Pada suatu saat ada dua orang murid,
yang satu bernama Yan Juan, murid yang paling pandai, yang satunya lagi tidak
disebutkan namanya, katanya murid yang paling tidak pandai. Dua-duanya berguru
kepada Kong Cu atau Konfusius yang oleh umat Konghucu disebut sebagai Nabi Kong
Cu. Kisahnya begini, Yan Juan, si murid pandai, dengan murid satunya lagi
sedang bercakap-cakap. Murid yang tidak pandai menantang murid yang pandai.
“Mari kita berlomba?” “Apa Maksudnya?” “Saya mengajukan pertanyaan, 8 kali 3
berapa?” Yan Juan menjawab, “24.” “Salah, yang betul 23.” “24 dong.” “Salah,
kamu katanya pandai, ternyata jawabannya 24, yang betul 23.”
Berdebat di situ. Yang tidak pandai
menantang, mari kita datang ke guru. “Kalau saya yang salah, jawabanmu yang
benar 24, saya akan memotong leher saya sendiri. Kalau kamu yang benar ternyata
jawabannya 24, topimu kamu lepas.” Topi melambangkan kecendekiawanan,
kepandaian seseorang waktu itu. Yan Juan tidak ingin seperti itu, karena
khawatir dan cemas, kalau ada apa-apa dengan temannya itu.
Singkat kata, karena tidak mencapai
titik temu, datanglah ke Nabi Kong Cu. Sampai di tempat itu Kong Cu berkata,
“ada apa?” Dijelaskanlah oleh dua-duanya tentang lomba itu. Dengan
berdebar-debar dua-duanya menunggu jawaban Kong Cu. “Yang benar berapa, Guru? 8
kali 3 itu berapa?” “Yang benar ya 23.” Mendengar itu Yan Juan, murid yang
paling pandai kecewa sekali, marah, bahkan menuduh sang guru telah berbohong.
Akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan tempat itu dan mengancam akan keluar
dari perguruan itu dan tidak ingin menjadi muridnya.
Sang Guru Kong Cu tersenyum,
“Silakan. Cuma begini Yan Juan, kamu akan jalan barangkali ada hujan lebat,
hujan besar, jangan deket-deket dengan pohon yang besar, atau berlindung karena
pohon itu akan tumbang.” Keluar dia dari situ. beberapa saat hujan lebat, badai
angin kencang. Ketika mendekati pohon, ingat kembali pesan Kong Cu, dengan
cepat dia meninggalkan pohon itu dan betul saja dalam hitungan detik pohon
tumbang menghancurkan semua yang ada di sekitarnya.
Dia terhenyak, dia mengatakan Kong
Cu bukan orang sembarangan. Ia kembali, kepada Kong Cu memohon maaf atas
kekasarannya dan kemudian barangkali ada nasihat. Yan Juan dengarkan, “Kalau
saya ditanya 8 kali 3 yang benar ya 24, tetapi bayangkan kalau saya mengatakan
24 waktu itu, kamu akan menyesal seumur hidup, kamu akan merasa berdosa, karena
ada seorang temanmu yang nyawanya hilang karena kamu.” 8 kali 3 atau 24 dalam
konteks ini adalah kebenaran kecil, kebenaran matematis. Kebenaran besarnya
adalah berapa nyawa orang yang harus diselamatkan.
Kisah di atas bisa diambil hikmah
bahwa ilmu pengetahuan memang benar mampu membuka cakrawala kenyataan secara
eksak, pasti dan tidak terbantahkan. Semua orang tahu itu. Tetapi, ilmu
pengetahuan tidak mampu untuk menangkap hakikat pergelaran alam semesta yang
begitu kompleks ini. Kebenaran kecil adalah kebenaran rasio, akal dan
matematis. Kebenaran besar adalah bagaimana kita mampu mengolah akal, rasa,
hati nurani, dan budi pekerti kita untuk berperilaku yang baik dan sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan untuk menggapai kebenaran dan
kebijaksanaan Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar