlah 10.000 orang tanpa pertumpahan darah.

- Dalam Atharvaveda book 20 hymn 21 : 7 dinyatakan bahwa Abandu akan mengalahkan 20 penguasa. Abandu juga berarti seorang yatim atau seorang yang mendapat pujian. Ini mengarah pada nabi Muhammad yang seorang yatim sejak lahir dan arti kata Muhammad/Ahmad yang berarti yang terpuji, yang akan mengalahkan kepala-suku-suku dari suku-suku di sekitar Makkah yg berjumlah sekitar 20 suku.

- Dalam Rigveda book 1 Hymn 53 : 9 nabi dipanggil dg sebutan “Suslama” yg artinya lagi-lagi adalah : orang yg terpuji yg merupakan arti dari nama Muhammad.

- Dalam Samaveda Agni Mantra 64 dinyatakan bahwa ia tidak disusui oleh ibunya. Hal ini persis dengan Nabi Muhammad yang tidak disusui oleh ibunya tapi oleh seorang wanita bernama Halimah.

- Dalam Samaveda Uttararchika Mantra 1500 dinyatakan bahwa Ahmad akan dianugrahi undang-undang abadi, yang jelas mengacu pada Nabi Muhammad yang akan dianugrahi kitab suci Al-Qur’an. Tapi karena orang India yang berbahasa sansekerta tidak paham kata Ahmad, maka diterjemahkan menjadi “a” dan “mahdi” yaitu “saya sendiri”, jadi diartikan “saya sendiri yang menerima undang-undang abadi”. Padahal seharusnya “Muhammad sendiri yang dianugrahi undang-undang abadi”.

Nabi Muhammad diramalkan dengan nama Ahmad pada banyak bagian dalam kitab-kitab Weda. Juga diramalkan pada tak kurang dari 16 tempat yang berbeda dalam kitab weda dg nama Narasangsa artinya adalah sama dengan arti dari nama Muhammad, yaitu “yang terpuji”.

point-point penting yang menunjukkan bahwa “Kalki Avatar” merujuk kepada sosok Rasulullah Muhammad s.a.w antara lain:
1. Dalam Purana (salah satu kitab Hindu), disebutkan bahwa Kalki Avatar adalah utusan terakhir dari Tuhan yang akan membimbing seluruh umat manusia.
2. Menurut prediksi agama Hindu, kelahiran Kalki Avatar akan terjadi di Semenanjung (yang menurut agama Hindu kawasan Arab). Ini ramalan yang sesuai dengan faktanya di mana Islam lahir di kawasan Arab
3. Disebutkan, bahwa kalki Avatar lahir dari seorang ayah bernama VISHNUBHAGAT dan ibu bernama SUMAANI. Jika kedua nama itu diartikan, maka akan ditemukan hal yang sangat mengesankan, yakni:
VISHNU (artinya Tuhan) + BHAGAT (artinya Hamba) = Hamba/Abdi Tuhan= ABDULLAH (dalam Bahasa Arab berarti HAMBA ALLAH) adalah nama ayah dari Nabi Muhammad s.a.w.
SUMAANI (berarti kedamaian)  =  AMINAH (yang berarti kedamaian dalam Bahasa Arab) yang merupakan nama ibu NabI Muhammad s.a.w
4. Dalam buku agama Hindu, disebutkan bahwa makanan pokok Kalki Avatar adalah kurma dan zaitun, dan ia akan menjadi orang yang paling jujur dan dipercaya di daerahnya. Tidak bisa dipungkiri, ciri-ciri tersebut mengacu pada diri Rasulullah s.a.w
5. Dalam Weda (Kitab suci agama Hindu) disebutkan bahwa Kalki Avatar terlahir dari keturunan terhormat. Suku Quraish merupakan suku yang terhormat dan terpandang di Arab
6. Disebutkan bahwa Tuhan akan mengajarkan Kalki Avatar melalui utusannya dalam sebuah gua. Sedangkan Nabi Muhammad s.a.w menerima wahyu Allah dari Malaikat Jibril dalam Gua Hira
7. Tuhan akan menyediakan Kalki Avatar kuda yang sangat cepat untuk berkendara dan naik ke langit ke-tujuh. Bandingkanlah, dengan Buraq yang merupakan tunggangan rasulullah dalam bermi’rat ke Sidratul Muntaha di langit ke-tujuh
8. Tuhan akan membantu Kalki Avatar dengan bantuan ghaib dalam peperangan. Bandingkanlah dengan bantuan Allah dalam setiap pertempuran yang dialami Rasulullah.
9. Salah satu point yang sangat mengejutkan lain adalah kalki avatar dilahirkan pada tanggal 12 dalam sebuah bulan. Faktanya adalah Nabi Muhammad s.a.w dilahirkan tanggal 12 Rabiul Awal.
10. Kalki Avatar adalah penunggang kuda dan pemain pedang yang mahir. Nabi Muhammad s.a.w adalah masuk kriteria tersebut
Merujuk kriteria-kriteria tersebut, sang penulis buku memberikan suatu
ulasan, bahwa seharusnya memang jika semua kriteria Kalki Avatar merujuk pada diri sang nabi besar Muhammad s.a,w, maka seharusnyalah umat Hindu tidak perlu menunggu hingga saat ini sang Kalki Avatar. Karena sang pemimpin besar itu telah melaksanakan tugasnya membuka lembaran baru bagi umat manusia di dunia pada 14 abad yang lalu.

Minggu, 18 November 2012

SERAT DEWO RUCI


Filosofi Dewa Ruci
Kiranya perlu dipahami bahwa tujuan hakiki dari kejawen adalah berusaha mendapatkan ilmu sejati untuk mencapai hidup sejati, dan berada dalam keadaan harmonis hubungan antara kawula (manusia)dan Gusti (Pencipta) (manunggaling kawula Gusti )/ pendekatan kepada Yang Maha Kuasa secara total.
Keadaan spiritual ini bisa dicapai oleh setiap orang yang percaya kepada Sang Pencipta, yang mempunyai moral yang baik, bersih dan jujur. beberapa laku harus dipraktekkan dengan kesadaran dan ketetapan hati yang mantap.Pencari dan penghayat ilmu sejati diwajibkan untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi semua orang serta melalui kebersihan hati dan tindakannya. Cipta, rasa, karsa dan karya harus baik, benar, suci dan ditujukan untuk mamayu hayuning bawono. Kejawen merupakan aset dari orang Jawa tradisional yang berusaha memahami dan mencari makna dan hakekat hidup yang mengandung nilai-nilai spiritual yang tinggi.
Tindakan tersebut dibagi tiga bagian yaitu tindakan simbolis dalam religi, tindakan simbolis dalam tradisi dan tindakan simbolis dalam seni. Tindakan simbolis dalam religi, adalah contoh kebiasaan orang Jawa yang percaya bahwa Tuhan adalah zat yang tidak mampu dijangkau oleh pikiran manusia, karenanya harus di simbolkan agar dapat di akui keberadaannya misalnya dengan menyebut Tuhan dengan Gusti Ingkang Murbheng Dumadi, Gusti Ingkang Maha Kuaos, dan sebagainya. Tindakan simbolis dalam tradisi dimisalkan dengan adanya tradisi upacara kematian yaitu medoakan orang yang meninggal pada tiga hari, tujuh hari, empatpuluh hari, seratus hari, satu tahun, dua tahun ,tiga tahun, dan seribu harinya setelah seseorang meninggal ( tahlilan ). Dan tindakan simbolis dalam seni dicontohkan dengan berbagai macam warna yang terlukis pada wajah wayang kulit; warna ini menggambarkan karakter dari masing-masing tokoh dalam wayang.
Perkembangan budaya jawa yang mulai tergilas oleh perkembangan teknologi yang mempengaruhi pola pikir dan tindakan orang jawa dalam kehidupan. Maka orang mulai berfikir bagaimana bisa membuktikan hal gaib secara empiris tersebut dengan menggunakan berbagai macam metode tanpa mengindahkan unsur kesakralan. Bahkan terkadang kepercayaan itu kehilangan unsur kesakralannya karena dijadikan sebagai obyek exploitasi dan penelitian.
Kebiasaan orang Jawa yang percaya bahwa segala sesuatu adalah simbol dari hakikat kehidupan, seperti syarat sebuah rumah harus memiliki empat buah soko guru (tiang penyangga) yang melambangkan empat unsur alam yaitu tanah, air, api, dan udara, yang ke empatnya dipercaya akan memperkuat rumah baik secara fisik dan mental penghuni rumah tersebut. Namun dengan adanya teknologi konstruksi yang semakin maju, keberadaan soko guru itu tidak lagi menjadi syarat pembangunan rumah.Dengan analisa tersebut dapat diperkirakan bagaimana nantinya faham simbolisme akan bergeser dari budaya jawa. Tapi bahwa simbolisme tidak akan terpengaruh oleh kehidupan manusia tapi kehidupan manusialah yang tergantung pada simbolisme. Dan sampai kapanpun simbolisme akan terus berkembang mengikuti berputarnya cakra panggilingan.
Orang Jawa menganggap cerita wayang merupakan cermin dari pada kehidupannya.
Dewa Ruci yang merupakan cerita asli wayang Jawa memberikan gambaran yang jelas mengenai hubungan harmonis antara Kawula dan Gusti, yang diperagakan oleh Bima atau Aria Werkudara dan Dewa Ruci.Dalam bentuk kakawin (tembang) oleh Pujangga Surakarta,Yosodipuro berjudul:”Serat Dewaruci Kidung” yang disampaikan dalam bentuk macapat, berbahasa halus dan sesuai rumus-rumus tembang, dengan bahasa Kawi, Sanskerta dan Jawa Kuna.
Intisari cerita tersebut yaitu bahwa pihak kaum Kurawa dengan dinegeri Amarta, ingin menjerumuskan pihak Pandawa dinegeri Astina,(yang sebenarnya adalah:bersaudara) ke dalam kesengsaraan, melalui perantaraan guru Durna. Sena yang juga adalah murid guru Durno diberikan ajaran: bahwa dalam mencapai kesempurnaan demi kesucian badan ,Sena diharuskan mengikuti perintah sang Guru untuk mencari air suci penghidupan ke hutan Tibrasara. Sena mengikuti perintah gurunya dan yakin tidak mungkin teritipu dan terbunuh oleh anjuran Gurunya, dan tetap berniat pergi mengikuti perintah sang Guru,walaupun sebenarnya ada niat sang Guru Durno untuk mencelakaannya.Diceritakan Pada saat di negeri Amarta ,Prabu Suyudana/raja Mandaraka/prabu Salya sedang rapat membahas bagaimana caranya Pandawa dapat ditipu secara halus agar musnah, sebelum terjadinya perang Baratayuda, bersama dengan Resi Druna, Adipati Karna, Raden Suwirya, Raden Jayasusena, Raden Rikadurjaya, Adipati dari Sindusena, Jayajatra, Patih Sengkuni, Bisma, Dursasana, dan lain-lainnya termasuk para sentana/pembesar andalan lainnya.
Kemudian Durna memberi petunjuk kepada Sena, bahwa jika ia telah menemukan air suci itu ,maka akan berarti dirinya mencapai kesempurnaan, menonjol diantara sesama makhluk,dilindungi ayah-ibu, mulia, berada dalam triloka,akan hidup kekal adanya. Selanjutnya dikatakan, bahwa letak air suci ada di hutan Tibrasara, dibawah Gandawedana, di gunung Candramuka, di dalam gua. Kemudian setelah ia mohon pamit kepada Druna dan prabu Suyudana, lalu keluar dari istana, untuk mohon pamit, mereka semua tersenyum, membayangkan Sena berhasil ditipu dan akan hancur lebur melawan dua raksasa yang tinggal di gua itu, sebagai rasa optimisnya ,untuk sementara merekamerayakan dengan bersuka-ria, pesta makan minum sepuas-puasnya.
Setelah sampai di gua gunung Candramuka, air yang dicari ternyata tidak ada, lalu gua disekitarnya diobrak-abrik. Raksasa Rukmuka dan Rukmakala yang berada di gua terkejut, marah dan mendatangi Sena. Namun walau telah dijelaskan niat kedatangannya, kedua raksasa itu karena merasa terganggu akibat ulah Sena, tetap saja mengamuk. Terjadi perkelahian …….Namun dalam perkelahian dua Raksaksa tersebut kalah, ditendang, dibanting ke atas batu dan meledak hancur lebur. Kemudian Sena mengamuk dan mengobrak-abrik lagi sampai lelah,dalam hatinya ia bersedih hati dan berfikir bagaimana mendapatkan air suci tersebut.Karena kelelahan,kemudian ia berdiri dibawah pohon beringin.
Setibanya di serambi Astina, saat lengkap dihadiri Resi Druna, Bisma, Suyudana, Patih Sangkuni, Sindukala, Surangkala, Kuwirya Rikadurjaya, Jayasusena, lengkap bala Kurawa, dan lain-lainnya, terkejut….! atas kedatangan Sena. Ia memberi laporan tentang perjalannya dan dijawab oleh Sang Druna :bahwa ia sebenarnya hanya diuji, sebab tempat air yang dicari, sebenarnya ada di tengah samudera. Suyudana juga membantu bicara untuk meyakinkan Sena.
Karena tekad yang kuat maka Senapun nekat untuk pergi lagi….., yang sebelumnya ia sempat mampir dahulu ke Ngamarta.(tempat para kerabatnya berada) Sementara itu di Astina keluarga Sena yang mengetahui tipudaya pihak Kurawa mengirim surat kepada prabu Harimurti/Kresna di Dwarawati, yang dengan tergesa-gesa bersama bala pasukan datang ke Ngamarta.
Setelah menerima penjelasan dari Darmaputra, Kresna mengatakan bahwa janganlah Pandawa bersedih, sebab tipu daya para Kurawa akan mendapat balasan dengan jatuhnya bencana dari dewata yang agung. Ketika sedang asyik berbincang-bincang, datanglah Sena, yang membuat para Pandawa termasuk Pancawala, Sumbadra, Retna Drupadi dan Srikandi, dan lain-lainnya, senang dan akan mengadakan pesta. Namun tidak disangka, karena Sena ternyata melaporkan bahwa ia akan meneruskan pencarian air suci itu, yaitu ke tengah samudera. Nasehat dan tangisan, termasuk tangisan semua sentana laki-laki dan perempuan, tidak membuatnya mundur.
Sena berangkat pergi, tanpa rasa takut keluar masuk hutan, naik turun gunung, yang akhirnya tiba di tepi laut. Sang ombak bergulung-gulung menggempur batu karang bagaikan menyambut dan tampak kasihan kepada yang baru datang, bahwa ia di tipu agar masuk ke dalam samudera, topan datang juga riuh menggelegar, seakan mengatakan bahwa Druna memberi petunjuk sesat dan tidak benar.
Bagi Sena, lebih baik mati dari pada pulang menentang sang Maharesi, walaupun ia tidak mampu masuk ke dalam air, ke dasar samudera. Maka akhirnya ia berpasrah diri, tidak merasa takut, sakit dan mati memang sudah kehendak dewata yang agung, karena sudah menyatakan kesanggupan kepada Druna dan prabu Kurupati, dalam mencari Tirta Kamandanu, masuk ke dalam samudera.
Dengan suka cita ia lama memandang laut dan keindahan isi laut, kesedihan sudah terkikis, menerawang tanpa batas, lalu ia memusatkan perhatian tanpa memikirkan marabahaya, dengan semangat yang menyala-nyala mencebur ke laut, tampak kegembiraannya, dan tak lupa digunakannya ilmu Jalasengara, agar air menyibak.
Alkisah ada naga sebesar segara anakan, pemangsa ikan di laut, wajah liar dan ganas, berbisa sangat mematikan, mulut bagai gua, taring tajam bercahaya, melilit Sena sampai hanya tertinggal lehernya, menyemburkan bisa bagai air hujan. Sena bingung dan mengira cepat mati, tapi saat lelah tak kuasa meronta, ia teringat segera menikamkan kukunya, kuku Pancanaka, menancap di badan naga, darah memancar deras, naga besar itu mati, seisi laut bergembira.
Sementara itu Pandawa bersedih hati dan menangis memohon penuh iba, kepada prabu Kresna. Lalu dikatakan oleh Kresna, bahwa Sena tidak akan meninggal dunia, bahkan mendapatkan pahala dari dewata yang nanti akan datang dengan kesucian, memperoleh cinta kemuliaan dari Hyang Suksma Kawekas, diijinkan berganti diri menjadi batara yang berhasil menatap dengan hening. Para saudaranya tidak perlu sedih dan cemas.
Kembali dikisahkan Sang Wrekudara yang masih di samudera, ia bertemu dengan dewa berambut panjang, seperti anak kecil bermain-main di atas laut, bernama Dewa Ruci. Lalu ia berbicara :”Sena apa kerjamu, apa tujuanmu, tinggal di laut, semua serba tidak ada tak ada yang dapat di makan, tidak ada makanan, dan tidak ada pakaian. Hanya ada daun kering yang tertiup angin, jatuh didepanku, itu yang saya makan”. Dikatakan pula :”Wahai Wrekudara, segera datang ke sini, banyak rintangannya, jika tidak mati-matian tentu tak akan dapat sampai di tempat ini, segalanya serba sepi. Tidak terang dan pikiranmu memaksa, dirimu tidak sayang untuk mati, memang benar, disini tidak mungkin ditemukan”.
“Kau pun keturunan Sang Hyang Pramesthi, Hyang Girinata, kau keturunan dari Sang Hyang Brama asal dari para raja, ayahmu pun keturunan dari Brama, menyebarkan para raja, ibumu Dewi Kunthi, yang memiliki keturunan, yaitu sang Hyang Wisnu Murti. Hanya berputra tiga dengan ayahmu, Yudistira sebagai anak sulung, yang kedua dirimu, sebagai penengah adalah Dananjaya, yang dua anak lain dari keturunan dengan Madrim, genaplah Pandawa, kedatanganmu disini pun juga atas petunjuk Dhang Hyang Druna untuk mencari air Penghidupan berupa air jernih, karena gurumu yang memberi petunjuk, itulah yang kau laksanakan, maka orang yang bertapa sulit menikmati hidupnya”, lanjut Dewa Ruci.
Kemudian dikatakan :”Jangan pergi bila belum jelas maksudnya, jangan makan bila belum tahu rasa yang dimakan, janganlah berpakaian bila belum tahu nama pakaianmu. Kau bisa tahu dari bertanya, dan dengan meniru juga, jadi dengan dilaksanakan, demikian dalam hidup, ada orang bodoh dari gunung akan membeli emas, oleh tukang emas diberi kertas kuning dikira emas mulia. Demikian pula orang berguru, bila belum paham, akan tempat yang harus disembah”.
Wrekudara masuk tubuh Dewa Ruci menerima ajaran tentang Kenyataan “Segeralah kemari Wrekudara, masuklah ke dalam tubuhku”, kata Dewa Ruci. Sambil tertawa sena bertanya :”Tuan ini bertubuh kecil, saya bertubuh besar, dari mana jalanku masuk, kelingking pun tidak mungkin masuk”.Dewa Ruci tersenyum dan berkata lirih:”besar mana dirimu dengan dunia ini, semua isi dunia, hutan dengan gunung, samudera dengan semua isinya, tak sarat masuk ke dalam tubuhku”.
Atas petunjuk Dewa Ruci, Sena masuk ke dalam tubuhnya melalui telinga kiri. Dan tampaklah laut luas tanpa tepi, langit luas, tak tahu mana utara dan selatan, tidak tahu timur dan barat, bawah dan atas, depan dan belakang. Kemudian, terang, tampaklah Dewa Ruci, memancarkan sinar, dan diketahui lah arah, lalu matahari, nyaman rasa hati.
Ada empat macam benda yang tampak oleh Sena, yaitu hitam, merah kuning dan putih. Lalu berkatalah Dewa Ruci: “Yang pertama kau lihat cahaya, menyala tidak tahu namanya, Pancamaya itu, sesungguhnya ada di dalam hatimu, yang memimpin dirimu, maksudnya hati, disebut muka sifat, yang menuntun kepada sifat lebih, merupakan hakikat sifat itu sendiri. Lekas pulang jangan berjalan, selidikilah rupa itu jangan ragu, untuk hati tinggal, mata hati itulah, menandai pada hakikatmu, sedangkan yang berwarna merah, hitam, kuning dan putih, itu adalah penghalang hati.
Yang hitam kerjanya marah terhadap segala hal, murka, yang menghalangi dan menutupi tindakan yang baik. Yang merah menunjukkan nafsu yang baik, segala keinginan keluar dari situ, panas hati, menutupi hati yang sadar kepada kewaspadaan. Yang kuning hanya suka merusak. Sedangkan yang putih berarti nyata, hati yang tenang suci tanpa berpikiran ini dan itu, perwira dalam kedamaian. Sehingga hitam, merah dan kuning adalah penghalang pikiran dan kehendak yang abadi, persatuan Suksma Mulia.
Lalu Wrekudara melihat, cahaya memancar berkilat, berpelangi melengkung, bentuk zat yang dicari, apakah gerangan itu ?! Menurut Dewa Ruci, itu bukan yang dicari (air suci), yang dilihat itu yang tampak berkilat cahayanya, memancar bernyala-nyala, yang menguasai segala hal, tanpa bentuk dan tanpa warna, tidak berwujud dan tidak tampak, tanpa tempat tinggal, hanya terdapat pada orang-orang yang awas, hanya berupa firasat di dunia ini, dipegang tidak dapat, adalah Pramana, yang menyatu dengan diri tetapi tidak ikut merasakan gembira dan prihatin, bertempat tinggal di tubuh, tidak ikut makan dan minum, tidak ikut merasakan sakit dan menderita, jika berpisah dari tempatnya, raga yang tinggal, badan tanpa daya. Itulah yang mampu merasakan penderitaannya, dihidupi oleh suksma, ialah yang berhak menikmati hidup, mengakui rahasia zat.
Kehidupan Pramana dihidupi oleh suksma yang menguasai segalanya, Pramana bila mati ikut lesu, namun bila hilang, kehidupan suksma ada. Sirna itulah yang ditemui, kehidupan suksma yang sesungguhnya, Pramana Anresandani.
Jika ingin mempelajari dan sudah didapatkan, jangan punya kegemaran, bersungguh-sungguh dan waspada dalam segala tingkah laku, jangan bicara gaduh, jangan bicarakan hal ini secara sembunyi-sembunyi, tapi lekaslah mengalah jika berselisih, jangan memanjakan diri, jangan lekat dengan nafsu kehidupan tapi kuasailah.
Tentang keinginan untuk mati agar tidak mengantuk dan tidak lapar, tidak mengalami hambatan dan kesulitan, tidak sakit, hanya enak dan bermanfaat, peganglah dalam pemusatan pikiran, disimpan dalam buana, keberadaannya melekat pada diri, menyatu padu dan sudah menjadi kawan akrab. Sedangkan Suksma Sejati, ada pada diri manusia, tak dapat dipisahkan, tak berbeda dengan kedatangannya waktu dahulu, menyatu dengan kesejahteraan dunia, mendapat anugerah yang benar, persatuan manusia/kawula dan pencipta/Gusti. Manusia bagaikan wayang, Dalang yang memainkan segala gerak gerik dan berkuasa antara perpaduan kehendak, dunia merupakan panggungnya, layar yang digunakan untuk memainkan panggungnya.
Penerima ajaran dan nasehat ini tidak boleh menyombongkan diri, hayati dengan sungguh-sungguh, karena nasehat merupakan benih. Namun jika ditemui ajaran misalnya kacang kedelai disebar di bebatuan tanpa tanah tentu tidak akan dapat tumbuh, maka jika manusia bijaksana, tinggalkan dan hilangkan, agar menjadi jelas penglihatan sukma, rupa dan suara. Hyang Luhur menjadi badan Sukma Jernih, segala tingkah laku akan menjadi satu, sudah menjadi diri sendiri, dimana setiap gerak tentu juga merupakan kehendak manusia, terkabul itu namanya, akan segala keinginan, semua sudah ada pada manusia, semua jagad ini karena diri manusia, dalam segala janji janganlah ingkar.
Jika sudah paham akan segala tanggung jawab, rahasiakan dan tutupilah. Yang terbaik, untuk disini dan untuk disana juga, bagaikan mati di dalam hidup, bagaikan hidup dalam mati, hidup abadi selamanya, yang mati itu juga. Badan hanya sekedar melaksanakan secara lahir, yaitu yang menuju pada nafsu.
Wrekudara setelah mendengar perkataan Dewa Ruci, hatinya terang benderang, menerima dengan suka hati, dalam hati mengharap mendapatkan anugerah wahyu sesungguhnya. Dan kemudian dikatakan oleh Dewa Ruci :”Sena ketahuilah olehmu, yang kau kerjakan, tidak ada ilmu yang didatangkan, semua sudah kau kuasai, tak ada lagi yang dicari, kesaktian, kepandaian dan keperkasaan, karena kesungguhan hati ialah dalam cara melaksanakan.
Dewa Ruci selesai menyampaikan ajarannya, Wrekudara tidak bingung dan semua sudah dipahami, lalu kembali ke alam kemanusiaan, gembira hatinya, hilanglah kekalutan hatinya, dan Dewa Ruci telah sirna dari mata,
Wrekudara lalu mengingat, banyak yang didengarnya tentang tingkah para Pertapa yang berpikiran salah, mengira sudah benar, akhirnya tak berdaya, dililit oleh penerapannya, seperti mengharapkan kemuliaan, namun akhirnya tersesat dan terjerumus.
Bertapa tanpa ilmu, tentu tidak akan berhasil, kematian seolah dipaksakan, melalui kepertapaannya, mengira dapat mencapai kesempurnaan dengan cara bertapa tanpa petunjuk, tanpa pedoman berguru, mengosongkanan pikiran, belum tentu akan mendapatkan petunjuk yang nyata. Tingkah seenaknya, bertapa dengan merusak tubuh dalam mencapai  kamuksan, bahkan gagallah bertapanya itu.
Guru yang benar, mengangkat murid/cantrik, jika memberi ajaran tidak jauh tempat duduknya, cantrik sebagai  sahabatnya, lepas dari pemikiran batinnya, mengajarkan wahyu yang diperoleh. Inilah keutamaan bagi keduanya.
Tingkah manusia hidup usahakan dapat seperti wayang yang dimainkan di atas panggung, di balik layar ia digerak-gerakkan, banyak hiasan yang dipasang, berlampu panggung matahari dan rembulan, dengan layarnya alam yang sepi, yang melihat adalah pikiran, bumi sebagai tempat berpijak, wayang tegak ditopang orang yang menyaksikan, gerak dan diamnya dimainkan oleh Dalang, disuarakan bila harus berkata-kata, bahwa itu dari Dalang yang berada dibalik layar, bagaikan api dalam kayu, berderit oleh tiupan angin, kayu hangus mengeluarkan asap, sebentar kemudian mengeluarkan api yang berasal dari kayu, ketahuilah asal mulanya, semuanya yang tergetar, oleh perlindungan jati manusia, yang yang kemudian sebagai rahasia.
Kembali ke Negeri Ngamarta
Tekad yang sudah sempurna, dengan penuh semangat, Raden Arya Wrekudara kemudian pulang dan tiba ke negerinya, Ngamarta, tak berpaling hatinya, tidak asing bagi dirinya, sewujud dan sejiwa, dalam kenyataan ditutupi dan dirahasiakan, dilaksanakan untuk memenuhi kesatriaannya. Permulaan jagad raya, kelahiran batin ini, memang tidak kelihatan, yang bagaikan sudah menyatu, seumpama suatu bentukan, itulah perjalanannya.
Bersamaan dengan kedatangan Sena, di Ngamarta sedang berkumpul para saudaranya bersama Sang Prabu Kresna, yang sedang membicarakan kepergian Sena, cara masuk dasar samudera. Maka disambutlah ia, dan saat ditanya oleh Prabu Yudistira mengenai perjalanan tugasnya, ia menjawab bahwa perjalanannya itu dicurangi, ada dewa yang memberi tahu kepadanya, bahwa di lautan itu sepi,tidak ada air penghidupan. Gembira mendengar itu, lalu Kresna berkata :”Adikku ketahuilah nanti, jangan lupa segala sesuatu yang sudah terjadi ini”.MAKNA AJARAN DEWA RUCI
- Pencarian air suci Prawitasari
Guru Durna memberitahukan Bima untuk menemukan air suci Prawitasari. Prawita dari asal kata Pawita artinya bersih, suci; sari artinya inti. Jadi Prawitasari pengertiannya adalah inti atau sari dari pada ilmu suci.
- Hutan Tikbrasara dan Gunung Reksamuka
Air suci itu dikatakan berada dihutan Tikbrasara, dilereng Gunung Reksamuka. Tikbra artinya rasa prihatin; sara berarti tajamnya pisau, ini melambangkan pelajaran untuk mencapai lendeping cipta (tajamnya cipta). Reksa berarti mamalihara atau mengurusi; muka adalah wajah, jadi yang dimaksud dengan Reksamuka dapat diartikan: mencapai sari ilmu sejati melalui samadi.
1. Sebelum melakukan samadi orang harus membersihkan atau menyucikan badan dan jiwanya dengan air.2. Pada waktu samadi dia harus memusatkan ciptanya dengan fokus pandangan kepada pucuk hidung. Terminologi mistis yang dipakai adalah mendaki gunung Tursina, Tur berarti gunung, sina berarti tempat artinya tempat yang tinggi.Pandangan atau paningal sangat penting pada saat samadi. Seseorang yang mendapatkan restu dzat yang suci, dia bisa melihat kenyataan antara lain melalui cahaya atau sinar yang datang kepadanya waktu samadi. Dalam cerita wayang digambarkan bahwasanya Resi Manukmanasa dan Bengawan Sakutrem bisa pergi ketempat suci melalui cahaya suci.
- Raksasa Rukmuka dan Rukmakala
Di hutan, Bima diserang oleh dua raksasa yaitu Rukmuka dan Rukmala. Dalam pertempuran yang hebat Bima berhasil membunuh keduanya, ini berarti Bima berhasil menyingkirkan halangan untuk mencapai tujuan supaya samadinya berhasil.
Rukmuka : Ruk berarti rusak, ini melambangkan hambatan yang berasal dari kemewahan makanan yang enak (kemukten).
Rukmakala : Rukma berarti emas, kala adalha bahaya, menggambarkan halangan yang datang dari kemewahan kekayaan material antara lain: pakaian, perhiasan seperti emas permata dan lain-lain (kamulyan)
Bima tidak akan mungkin melaksanakan samadinya dengan sempurna yang ditujukan kepada kesucian apabila pikirannya masih dipenuhi oleh kamukten dan kamulyan dalam kehidupan, karena kamukten dan kamulyan akan menutupi ciptanya yang jernih, terbunuhnya dua raksasa tersebut dengan gamblang menjelaskan bahwa Bima bisa menghapus halangan-halangan tersebut.
- Samudra dan Ular
Bima akhirnya tahu bahwa air suci itu tidak ada di hutan , tetapi sebenarnya berada didasar samudra. Tanpa ragu-ragu sedikitpun dia menuju ke samudra. Ingatlah kepada perkataan Samudra Pangaksama yang berarti orang yang baik semestinya memiliki hati seperti luasnya samudra, yang dengan mudah akan memaafkan kesalahan orang lain.
Ular adalah simbol dari kejahatan. Bima membunuh ular tersebut dalam satu pertarungan yang seru. Disini menggambarkan bahwa dalam pencarian untuk mendapatkan kenyataan sejati, tidaklah cukup bagi Bima hanya mengesampingkan kamukten dan kamulyan, dia harus juga menghilangkan kejahatan didalam hatinya. Untuk itu dia harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1.Rila: dia tidak susah apabila kekayaannya berkurang dan tidak iri kepada orang lain.
2. Legawa : harus selalu bersikap baik dan benar.
3. Nrima : bersyukur menerima jalan hidup dengan sadar.
4. Anoraga : rendah hati, dan apabila ada orang yang berbuat jahat kepadanya, dia tidak akan membalas, tetap sabar.
5. Eling : tahu mana yang benar dan salah dan selalu akan berpihak kepada kebaikan dan kebenaran.
6. Santosa : selalu beraa dijalan yang benar, tidak pernah berhenti untuk berbuat yang benar antara lain : melakukan samadi. Selalu waspada untuk menghindari perbuatan jahat.
7. Gembira : bukan berarti senang karena bisa melaksanakan kehendak atau napsunya, tetapi merasa tentram melupakan kekecewaan dari pada kesalahan-kesalahan dari kerugian yang terjadi pada masa lalu.
8. Rahayu : kehendak untuk selalu berbuat baik demi kepentingan semua pihak.
9. Wilujengan : menjaga kesehatan, kalau sakit diobati.
10. Marsudi kawruh : selalu mencari dan mempelajari ilmu yang benar.
11. Samadi.
12. Ngurang-ngurangi: dengan antara lain makan pada waktu sudah lapar, makan tidak perlu banyak dan tidak harus memilih makanan yang enak-enak: minum secukupnya pada waktu sudah haus dan tidak perlu harus memilih minuman yang lezat; tidur pada waktu sudah mengantuk dan tidak perlu harus tidur dikasur yang tebal dan nyaman; tidak boleh terlalu sering bercinta dan itu pun hanya boleh dilakukan dengan pasangannya yang sah. Pertemuan dengan Dewa Suksma RuciSesudah Bima mebunuh ular dengan menggunakan kuku Pancanaka, Bima bertemu dengan Dewa kecil yaitu Dewa Suksma Ruci yang rupanya persis seperti dia. Bima memasuki raga Dewa Suksma Ruci melalui telinganya yang sebelah kiri. Didalam, Bima bisa melihat dengan jelas seluruh jagad dan juga melihat dewa kecil tersebut.
Pelajaran spiritual dari pertemuan ini adalah :
- Bima bermeditasi dengan benar, menutup kedua matanya, mengatur pernapasannya, memusatkan perhatiannya dengan cipta hening dan rasa hening.
- Kedatangan dari dewa Suksma Ruci adalah pertanda suci, diterimanya samadi Bima yaitu bersatunya kawula dan Gusti.
Didalam paningal (pandangan didalam) Bima bisa melihat segalanya segalanya terbuka untuknya (Tinarbuka) jelas dan tidak ada rahasia lagi. Bima telah menerima pelajaran terpenting dalam hidupnya yaitu bahwa dalam dirinya yang terdalam, dia adalah satu dengan yang suci, tak terpisahkan. Dia telah mencapai kasunyatan sejati. Pengalaman ini dalam istilah spiritual disebut “mati dalam hidup” dan juga disebut “hidup dalam mati”. Bima tidak pernah merasakan kebahagiaan seperti ini sebelumnya. Mula-mula di tidak mau pergi tetapi kemudian dia sadar bahwa dia harus tetap melaksanakan pekerjaan dan kewajibannya, ketemu keluarganya dan lain-lain.
Arti simbolis pakaian dan perhiasan Bima
Bima mengenakan pakaian dan perhiasan yang dipakai oleh orang yang telah mencapai kasunytan-kenyataan sejati. Gelang Candrakirana dikenakan pada lengan kiri dan kanannya. Candra artinya bulan, kirana artinya sinar. Bima yang sudah tinarbuka, sudah menguasai sinar suci yang terang yang terdapat didalam paningal.
Batik poleng : kain batik yang mempunyai 4 warna yaitu; merah, hitam, kuning dan putih. Yang merupakan simbol nafsu, amarah, alumah, supiah dan mutmainah. Disini menggambarkan bahwa Bima sudah mampu untuk mengendalikan nafsunya.
Tusuk konde besar dari kayu asem
Kata asem menunjukkan sengsem artinya tertarik, Bima hanya tertarik kepada laku untuk kesempurnaan hidup, dia tidak tertarik kepada kekeyaan duniawi.
Tanda emas diantara mata.
Artiya Bima melaksanakan samadinya secara teratur dan mantap.
Kuku Pancanaka
Bima mengepalkan tinjunya dari kedua tangannya.
Melambangkan :
1. Dia telah memegang dengan kuat ilmu sejati.
2. Persatuan orang-orang yang bermoral baik adalah lebih kuat, dari persatuan orang-orang yang tidak bertanggung jawab, meskipun jumlah orang yang bermoral baik itu kalah banyak.
Contohnya lima pandawa bisa mengalahkan seratus korawa. Kuku pancanaka menunjukkan magis dan wibawa seseorang yang telah mencapai ilmu sejati.


Jumat, 16 November 2012

Pencarianku


MENCARI CINTA YANG HILANG...

Kesibukan telah menenggelamkanku..
Rutinitas telah menghanyutkan kegembiraanku..
Kerjaan yang tiap hari aku lakukan telah menutupi mataku..
Kebutuhan makan dan minum telah membuat tuli telingaku..
Kesuksesan dunia telah menutupi rasaku...

Ada sesuatu yang hilang...
Ada sesuatu yang kurindu..
Ada sesuatu yang ingin kutemui...

Dimanakah Engkau ???

Rasa gembira ketika awal perkenalan ??
Rasa gemetar ketika awal berjalan ??
Rasa ingin terus ketemu ketika hari sudah berpadu ??
Rasa rindu ketika pikir tak lagi mengeluarkan lagu merdu ??

Adakah kini Engkau disampingku ??
Ataukah Engkau di depanku ??
Ataukah Engkau ada di atasku ??
Ataukah Engkau ada di sekelilingku ??

Dimanakah Engkau ??

Tak kulihat Engkau disekelilingku...
Kucari Engkau di Masjid-masjid..tapi tak  kutemukan Engkau..
Kucari di Gereja-gereja..tapi tak kutemukan Engkau..
Kucari di Klenteng-Klenteng...tak kutemukan Engkau..
Kucari di Vihara-vihara...tak kutemukan Engkau..
Kucari di Candi-candi dan tempat-tempat wingit...tak  kutemukan Engkau...

Dimanakah Engkau ?

Kulepas semua kesibukan meski sejenak..
Kutarik nafas perlahan dan kuhembuskan dengan penuh penyesalan..
Aku mulai melihat diriku sendiri...
Tubuh fisik ciptaMu...
tidak..tak kutemukan Engkau...
Lautan ruang akal pikirku..
Tidak tak kutemukan Engkau...
Tinggal satu yang belum kujelajahi...
Samudra Hati Yang tak Bertepi...

Adakah kulihat Engkau ??
Adakah di sana Engkau ??
Adakah itu Engkau ??
Adakah ini Engkau ??

Engkaukah ini ?

Lalu dimanakah aku ???

Kamis, 15 November 2012

WASILAH ALLAH


CARILAH “WASILAH” UNTUK MENGENAL ALLAH

Bismillahirrahmanirrahiim
Surat Al Maidah 35 mengatakan :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada wasilah-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.
Ayat ini mengandung arti bahwa Allah memang Kuasa atas segalanya, tetapi kalau kita berfikir kenapa Allah menyuruh kita untuk mencari wasilah untuk bertemu denganNYA, bukankah DIA Maha Segalanya, seperti di katakan di dalam shahadat bahwa “ Utusan Allah adalah Muhammad” mengapa tidak di katakan bahwa “ Utusan Allah adalah Allah itu sendiri” dan masih banyak ayat lain di mana Allah mengagungkan rasul dan utusanNYA, dan bahkan Allah pun bersolawat, janganlah anda berpikiran bahwa manusia yang berjalan menuju Allah melalui seorang utusan mereka adalah musyrik yang menduakan TuhanNYA, lebih baik anda kaji dahulu makna wasilah dan Muhammad.
Wasilah adalah ruhaniah ruhaniah pewaris ilmu Rasullullah yang saling bertalian erat satu dengan yang lainnya ( bersyaf-syaf/ berjamaah ) dan jika kita berbicara Allah maka kita tidak berbicara mengenai Jasad seorang pewaris tetapi Ruhaniah sang pewaris yang tetap hidup dan tidak mati.
Surat Ali Imron 103 mengatakan :
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah (cahaya diatas cahaya /Ruhaniah), dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah.
Kalau anda cermati mengapa ada kalimat “tali”, mengapa tidak dikatakan langsung yaitu “ALLAH”, dan disinilah kita harus mencermati kalimat demi kalimat, dan tidak terlalu terburu buru di dalam mengkaji suatu ayat Al Quran yang penuh dengan hikmah.
Jadi kalau tali cahaya ini bisa kita gambarkan sbb :
Allah Sumber Cahaya -> Cahaya Jibril ->Cahaya Rasul -> Cahaya S. Abubakr / S.Ali -> Cahaya Syech Jaffar -> Cahaya Syech Gujdhawani -> dst… -> Cahaya Syech Kadirun -> Cahaya kita sendiri. ( inilah cahaya diatas cahaya/ Nur ala nurin)
Tali Cahaya diatas disebut sebagai berimam imam atau bersyaf-syaf tanpa memandang sosok jasad dan figure badaniah seseorang, ketika seseorang memandang ruhaniah adalah sosok wajah dan jasad maka gugurlah di dalam perjalanannya.
Setelah kita mengerti makna tali cahaya dan wasilah, selanjutnya kita akan bertanya, apa yang diwariskan Allah kepada Muhammad SAW, dan Rasul kepada Sahabatnya.
Hadist Qudsi mengatakan : Laa illaha illallah ( kalimah Allah ) itu adalah perkataanKU, dan IA adalah AKU, siapa yang MENYEBUTNYA masuklah kedalam bentenKU, dan siapa yang masuk ke dalam bentengKU, maka terpeliharalah ia dari siksaKU ( HR.Syairazi )
Perhatikan makna ia adalah AKU, berhati hatilah memandang kalimat disini, kalam hanyalah perkataan ALLAH, di perumpamakan jika kalian mendengar suara yang berasal dari dalam kamar yang terkunci, apakah anda bisa mengetahui siapa yang berada di dalam kamar, pasti anda akan meraba terlebih dahulu jenis getaran suara yang keluar dari mulut orang yang berada di dalamnya sehingga getaran itulah yang yang akan membimbing kita untuk mengetahui siapa gerangan di dalam kamar dan pada akhirnya adalah proses pengenalan dan apakah kita bisa menebak jenis orang di dalam tanpa mengenal suaranya atau analogi lain, apakah kita bisa bertemu raja tanpa utusannya, siapalah kita ini, kita hanya manusia biasa atau bahkan hanya seorang gembel yang ingin bertemu dengan seorang RAJA, dari sini lah awal pembentukan RASA akhlak seseorang akan terbentuk ketika ingin bertemu Sang Raja, dia akan menghormati utusannya yang mengantarkan kepada RAJA.
Perhatikan ayat yang pertama kali turun kepada Rasullullah surat al Alaq 1 :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.
Coba anda perhatikan baik baik ayat diatas, bacalah artinya kita disuruh untuk membaca, dan yang menjadi pertanyaan adalah Rasullullah disuruh membaca apa, apakah membaca tulisan atau lainnya, dan bagaimana cara membacanya.
Dan kalau anda lihat lagi kalimat “dengan” artinya mengapa Tuhan menyuruh kita bisa membacahanya dengan menyebut nama Tuhan, seingat saya cara membaca adalah pertama tama mata kita harus melihat, kemudian kita harus mengeja bacaannya berulang ulang, atau dengan alat bantu lainnya seperti pensil dan tinta tetapi mengapa kalimat diatas kita harus membaca hanya dengan menyebut nama Tuhan, kalau gitu apa yang sebenarnya kita baca di sini.
Artinya ada sesuatu kekuatan di dalam nama Tuhan sehingga manusia mampu membaca, dan kekuatan kalimat yang mengandung hikmah itu lah yang akan membimbing kita untuk mampu membaca segala hal dan tentunya cara menyebut kalimat Tuhan dengan metode yang sudah di ajarkan oleh Alquran dan Hadist Rasullullah.
Sehingga dari sini lah berawal metode dzikir dan tafakur dengan menyebut kalimat Allah Allah menjadikan suatu ibadah yang lebih penting dari ibadah lainnya.
Sejarah mengatakan bahwa jibril bertemu Rasullullah dan mengajarkan frekwensi getaran kalimat ALLAH
Sehingga dapat diartikan ayat diatas Rasullullah dapat membaca suatu kondisi hanya dengan menyebut kalimat ALLAH dan berulang ulang, dan ketika Rasul mampu membaca sehingga kalimat Allah berubah menjadi kalimat yang penuh dengan hikmah dan energy Alif Lam Lam Ha maka terbuka lah hijab alam semesta dan ketakutanlah yang meliputi beliau sehingga beliau lari menemui istrinya.
Sesuai dengan Ajaran Rasullullah, nama Tuhan kita adalah Allah (walaupun masih ada nama lainnya).
Dan perhatikan apa yang diwariskan Rasullullah kepada Sahabatnya Saidina Ali RA :
Dari Ali Karamallahu Wajhah : Aku katakan padamu ya Rasullullah, manakah jalan tharekat yang sedekat dekatnya kepada Allah dan semudah mudahnya atas hamba Allah dan semulia mulianya disisi Allah.
Maka Sabda Rasullullah SAW : Ya Ali penting atas kamu berkekalan / senantiasa berdzikir kepada Allah. Berkatalah Ali : Tiap orang berdzikir kepada Allah. Maka Rasullullah bersabda : Ya Ali, tidak ada terjadi kiamat sehingga tiada lagi tinggal di atas permukaan bumi ini, orang yang mengucapkan Allah – Allah.
Maka sahut Ali kepada Rasullullah, bagaimana caranya aku berdzikir ya Rasullullah, maka sabda Rasullullah: pejamkan kedua matamu dan dengarkanlah dari saya ucapan tiga kali, kemudian ucapkanlah seperti itu dan aku akan dengarkan.
Maka sejenak Rasullullah mengucapkan : laa illaaha illallah, tiga kali sedang kedua matanya tertutup, kemudian Ali pun mengucapkan kalimat Laa illaaha illallah seperti demikian. Ajaran tersebut kemudian Sayyidina Ali ajarkan pula kepada Hasan basri dan dari Hasan Basri kepada Al Habib al Ajay dari Al Habib kepada Daud Athaiy, dari Daud kepada Al Makruf Al karaci dan dari Al karaci kepada Assuraa, dan dari Assuraa kepada Al Junaid ( HR. Thabrani dan Baihaqi ).
Setelah kita tahu apa yang diwariskan Allah kepada rasullnya yaitu ucapan atau kalimat ALLAH atau kalam Alif Lam Lam Ha yang merupakan singkatan dari kalimat Laa illaha ilallah dan sekali lagi saya katakan bahwa ALLAH adalah singkatan dari Laa illaha illallah.
Dan siapapun dapat menyebut kalimat tersebut, tetapi berbeda jika kalimat itu berasal dari seseorang yang memberikannya langsung, saya berikan contoh orang non muslim dapat menyebut kalimat tersebut karena membaca buku tetapi berbeda dengan orang muslim yang dibisikan langsung oleh SANG GURU RUHANIAH, karena Ruhaniah Guru akan bertanggungjawab terhadap frekwensi dzikirullah yang sudah diberikan kepada muridnya.
Seperti dikatakan di dalam surat An Nur 35 :
Allah adalah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya)[1040], yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis).
Jadi jelaslah bahwa kalimah Allah adalah kalimat yang sangat sederhana dan kecil bahkan diperumpamakan seperti lubang jarum, tetapi apabila kita lihat di dalam lubang jarum tersebut akan terlihat cahaya diatas cahaya atau ruhaniah para rasul dan aulia yang bersyaf-syaf dan berimam imam serta bertalian erat yang akan mengantarkan kita sampai pada SANG PEMILIK KALAM.
Coba anda perhatikan sabda Rasullullah yang memiliki makna tauhid di dalamnya :
Rasullullah pun bersabda : Tiada tiga orang disebuah desa, dan tidak pula diperkampungan terpencil yang tidak mendirikan solat, melainkan sesungguhnya syaitan menguasai mereka, maka kamu harus berjamaah (jasmani dan rohaniah), sesungguhnya srigala itu menerkam kambing yang terpencil sendirian (HR Ahmad, Abu Daud, Baihaqi dan Nasai)
Artinya walaupun tidak ada 3 orang di dalam suatu kondisi untuk solat maka barang siapa yang dalam solatnya tidak berimam imam, bersyaf-syaf (rohani) ia akan disambar iblis dan syaitan dalam solatnya, bukannya berarti jempol kaki kita harus rapat syaf nya dengan orang di sebelah kita supaya syetan tidak dapat syaf dan perlu diketahui bahwa Syetan itu sesuatu yang ghaib, syetan bisa masuk lewat pintu mana saja di dalam tubuh manusia, jadi artinya disini adalah rohaniah yang bersyaf-syaf berimam imam dan bertalian erat sampai kepada Rasullullah dan Dzat Yang Maha Agung.
Perhatikan ayat lain dalam surat Al Ma’un 4 dan 5 : maka celakalah bagi orang yang solat, yang lalai dari solatnya.
Apa yang dimaksud dengan lalai disini adalah seperti yang sudah disabdakan oleh Rasullullah diatas, mereka solat tapi akan diterkam oleh srigrala, dan perhatikan ayat berikut ini :
Surat Al Alaa 15 : Dan menyebut nama Tuhannya lalu solat.
Artinya sudah jelas bahwa sebelum kita solat hendaknya kita bersyaf syaf dan berimam imam sehingga bertalian erat dengan ruhaniah Rasullullah dan Allah itu sendiri dan setelah itu baru lah kita melakukan solat.
Saya adalah anak Jakarta yang lahir di kota besar metropolitan, jika Tuhan sudah menjadikan saya seorang manusia yang mempunyai banyak keinginan, mengapa saya harus mengikuti aturanNYA dan harus meletihkan diri dengan ucapan Allah Allah.
Dari pertanyaan ini lah saya mulai berpikir, ada apa dibalik kalimat Allah dan mengapa hal ini menjadi sangat penting bagi umat Rasullullah.
Dari sudut pandang Duniawi, kalimat ini sangatlah penting, coba anda perhatikan arti dari kalimat Allah yaitu Tiada Tuhan selain Allah, dan yang saya ketahui Allah disini memiliki sifat 20 seperti antara lain wujud, qidam, baqa, ilmu dll.
Sehingga kalau saya mau artikan bahwa Segala yang Tiada akan menjadi wujud (20 sifat) seperti di katakan di dalam ayat lain bahwa Allah meliputi segalanya, artinya segala yang tidak saya miliki maka akan menjadi wujud dan di dalam mewujudkannya Allah akan mengutus Nur Muhammad yaitu bumi dan langit atau kebendaan yang dapat di inderakan dan dirasakan.
Selama kita meyakini Allah itu meliputi segalanya, maka segala keinginan kita yang tidak kita punyai akan kita miliki atau wujud atas izinNYA, dan dari sinilah saya memandang penting kalimat Allah, artinya Tuhan Maha Pemurah dan Kasih Sayang, hanya dengan menyebut kalimatNYA kita akan mendapatkan kesejahteraan di dunia dan juga di akherat atau di dapat disimpulkan cukuplah Allah bagiku.
Dan mengenai makna dari solat itu sendiri akan dijabarkan lebih lanjut dengan tema menutup 7 lubang di kepala, demikianlah sedikit penjelasan dari saya, dengan maksud dan tujuan untuk mendapatkan ridha dan tetap dekat denganNYA sesuai dengan warisan yang sudah diberikan oleh Rasullullah, tanpa mengatakan bahwa ajaran yang lain adalah salah sehingga kita dapat meyakini terhadap apa yang sudah kita pegang, semoga ulasan ini bermanfaat, semoga Allah memberikan kesejahteraan kepada Ruhaniah Rasullullah dan keluarganya yang seiman. Amin