Kamis, 15 November 2012

WASILAH ALLAH


CARILAH “WASILAH” UNTUK MENGENAL ALLAH

Bismillahirrahmanirrahiim
Surat Al Maidah 35 mengatakan :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada wasilah-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.
Ayat ini mengandung arti bahwa Allah memang Kuasa atas segalanya, tetapi kalau kita berfikir kenapa Allah menyuruh kita untuk mencari wasilah untuk bertemu denganNYA, bukankah DIA Maha Segalanya, seperti di katakan di dalam shahadat bahwa “ Utusan Allah adalah Muhammad” mengapa tidak di katakan bahwa “ Utusan Allah adalah Allah itu sendiri” dan masih banyak ayat lain di mana Allah mengagungkan rasul dan utusanNYA, dan bahkan Allah pun bersolawat, janganlah anda berpikiran bahwa manusia yang berjalan menuju Allah melalui seorang utusan mereka adalah musyrik yang menduakan TuhanNYA, lebih baik anda kaji dahulu makna wasilah dan Muhammad.
Wasilah adalah ruhaniah ruhaniah pewaris ilmu Rasullullah yang saling bertalian erat satu dengan yang lainnya ( bersyaf-syaf/ berjamaah ) dan jika kita berbicara Allah maka kita tidak berbicara mengenai Jasad seorang pewaris tetapi Ruhaniah sang pewaris yang tetap hidup dan tidak mati.
Surat Ali Imron 103 mengatakan :
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah (cahaya diatas cahaya /Ruhaniah), dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah.
Kalau anda cermati mengapa ada kalimat “tali”, mengapa tidak dikatakan langsung yaitu “ALLAH”, dan disinilah kita harus mencermati kalimat demi kalimat, dan tidak terlalu terburu buru di dalam mengkaji suatu ayat Al Quran yang penuh dengan hikmah.
Jadi kalau tali cahaya ini bisa kita gambarkan sbb :
Allah Sumber Cahaya -> Cahaya Jibril ->Cahaya Rasul -> Cahaya S. Abubakr / S.Ali -> Cahaya Syech Jaffar -> Cahaya Syech Gujdhawani -> dst… -> Cahaya Syech Kadirun -> Cahaya kita sendiri. ( inilah cahaya diatas cahaya/ Nur ala nurin)
Tali Cahaya diatas disebut sebagai berimam imam atau bersyaf-syaf tanpa memandang sosok jasad dan figure badaniah seseorang, ketika seseorang memandang ruhaniah adalah sosok wajah dan jasad maka gugurlah di dalam perjalanannya.
Setelah kita mengerti makna tali cahaya dan wasilah, selanjutnya kita akan bertanya, apa yang diwariskan Allah kepada Muhammad SAW, dan Rasul kepada Sahabatnya.
Hadist Qudsi mengatakan : Laa illaha illallah ( kalimah Allah ) itu adalah perkataanKU, dan IA adalah AKU, siapa yang MENYEBUTNYA masuklah kedalam bentenKU, dan siapa yang masuk ke dalam bentengKU, maka terpeliharalah ia dari siksaKU ( HR.Syairazi )
Perhatikan makna ia adalah AKU, berhati hatilah memandang kalimat disini, kalam hanyalah perkataan ALLAH, di perumpamakan jika kalian mendengar suara yang berasal dari dalam kamar yang terkunci, apakah anda bisa mengetahui siapa yang berada di dalam kamar, pasti anda akan meraba terlebih dahulu jenis getaran suara yang keluar dari mulut orang yang berada di dalamnya sehingga getaran itulah yang yang akan membimbing kita untuk mengetahui siapa gerangan di dalam kamar dan pada akhirnya adalah proses pengenalan dan apakah kita bisa menebak jenis orang di dalam tanpa mengenal suaranya atau analogi lain, apakah kita bisa bertemu raja tanpa utusannya, siapalah kita ini, kita hanya manusia biasa atau bahkan hanya seorang gembel yang ingin bertemu dengan seorang RAJA, dari sini lah awal pembentukan RASA akhlak seseorang akan terbentuk ketika ingin bertemu Sang Raja, dia akan menghormati utusannya yang mengantarkan kepada RAJA.
Perhatikan ayat yang pertama kali turun kepada Rasullullah surat al Alaq 1 :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.
Coba anda perhatikan baik baik ayat diatas, bacalah artinya kita disuruh untuk membaca, dan yang menjadi pertanyaan adalah Rasullullah disuruh membaca apa, apakah membaca tulisan atau lainnya, dan bagaimana cara membacanya.
Dan kalau anda lihat lagi kalimat “dengan” artinya mengapa Tuhan menyuruh kita bisa membacahanya dengan menyebut nama Tuhan, seingat saya cara membaca adalah pertama tama mata kita harus melihat, kemudian kita harus mengeja bacaannya berulang ulang, atau dengan alat bantu lainnya seperti pensil dan tinta tetapi mengapa kalimat diatas kita harus membaca hanya dengan menyebut nama Tuhan, kalau gitu apa yang sebenarnya kita baca di sini.
Artinya ada sesuatu kekuatan di dalam nama Tuhan sehingga manusia mampu membaca, dan kekuatan kalimat yang mengandung hikmah itu lah yang akan membimbing kita untuk mampu membaca segala hal dan tentunya cara menyebut kalimat Tuhan dengan metode yang sudah di ajarkan oleh Alquran dan Hadist Rasullullah.
Sehingga dari sini lah berawal metode dzikir dan tafakur dengan menyebut kalimat Allah Allah menjadikan suatu ibadah yang lebih penting dari ibadah lainnya.
Sejarah mengatakan bahwa jibril bertemu Rasullullah dan mengajarkan frekwensi getaran kalimat ALLAH
Sehingga dapat diartikan ayat diatas Rasullullah dapat membaca suatu kondisi hanya dengan menyebut kalimat ALLAH dan berulang ulang, dan ketika Rasul mampu membaca sehingga kalimat Allah berubah menjadi kalimat yang penuh dengan hikmah dan energy Alif Lam Lam Ha maka terbuka lah hijab alam semesta dan ketakutanlah yang meliputi beliau sehingga beliau lari menemui istrinya.
Sesuai dengan Ajaran Rasullullah, nama Tuhan kita adalah Allah (walaupun masih ada nama lainnya).
Dan perhatikan apa yang diwariskan Rasullullah kepada Sahabatnya Saidina Ali RA :
Dari Ali Karamallahu Wajhah : Aku katakan padamu ya Rasullullah, manakah jalan tharekat yang sedekat dekatnya kepada Allah dan semudah mudahnya atas hamba Allah dan semulia mulianya disisi Allah.
Maka Sabda Rasullullah SAW : Ya Ali penting atas kamu berkekalan / senantiasa berdzikir kepada Allah. Berkatalah Ali : Tiap orang berdzikir kepada Allah. Maka Rasullullah bersabda : Ya Ali, tidak ada terjadi kiamat sehingga tiada lagi tinggal di atas permukaan bumi ini, orang yang mengucapkan Allah – Allah.
Maka sahut Ali kepada Rasullullah, bagaimana caranya aku berdzikir ya Rasullullah, maka sabda Rasullullah: pejamkan kedua matamu dan dengarkanlah dari saya ucapan tiga kali, kemudian ucapkanlah seperti itu dan aku akan dengarkan.
Maka sejenak Rasullullah mengucapkan : laa illaaha illallah, tiga kali sedang kedua matanya tertutup, kemudian Ali pun mengucapkan kalimat Laa illaaha illallah seperti demikian. Ajaran tersebut kemudian Sayyidina Ali ajarkan pula kepada Hasan basri dan dari Hasan Basri kepada Al Habib al Ajay dari Al Habib kepada Daud Athaiy, dari Daud kepada Al Makruf Al karaci dan dari Al karaci kepada Assuraa, dan dari Assuraa kepada Al Junaid ( HR. Thabrani dan Baihaqi ).
Setelah kita tahu apa yang diwariskan Allah kepada rasullnya yaitu ucapan atau kalimat ALLAH atau kalam Alif Lam Lam Ha yang merupakan singkatan dari kalimat Laa illaha ilallah dan sekali lagi saya katakan bahwa ALLAH adalah singkatan dari Laa illaha illallah.
Dan siapapun dapat menyebut kalimat tersebut, tetapi berbeda jika kalimat itu berasal dari seseorang yang memberikannya langsung, saya berikan contoh orang non muslim dapat menyebut kalimat tersebut karena membaca buku tetapi berbeda dengan orang muslim yang dibisikan langsung oleh SANG GURU RUHANIAH, karena Ruhaniah Guru akan bertanggungjawab terhadap frekwensi dzikirullah yang sudah diberikan kepada muridnya.
Seperti dikatakan di dalam surat An Nur 35 :
Allah adalah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya)[1040], yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis).
Jadi jelaslah bahwa kalimah Allah adalah kalimat yang sangat sederhana dan kecil bahkan diperumpamakan seperti lubang jarum, tetapi apabila kita lihat di dalam lubang jarum tersebut akan terlihat cahaya diatas cahaya atau ruhaniah para rasul dan aulia yang bersyaf-syaf dan berimam imam serta bertalian erat yang akan mengantarkan kita sampai pada SANG PEMILIK KALAM.
Coba anda perhatikan sabda Rasullullah yang memiliki makna tauhid di dalamnya :
Rasullullah pun bersabda : Tiada tiga orang disebuah desa, dan tidak pula diperkampungan terpencil yang tidak mendirikan solat, melainkan sesungguhnya syaitan menguasai mereka, maka kamu harus berjamaah (jasmani dan rohaniah), sesungguhnya srigala itu menerkam kambing yang terpencil sendirian (HR Ahmad, Abu Daud, Baihaqi dan Nasai)
Artinya walaupun tidak ada 3 orang di dalam suatu kondisi untuk solat maka barang siapa yang dalam solatnya tidak berimam imam, bersyaf-syaf (rohani) ia akan disambar iblis dan syaitan dalam solatnya, bukannya berarti jempol kaki kita harus rapat syaf nya dengan orang di sebelah kita supaya syetan tidak dapat syaf dan perlu diketahui bahwa Syetan itu sesuatu yang ghaib, syetan bisa masuk lewat pintu mana saja di dalam tubuh manusia, jadi artinya disini adalah rohaniah yang bersyaf-syaf berimam imam dan bertalian erat sampai kepada Rasullullah dan Dzat Yang Maha Agung.
Perhatikan ayat lain dalam surat Al Ma’un 4 dan 5 : maka celakalah bagi orang yang solat, yang lalai dari solatnya.
Apa yang dimaksud dengan lalai disini adalah seperti yang sudah disabdakan oleh Rasullullah diatas, mereka solat tapi akan diterkam oleh srigrala, dan perhatikan ayat berikut ini :
Surat Al Alaa 15 : Dan menyebut nama Tuhannya lalu solat.
Artinya sudah jelas bahwa sebelum kita solat hendaknya kita bersyaf syaf dan berimam imam sehingga bertalian erat dengan ruhaniah Rasullullah dan Allah itu sendiri dan setelah itu baru lah kita melakukan solat.
Saya adalah anak Jakarta yang lahir di kota besar metropolitan, jika Tuhan sudah menjadikan saya seorang manusia yang mempunyai banyak keinginan, mengapa saya harus mengikuti aturanNYA dan harus meletihkan diri dengan ucapan Allah Allah.
Dari pertanyaan ini lah saya mulai berpikir, ada apa dibalik kalimat Allah dan mengapa hal ini menjadi sangat penting bagi umat Rasullullah.
Dari sudut pandang Duniawi, kalimat ini sangatlah penting, coba anda perhatikan arti dari kalimat Allah yaitu Tiada Tuhan selain Allah, dan yang saya ketahui Allah disini memiliki sifat 20 seperti antara lain wujud, qidam, baqa, ilmu dll.
Sehingga kalau saya mau artikan bahwa Segala yang Tiada akan menjadi wujud (20 sifat) seperti di katakan di dalam ayat lain bahwa Allah meliputi segalanya, artinya segala yang tidak saya miliki maka akan menjadi wujud dan di dalam mewujudkannya Allah akan mengutus Nur Muhammad yaitu bumi dan langit atau kebendaan yang dapat di inderakan dan dirasakan.
Selama kita meyakini Allah itu meliputi segalanya, maka segala keinginan kita yang tidak kita punyai akan kita miliki atau wujud atas izinNYA, dan dari sinilah saya memandang penting kalimat Allah, artinya Tuhan Maha Pemurah dan Kasih Sayang, hanya dengan menyebut kalimatNYA kita akan mendapatkan kesejahteraan di dunia dan juga di akherat atau di dapat disimpulkan cukuplah Allah bagiku.
Dan mengenai makna dari solat itu sendiri akan dijabarkan lebih lanjut dengan tema menutup 7 lubang di kepala, demikianlah sedikit penjelasan dari saya, dengan maksud dan tujuan untuk mendapatkan ridha dan tetap dekat denganNYA sesuai dengan warisan yang sudah diberikan oleh Rasullullah, tanpa mengatakan bahwa ajaran yang lain adalah salah sehingga kita dapat meyakini terhadap apa yang sudah kita pegang, semoga ulasan ini bermanfaat, semoga Allah memberikan kesejahteraan kepada Ruhaniah Rasullullah dan keluarganya yang seiman. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar