Jumat, 02 November 2012

HAKEKAT SYAHADAT


HAL ” DUA KALIMAH SYAHADAT “ HAKEKAT SYAHADAT

PERINGATAN !!

Materi yang dijabarkan disini di jelaskan berdasarkan kepada kaedah-kaedah pengajian secara hakekat dan makrifat semata-mata, jaganlah di banding-bandingkan dengan konteks pemahaman secara syariat karena matlumat pengajian sangat berbeda.



Syahadat adalah merupakan rukun islam yang pertama, dimana seseorang yang ingin menjadikan Islam sebagai cara hidupnya haruslah terlebih dahulu mengucapkan dua kalimah Syahadat ini, yaitu :

“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “

Jadi selama orang itu tidak melafazkan “ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasullah “ maka selama itu pula orang itu tidak bisa di golongkan (diiktiraf) sebagai seorang islam.

Dalam pengertian syariat dua kalimah syahadat ini adalah :

“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “

diartikan :

aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah s.w.t dan aku juga bersaksi bahwa Nabi Muhammad s.a.w. itu adalah utusan Allah s.w.t.

Sungguh banyak diantara kita yang hanya pandai melafazkan ucapan dua kalimah syahadat ini, tetapi jarang sekali yang ingin mengkaji atau mempelajari tentang hakekat pengertian maksud dan tujuan syahadat itu sendiri, kebanyakan kita hanya mengikuti keluarga kita, mendengar ibu dan bapak kita melafazkan syahadat, maka kitapun turut berbuat demikian, namun kita tidak pernah mau bertanya kenapa kita harus melafazkan “ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasullullah “.

Dan kenapa juga kita tidak boleh melafazkan satu bentuk lafaz penyaksian yang lain daripada kalimah syahadat di atas.

Disamping itu tidak ada yang pernah bertanya kenapa kalimat itu bisa membawa kepada pengertian “ Tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah s.w.t. ” sedangkan didalam kalimah tersebut tidak terdapat perkataan Tuhan (Rabbi) dan tidak terdapat perkataan sembah (abduhu), tetapi didalam penafsiran arti bahasanya oleh para ulama syariat ada terdapat perkatan Tuhan dan Sembah. Dan kenapa syahadat tidak boleh dikatakan begini :

“ Asyhadu alla rabbi nakbuduhu illallah “

yang tentunya lebih sesuai untuk diartikan dengan “ Tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah s.w.t. ”

Tetapi ternyata kita tetap diarahkan oleh Islam supaya melafazkan dengan lafaz syahadat “ asyhadu alla illaha illallah “ yang membawa pengertian kepada Tiada yang nyata hanya Allah s.w.t.

Jadi bisa disimpulkan disini bahwa pengertian yang dibuat oleh para alim ulama syariat adalah jauh tidak sesuai dengan matlumat sebenarnya yang hendak dinyatakan oleh syahadat itu sendiri. Disamping itu persoalanya adalah, apakah perkataan Allah s.w.t. didalam syahadah itu boleh di diartikan sama dengan Tuhan?

Begitu juga bila kita melafazkan “ wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “, apakah benar membawa suatu pengertian kepada “ dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad s.a.w. itu utusan Allah s.w.t. ”. Jika benar demikian mengapa Nabi Adam a.s. bapak sekalian manusia juga mengucap syahadatnya dengan mengakhirkan syahadatnya itu dengan lafaz wa asyhadu anna muhammadarrasulullah ? dan seterusnya Nabi Ibrahim a.s., Nabi Ismail a.s., semua Nabi dan Rasul, Wali-wali Allah, sebelum lahir Nabi Muhammad s.a.w. mengucap dengan ucapan yang sama, atau mungkin ada yang berpendapat bahwa Nabi-nabi sebelum lahir Nabi Muhammad s.a.w. mengucap dengan cara lain? jika benar begitu apakah bisa dikatakan bahwa Islam ini hanya baru ada pada zaman Nabi Muhammad s.a.w.? dan benarkah Islam tidak pernah ada sebelumnya? dan jika benar ucapan “ Muhammad “ itu sama kepada Nabi Muhammad s.a.w., kenapa pula Nabi Muhammad s.a.w. juga mengucap seperti kita mengucap sekarang? Dan kenapa pula Rasulullah s.a.w. tidak mengucap begini : “ Asyhadu alla rabbi nakbuduhu illallah wa asyhadu anna rasulullah “.

Yang lebih sesuai membawa kepada pengertian “ Aku bersaksi tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah s.w.t. dan aku bersaksi bahwa akulah pesuruh Allah s.w.t. ”

Masih banyak hal-hal yang perlu dipertanyakan apabila kita melangkah, dan berusaha mencari dan menggali pengertian syahadat yang sebenar-benarnya.

Adapun kalimah syahadat itu adalah :

“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “.

Dan sesungguhnya “ Asyhadu alla illaha illallah “ itu adalah dinamakan Syahadat Tauhid dan kalimah “ wa asyhadu anna muhammadarasulullah “ adalah dinamakan syahadat Rasul.

Adapun kalimah “Asyhadu alla illaha illallah “ dinamakan Syahadat Tauhid sebab di dalam kalimah tersebut kita bersaksi dengan sepenuh rasa bahwa tiada yang lain hanya Allah s.w.t. semata-mata, tiada sekutu baginya didalam segala hal, dan tiada sesuatu pun yang bercampur aduk dengannya kecuali dia semata-mata.

Oleh sebab itulah kita bersaksi dengan diri kita sendiri tiada yang nyata pada kita hanya Allah s.w.t. semata, kita nafikan tubuh kita dan kita isba
tkannya kepada nyatanya Allah s.w.t. semata-mata (diri batin kita).

Adapun kalimah ” wa asyhadu anna muhammadarasulullah “ itu Syahadat Rasul sebab pada kalimah ini kita melafazkan bersaksi bahwa yang menyampaikan dan menanggung diri rahasia Allah s.w.t. adalah “ Muhammad “ yaitu diri zahir kita dan dengan melafazkan kalimah zahir tersebut maka berikrar dan bersaksilah kita dengan diri kita sendiri bahwa diri zahir kita tetap akan menanggung rahasia Allah s.w.t. dan akan menjaganya untuk selama-lamanya.

Adapun hakikat ketuhanan itu adalah diri bathin kita (Rohani) dan hakikat kerasulan itu adalah diri zahir kita (Jasmani). Diri bathin adalah sebenar-benar diri yang menyatakan rahasia Tuhan, dan untuk menyatakan diri rahasia Allah tersebut adalah zahir kita. Jadi diri zahir kitalah yang menyatakan rahasia ketuhanan Allah s.w.t. Oleh yang demikianlah diri zahir kita ini digelar Hakikat Rasul.

Bila kita melafazkan : “ Asyhadu alla illaha illallah “

maknanya :

Tiada nyata hanya Allah s.w.t.

Dari sini jelaslah kalimah :

“ Asyhadu alla illaha illallah “

itu sudah jelas bagi menyatakan tentang diri bathin kita. Bila saja kita lafazkan kalimah tersebut dengan jelas kita mengakuinya dengan sesungguhnya, bahwasanya “ Tiada nyata hanya allah s.w.t. “ dialah rahasia Allah s.w.t. yang dikandung oleh tubuh zahir kita.

Adapun kalimah :

“ Wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “

Adalah menyatakan diri kasar kita (jasad) karena hakekat bentuk manusia itu berhakekat dengan huruf Mim karena itu bila kita melafazkan kalimah : “ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “ maka kalimah yang telah dilafazkan itu adalah meliputi pada menyatakan diri bathin dan diri zahir kita (Rohani dan Jasmani) yaitu kita menyaksikan yang dikandung oleh tubuh kasar kita adalah diri rahasia Allah s.w.t. dan diri kasar inilah merupakan sarungnya.

seperti firman Allah s.w.t. didalam hadis Qudsi :

“ Al insanu sirri wa anna sirru “

artinya : Manusia itu adalah rahasiaKu dan Akulah rahasianya

Allah s.w.t. mengkaruniakan manusia untuk memegang dan bertanggung jawab terhadap rahasiaNya, itulah sebabnya Allah s.w.t. telah memberi satu penghormatan besar terhadap kejadian manusia.

Al-Quran :…

Artinya : Sesungguhnya Aku karuniakan manusia itu dengan satu kejadian yang sebaik-baiknya.

Kejadian manusia adalah satu-satunya kejadian yang paling sempurna dan tersusun rapi pada zahir dan bathin.

Duduknya kemuliaan manusia adalah karena manusia sajalah kejadian Allah s.w.t. yang sanggup memegang rahasiaNya. Sedangkan sebelumnya Allah s.w.t. sendiri pernah menawarkan rahasia ini kepada langit, bumi, gunung-gunung untuk menanggungnya.

seperti firman Allah s.w.t. didalam Al Quran : …

artinya : Sesungguhnya rahasia Aku ini pernah Ku tawarkan kepada langit, bumi, gunung-gunung tetapi mereka enggan menerimanya karena takut mengabaikannya tetapi yang sanggup menerima adalah manusia.

Sebab itu bila kita mengucap :

“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “.

maka berarti kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahwa tiada yang nyata pada diri kita hanya Allah s.w.t. semata-mata dan tubuh zahir kita ini adalah bentuk nyata pada rahasia Allah s.w.t. semata-mata.

Adapun ketika sholat kita berdiri menyaksikan diri kita sendiri, kita menyaksikan bahwa diri kitalah yang membawa dan menanggung rahasia Allah s.w.t. dan tiada sesuatu pada diri kita hanya rahasia Allah s.w.t. semata-mata. Tiada sesuatu yang kita punya kecuali hak Allah s.w.t. semata-mata. Jika diibaratkan maka diri kita ini hanya sebagai sebuah kotak radio yang bisa hidup dengan mengharapkan siaran dari stasiun pemancar semata-mata dan perlu diingatkan bahwa berfungsinya radio tersebut karena dapat menerima gelombang siaran dari stasiun pemancar tersebut. Jadi jika habis siarannya atau rusaknya penerimaan siaran maka sudah tentu kotak radio tersebut akan dibuang menjadi sampah, maka begitulah kita.

Kita akan berguna disisi Allah s.w.t. jika kita dapat menanggung amanah rahasiaNya itu serta dapat berfungsi dan bertindak mengenal diri kita sendiri. Karena bila saja kita dapat mengenal diri kita, maka dengan itu pulalah kita dapat mengenal diri Allah s.w.t. itu sendiri.

seperti firman Allah s.w.t. didalam Hadis Qudsi :

“ Man arafa nafsahu fakad arafa rabbahu “

artinya :

Barang siapa mengenal dirinya maka kenallah Tuhannya.

2 komentar:

  1. NABI MUHAMMAD ITU BUKAN UTUSAN KALAU DIKATAN UTUSAN YAITU 24 NABI KALAU PESURUH ITU SATU. KALAU UTUSAN KAPAN KAPAN KALAU PESURUH SETIAP WAKTU BISA ...MOHON MAAF KALAU SAYA KELIRU

    BalasHapus