CARILAH
“WASILAH” UNTUK MENGENAL ALLAH
Bismillahirrahmanirrahiim
Surat Al
Maidah 35 mengatakan :
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah
wasilah yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada
wasilah-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.
Ayat ini
mengandung arti bahwa Allah memang Kuasa atas segalanya, tetapi kalau kita
berfikir kenapa Allah menyuruh kita untuk mencari wasilah untuk bertemu
denganNYA, bukankah DIA Maha Segalanya, seperti di katakan di dalam shahadat
bahwa “ Utusan Allah adalah Muhammad” mengapa tidak di katakan bahwa “ Utusan
Allah adalah Allah itu sendiri” dan masih banyak ayat lain di mana Allah
mengagungkan rasul dan utusanNYA, dan bahkan Allah pun bersolawat, janganlah
anda berpikiran bahwa manusia yang berjalan menuju Allah melalui seorang utusan
mereka adalah musyrik yang menduakan TuhanNYA, lebih baik anda kaji dahulu
makna wasilah dan Muhammad.
Wasilah
adalah ruhaniah ruhaniah pewaris ilmu Rasullullah yang saling bertalian erat
satu dengan yang lainnya ( bersyaf-syaf/ berjamaah ) dan jika kita berbicara
Allah maka kita tidak berbicara mengenai Jasad seorang pewaris tetapi Ruhaniah
sang pewaris yang tetap hidup dan tidak mati.
Surat Ali
Imron 103 mengatakan :
Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah (cahaya diatas cahaya
/Ruhaniah), dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah.
Kalau anda
cermati mengapa ada kalimat “tali”, mengapa tidak dikatakan langsung yaitu
“ALLAH”, dan disinilah kita harus mencermati kalimat demi kalimat, dan tidak
terlalu terburu buru di dalam mengkaji suatu ayat Al Quran yang penuh dengan
hikmah.
Jadi kalau
tali cahaya ini bisa kita gambarkan sbb :
Allah Sumber
Cahaya -> Cahaya Jibril ->Cahaya Rasul -> Cahaya S. Abubakr / S.Ali
-> Cahaya Syech Jaffar -> Cahaya Syech Gujdhawani -> dst… ->
Cahaya Syech Kadirun -> Cahaya kita sendiri. ( inilah cahaya diatas cahaya/
Nur ala nurin)
Tali Cahaya
diatas disebut sebagai berimam imam atau bersyaf-syaf tanpa memandang sosok
jasad dan figure badaniah seseorang, ketika seseorang memandang ruhaniah adalah
sosok wajah dan jasad maka gugurlah di dalam perjalanannya.
Setelah kita
mengerti makna tali cahaya dan wasilah, selanjutnya kita akan bertanya, apa
yang diwariskan Allah kepada Muhammad SAW, dan Rasul kepada Sahabatnya.
Hadist Qudsi mengatakan
: Laa illaha illallah ( kalimah Allah ) itu adalah perkataanKU, dan IA adalah
AKU, siapa yang MENYEBUTNYA masuklah kedalam bentenKU, dan siapa yang masuk ke
dalam bentengKU, maka terpeliharalah ia dari siksaKU ( HR.Syairazi )
Perhatikan
makna ia adalah AKU, berhati hatilah memandang kalimat disini, kalam hanyalah
perkataan ALLAH, di perumpamakan jika kalian mendengar suara yang berasal
dari dalam kamar yang terkunci, apakah anda bisa mengetahui siapa yang
berada di dalam kamar, pasti anda akan meraba terlebih dahulu jenis
getaran suara yang keluar dari mulut orang yang berada di dalamnya
sehingga getaran itulah yang yang akan membimbing kita untuk mengetahui siapa
gerangan di dalam kamar dan pada akhirnya adalah proses pengenalan dan apakah
kita bisa menebak jenis orang di dalam tanpa mengenal suaranya atau analogi
lain, apakah kita bisa bertemu raja tanpa utusannya, siapalah kita ini, kita
hanya manusia biasa atau bahkan hanya seorang gembel yang ingin bertemu dengan
seorang RAJA, dari sini lah awal pembentukan RASA akhlak seseorang akan
terbentuk ketika ingin bertemu Sang Raja, dia akan menghormati utusannya yang
mengantarkan kepada RAJA.
Perhatikan
ayat yang pertama kali turun kepada Rasullullah surat al Alaq 1 :
Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.
Coba anda
perhatikan baik baik ayat diatas, bacalah artinya kita disuruh untuk membaca,
dan yang menjadi pertanyaan adalah Rasullullah disuruh membaca apa, apakah
membaca tulisan atau lainnya, dan bagaimana cara membacanya.
Dan kalau
anda lihat lagi kalimat “dengan” artinya mengapa Tuhan menyuruh kita bisa
membacahanya dengan menyebut nama Tuhan, seingat saya cara membaca adalah
pertama tama mata kita harus melihat, kemudian kita harus mengeja bacaannya
berulang ulang, atau dengan alat bantu lainnya seperti pensil dan tinta tetapi
mengapa kalimat diatas kita harus membaca hanya dengan menyebut nama Tuhan,
kalau gitu apa yang sebenarnya kita baca di sini.
Artinya ada
sesuatu kekuatan di dalam nama Tuhan sehingga manusia mampu membaca, dan
kekuatan kalimat yang mengandung hikmah itu lah yang akan membimbing kita untuk
mampu membaca segala hal dan tentunya cara menyebut kalimat Tuhan dengan metode
yang sudah di ajarkan oleh Alquran dan Hadist Rasullullah.
Sehingga
dari sini lah berawal metode dzikir dan tafakur dengan menyebut kalimat Allah
Allah menjadikan suatu ibadah yang lebih penting dari ibadah lainnya.
Sejarah
mengatakan bahwa jibril bertemu Rasullullah dan mengajarkan frekwensi getaran
kalimat ALLAH
Sehingga
dapat diartikan ayat diatas Rasullullah dapat membaca suatu kondisi hanya
dengan menyebut kalimat ALLAH dan berulang ulang, dan ketika Rasul mampu
membaca sehingga kalimat Allah berubah menjadi kalimat yang penuh dengan hikmah
dan energy Alif Lam Lam Ha maka terbuka lah hijab alam semesta dan ketakutanlah
yang meliputi beliau sehingga beliau lari menemui istrinya.
Sesuai
dengan Ajaran Rasullullah, nama Tuhan kita adalah Allah (walaupun masih ada
nama lainnya).
Dan
perhatikan apa yang diwariskan Rasullullah kepada Sahabatnya Saidina Ali RA :
Dari Ali
Karamallahu Wajhah : Aku katakan padamu ya Rasullullah, manakah jalan tharekat
yang sedekat dekatnya kepada Allah dan semudah mudahnya atas hamba Allah dan
semulia mulianya disisi Allah.
Maka Sabda
Rasullullah SAW : Ya Ali penting atas kamu berkekalan / senantiasa berdzikir
kepada Allah. Berkatalah Ali : Tiap orang berdzikir kepada Allah. Maka
Rasullullah bersabda : Ya Ali, tidak ada terjadi kiamat sehingga tiada lagi
tinggal di atas permukaan bumi ini, orang yang mengucapkan Allah – Allah.
Maka sahut
Ali kepada Rasullullah, bagaimana caranya aku berdzikir ya Rasullullah, maka
sabda Rasullullah: pejamkan kedua matamu dan dengarkanlah dari saya ucapan tiga
kali, kemudian ucapkanlah seperti itu dan aku akan dengarkan.
Maka sejenak
Rasullullah mengucapkan : laa illaaha illallah, tiga kali sedang kedua matanya
tertutup, kemudian Ali pun mengucapkan kalimat Laa illaaha illallah seperti
demikian. Ajaran tersebut kemudian Sayyidina Ali ajarkan pula kepada Hasan
basri dan dari Hasan Basri kepada Al Habib al Ajay dari Al Habib kepada Daud
Athaiy, dari Daud kepada Al Makruf Al karaci dan dari Al karaci kepada Assuraa,
dan dari Assuraa kepada Al Junaid ( HR. Thabrani dan Baihaqi ).
Setelah kita
tahu apa yang diwariskan Allah kepada rasullnya yaitu ucapan atau kalimat ALLAH
atau kalam Alif Lam Lam Ha yang merupakan singkatan dari kalimat Laa illaha
ilallah dan sekali lagi saya katakan bahwa ALLAH adalah singkatan dari Laa
illaha illallah.
Dan siapapun
dapat menyebut kalimat tersebut, tetapi berbeda jika kalimat itu berasal dari
seseorang yang memberikannya langsung, saya berikan contoh orang non muslim
dapat menyebut kalimat tersebut karena membaca buku tetapi berbeda dengan orang
muslim yang dibisikan langsung oleh SANG GURU RUHANIAH, karena Ruhaniah Guru
akan bertanggungjawab terhadap frekwensi dzikirullah yang sudah diberikan
kepada muridnya.
Seperti
dikatakan di dalam surat An Nur 35 :
Allah adalah
cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang
yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca
(dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang
dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang
tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah
barat(nya)[1040], yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak
disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis).
Jadi
jelaslah bahwa kalimah Allah adalah kalimat yang sangat sederhana dan kecil
bahkan diperumpamakan seperti lubang jarum, tetapi apabila kita lihat di dalam
lubang jarum tersebut akan terlihat cahaya diatas cahaya atau ruhaniah para
rasul dan aulia yang bersyaf-syaf dan berimam imam serta bertalian erat yang
akan mengantarkan kita sampai pada SANG PEMILIK KALAM.
Coba anda
perhatikan sabda Rasullullah yang memiliki makna tauhid di dalamnya :
Rasullullah
pun bersabda : Tiada tiga orang disebuah desa, dan tidak pula diperkampungan
terpencil yang tidak mendirikan solat, melainkan sesungguhnya syaitan menguasai
mereka, maka kamu harus berjamaah (jasmani dan rohaniah), sesungguhnya srigala
itu menerkam kambing yang terpencil sendirian (HR Ahmad, Abu Daud, Baihaqi dan
Nasai)
Artinya
walaupun tidak ada 3 orang di dalam suatu kondisi untuk solat maka barang siapa
yang dalam solatnya tidak berimam imam, bersyaf-syaf (rohani) ia akan disambar
iblis dan syaitan dalam solatnya, bukannya berarti jempol kaki kita harus rapat
syaf nya dengan orang di sebelah kita supaya syetan tidak dapat syaf dan perlu
diketahui bahwa Syetan itu sesuatu yang ghaib, syetan bisa masuk lewat pintu
mana saja di dalam tubuh manusia, jadi artinya disini adalah rohaniah yang
bersyaf-syaf berimam imam dan bertalian erat sampai kepada Rasullullah dan Dzat
Yang Maha Agung.
Perhatikan
ayat lain dalam surat Al Ma’un 4 dan 5 : maka celakalah bagi orang yang
solat, yang lalai dari solatnya.
Apa yang
dimaksud dengan lalai disini adalah seperti yang sudah disabdakan oleh
Rasullullah diatas, mereka solat tapi akan diterkam oleh srigrala, dan
perhatikan ayat berikut ini :
Surat Al
Alaa 15 : Dan menyebut nama Tuhannya lalu solat.
Artinya
sudah jelas bahwa sebelum kita solat hendaknya kita bersyaf syaf dan berimam
imam sehingga bertalian erat dengan ruhaniah Rasullullah dan Allah itu sendiri
dan setelah itu baru lah kita melakukan solat.
Saya adalah
anak Jakarta yang lahir di kota besar metropolitan, jika Tuhan sudah menjadikan
saya seorang manusia yang mempunyai banyak keinginan, mengapa saya harus
mengikuti aturanNYA dan harus meletihkan diri dengan ucapan Allah Allah.
Dari
pertanyaan ini lah saya mulai berpikir, ada apa dibalik kalimat Allah dan
mengapa hal ini menjadi sangat penting bagi umat Rasullullah.
Dari sudut
pandang Duniawi, kalimat ini sangatlah penting, coba anda perhatikan arti dari
kalimat Allah yaitu Tiada Tuhan selain Allah, dan yang saya ketahui Allah
disini memiliki sifat 20 seperti antara lain wujud, qidam, baqa, ilmu dll.
Sehingga
kalau saya mau artikan bahwa Segala yang Tiada akan menjadi wujud (20 sifat)
seperti di katakan di dalam ayat lain bahwa Allah meliputi segalanya, artinya
segala yang tidak saya miliki maka akan menjadi wujud dan di dalam
mewujudkannya Allah akan mengutus Nur Muhammad yaitu bumi dan langit atau kebendaan
yang dapat di inderakan dan dirasakan.
Selama kita
meyakini Allah itu meliputi segalanya, maka segala keinginan kita yang tidak
kita punyai akan kita miliki atau wujud atas izinNYA, dan dari sinilah saya
memandang penting kalimat Allah, artinya Tuhan Maha Pemurah dan Kasih Sayang,
hanya dengan menyebut kalimatNYA kita akan mendapatkan kesejahteraan di dunia
dan juga di akherat atau di dapat disimpulkan cukuplah Allah bagiku.
Dan mengenai
makna dari solat itu sendiri akan dijabarkan lebih lanjut dengan tema menutup 7
lubang di kepala, demikianlah sedikit penjelasan dari saya, dengan maksud dan
tujuan untuk mendapatkan ridha dan tetap dekat denganNYA sesuai dengan warisan
yang sudah diberikan oleh Rasullullah, tanpa mengatakan bahwa ajaran yang lain
adalah salah sehingga kita dapat meyakini terhadap apa yang sudah kita pegang,
semoga ulasan ini bermanfaat, semoga Allah memberikan kesejahteraan kepada
Ruhaniah Rasullullah dan keluarganya yang seiman. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar