Pertemuan dengan guru yang Pertama,
saudaraku, satu ketika menawarkan
padaku,
"he.....mau ndak tak ajak
ngaji"
"Ya aku mau....",kataku.
Cuman gitu aja, ndak ada
kelanjutannya....
lewat sebulan,
aku ditanya lagi,
"Katanya kamu mau saya ajak
ngaji?", kata kakakku.
"Lho iyaa....aku
serius...kapan??"
Kakakku diam ndak ngomong lagi dan ndak
ada kelanjutannya lagi,
Lewat sebulan lagi,
aku ditanya lagi,
"Mau ndak saya ajak ngaji ???"
"Kurang ajar bener kakakku yang
satu ini", gumamku dalam hati,
Mulai tiga bulan yang lalu aku sudah
mengiyakan,
tidak ada kelanjutannya.
Sekarang dipancing lagi seperti itu.
Kugandeng lengannya, kutarik keluar.
"Ayo....sekarang juga
berangkat", kataku setengah memaksa.
Maka pergilah aku ke sebuah kampung,
Melalui gang-gang sempit,
Jalan terus naik menanjak,
Sampai jalan sudah tidak bisa dilewati
lagi,
Ada sebuah rumah, separo gubuk separo
tembok,
"Assalamualaikum", kata
kakakku.
"Wa alaikum salam", sahut yang
berada didalam.
Aku melangkahkan kakiku mengikuti
langkah-langkah kakakku.
Kulihat sosok seorang yang biasa,
Rapi, bersih, ndak ada satu
keistimewaanpun, tampaknya.
Memakai batik lengan panjang,
dengan kopiah seakan tak pernah lepas
dari kepalanya.
Tidak ada sesuatu yang aneh,
seperti layaknya tamu-tamuan,
suguhan-pun beliau keluarkan,
hanya diceritani sedikit-sedikit.
Masih kuingat ketika beliau menceritakan
hal itu.
"Di atas gunung masih ada gunung
lagi, di atas yang tinggi masih ada yang lebih tinggi lagi"
Beliau menceritakan perjalanan beliau
dalam mencari ilmu.
Dengan satu semangat,
apabila ada ilmu yang lebih tinggi dan
mendalam,
tentang ilmu Islam,
Maka beliau akan belajar di situ di
situ.
Tidak perlu kuceritakan panjang lebar,
hanya satu yang dapat kutangkap,
Semangat dalam mencari ilmu,
Semangat dalam menggali ajaran Islam,
mulai bayi di ayunan, sampai keliang
lahat,
walapun itu jauh ke negri Cina,
ilmu mestilah dicari dan di tempuh.
Mulailah aku diajar,
Masalah sholat, puasa dan dzikir,
Sebagai ibadah sentral untuk menuju
taqwa yang sebenar-benarnya taqwa.
Pulang dari situ,
aku sedikit termangu-mangu,
kupikir aku akan di ajari bahasa arab,
ALif, ba, ta,
Lho kok ternyata,
Disuruh puasa, sholat dan dzikir.
Kukerjakan apa yang beliau
perintahkan..........
COBAAN I
Di sekolah waktu itu, SMA,
Tiba-tiba terdengar kabar,
Ada orang dari Tasikmalaya,
Memberikan ajaran Islam yang tinggi dan
mendalam.
Bahkan, kata kabar burung,
Kepandaian orang yang menjadi muridnya,
diatas rata-rata.
Ada yang di IPTN, di bawah Habibi
persis,
Ada yang mampu menurunkan rumus terusan
dari teori relativitas Einstein,
Ada yang tidak pernah belajar bahasa
Inggris, tiba-tiba bisa,
Ada yang tidak pernah belajar bahasa
Cina, tiba-tiba bisa,
Hal itu (katanya) semata-mata karena
dekatnya orang tersebut dan murid-muridnya pada Alloh SWT.
Dengan semangat mencari ilmu yang lebih
tinggi,
Maka akupun belajar di guru tersebut.
Begitu masuk, kabar burung itu
kusaksikan sendiri,
Bahkan lebih hebat lagi,
Temen-temenku yang cewek-cewek,
dengan ringan dan entengnya,
omong-omongan dengan bahasa cina.
Mereka tidak gila,
semua dalam keadaan sadar.
Bahkan ada, istilahnya perang bintang,
Dunia halus (jin) dimasuki,
Yang suka ngganggu-ngganggu manusia
diperangi.
Dada mereka kadang bersinar (kalo` yang
ini katanya..he..he..),
tertulis tulisan "Laa ilaaha
ilalloh".
Tidak tanggung-tanggung,
Mereka mengatakan Alloh-lah yang
memberikan keistimewaan ini,
Tidak melalui Jibril, Tidak melalui
perantara malaikat lain, melainkan
Alloh-lah yang menyampaikan "ilmu
laduni" ini langsung.
Aku bersemangat sekali untuk bisa
belajar ilmu dari si orang Tasikmalaya ini.
Kudatangi tempat mengajarnya meski jauh
di luar kota,
Setelah beberapa lama kemudian
menyebabkanku berpikir.
Mengapakah begitu mudahnya keajaiban
kuperoleh di jalan ini???
Mengapakah di jalan yang sebelumnya itu
tak kuperoleh kejaiban-keajaiban seperti ini ????
Entahlah kenapa aku khok berpikir
seperti itu.
Kuingat kisah Nabi Muhammad,
Khotamul anbiya`,
Tidak ada Nabi lagi setelah beliau,
Manusia Uswatun Hasanah,
Teladan terbaik diantara manusia,
Qur`an berjalan,
Kenapakah beliau tidak banyak
mengeluarkan keajaiban-keajaiban seperti ini, tidak pernah kudengar ceritanya.
Kenapakah justru wali-walinya yang
banyak ada cerita keajaiban seperti ini,
Lihatlah Syech Abdul kadir jailani,
kadang sampai seolah melebihi Nabi Muhammad derajatnya,
Lihatlah seperti para wali sembilan,
Khok sepertinya lebih hebat dari Nabi
Muhammad,
Apakah keajaiban yang kusaksikan ini
bisa kujadikan patokan suatu kebenaran ?????
Pertanyaan-pertanyaan ini sangat
mengganggu pikiranku.
Aku mengakui, bahwa aku senang dengan
segala macam bentuk keajaiban yang ada,
Tapi, apakah bisa dipakai patokan suatu
kebenaran.
Dasar yang dipakai di ajaran si Tasik
ini juga Qur`an Hadits,
Tidak ada yang menyimpang ajarannya,
Syari`at juga dikerjakan,
Tapi apakah ini yang aku cari,
tidak adakah yang lebih mulia dan tinggi
dari pada ini ?????
Teringatlah aku bahwa Muhammad diutus
adalah untuk menyempurnakan akhlak.
Keajaiban-keajaiban lebih banyak
ditampilkan oleh Nabi Isa a.s.
Tapi mengapakah Nabi Muhammad adalah
Nabi pilihan di antara 25 Nabi dan Rosul ?????
Bahkan derajatnya melebihi Ibrohim,
melebihi Nuh, melebihi, Sulaiman yang Kaya Raya, melebihi Isa yang menghidupkan
orang mati,????
Mengapakah ???
Pertanyaan-pertanyaan itu kembali
membuatku untuk meneliti kembali tujuanku dalam berguru.
Ya........saat bertemu guruku yang
pertama, aku diingatkan akan tujuan,
yaitu taqwa yang sebenar-benarnya taqwa,
Sedangkan yang sekarang, aku telah
tergoda untuk satu tujuan,
Kehebatan, kesaktian, kemukjizatan,
keajaiban.....
Ya...Alloh. ampuni aku,
aku ternyata telah memundurkan
kemajuanku sendiri.
Apa bedanya saat aku malang-melintang di
dunia persilatan (maaf pinjam istilahnya Kho ping hoo..he..he..).
Bukan ini yang menjadi tujuanku.
Aku bergerak menginggalkan teman-temanku
yang tenggelam dalam keajaiban dan kemukjizatan.
COBAAN II
Masih di SMA,
Kudengar lagi ada orang yang mengajarkan
Islam yang tinggi dan mendalam.
Kudatangi, dengan semangat mencari ilmu
yang lebih tinggi dan dalam,
Apa yang kusaksikan,
Wah-wah.............
ternyata tidak berbeda dengan ilmu-ilmu
tenaga dalam yang pernah kuikuti.
Orang mukul dari jauh, bisa terlempar
sendiri.
(mirip ilmu `kontak`, Banten, mirip ilmu
pukulan `tanpa bayangan` di komik...he..he..)
Benda-benda bisa diangkat dari jauh,
(mirip Telekinesis)
Hanya saja, di sini, lebih banyak
berteman dengan jin.
Bukan masalah apa.....
Cuman aku aslinya takut berteman dengan
Jin.....
hi..ngeri.. (he..he..he..)
Kutinggalkan temenku yang asyik di situ.
Tak kusadari, cukup lama juga aku sering
ke Guruku yang pertama,
ndak ada yang istimewa,
Cuman disuruh puasa, sholat, dan dzikir,
itu saja.
Dan ndak ada keajaiban-keajaiban yang
ditampakkan.
Hanya kadang ada lintasan dalam
pikiranku....
Eh....sekarang (sejak aku belajar di
guruku yang pertama),
sedikit-sedikit khok jadi berpikir
yaa.......
Meragukan yang ada....
Meragukan yang tampak......
Bahkan....
Meragukan apa yang diajarkan oleh guruku
yang pertama itu.
Aku tidak merasakan adanya perubahan dalam
keyakinanku,
Aku juga tidak merasakan adanya
perubahan dalam perilakuku,
Aku hanya merasakan,
Bahwa sedikit-sedikit aku sekarang
seneng berpikir.
Pertemuanku dengan Guru yang ke dua.
Masih kuingat siapa yang mengatakan,
" Sekarang menjadi PECINTA
ALAM"
"Nanti menjadi PECINTA PENCIPTA
ALAM",
Akupun berangkat untuk berguru pada
beliau.
Lebih biasa dari si guru pertama,
Pakaian biasa, rapi, bersih, dan kopiah
di kepala,
Kedatanganku ke beliau tidak disambut
dengan cerita agama,
atau ceramah,
atau diberi pelajaran,
tidak........
Hanya di tanya seputar nama, alamat,
sekolahnya dimana,
Tidak ada omongan yang nyentuh agama
(nurut aku waktu itu),
Hanya yang agak mengherankan aku,
Ketika ada beberapa orang tamu setelah
aku,
Seakan beliau sudah mengenal benar dan
mengenal lama si tamu.
Padahal omong-punya omong,
Pertemuan si tamu dengan Beliau, kurang
lebih ada sepuluh tahun yang lalu dan baru waktu itu saja dia bertamu atau
bershilaturrohmi dengan Beliau.
Kukikis keanehan-keanehan seperti itu
dnegan meyakinkan pikirku,
Bahwa memang Beliau masih ingat akan si
tamu.
Tapi tak lama kemudian akal pikirku
digoyahkan dengan tamu-tamu berikutnya,
Seolah semua dikenal dengan baik oleh beliau,
Seolah semua adalah sahabat dekat dengan
beliau,
atau.......
Seolah beliau mengetahui benar siapa
tamu-tamunya,.
atau.....
akal pikirku kutekan,
Seolah beliau mengetahui dengan benar
tiap-tiap orang yang ada di situ.
Setelah waktu shilaturrohmi kurasa
cukup, akupun meninggalkan tempat beliau,
Jauh--jauh diluar kota,
disebuat desa yang menjadi pembatas
dengan kecamatan lain,
kutemui sosok guruku yang kedua itu.
berbekal do`a beliau,
Aku melangkahkan kaki meninggalkan
bangku SMA di sebuah kota dingin di Jawa Barat.
Menuju kota
Pulang dari rumah beliau,
Guruku yang kedua,
Masih diperjalanan,
Tiba-tiba aku kepingin pergi ke toko
buku.
Aku tak tahu kenapa kok tiba-tiba
kepingin ke toko buku,
Aku tak tahu ngapain juga di toko buku,
Aku juga ndak berpikir jauh,
kenapa setelah shilaturrohmi dengan
beliau,
kepinginanku untuk ke toko buku muncul.
Kubeli sebuah buku yang berjudul
Muhammad karya Haekal Muhammad.
Sampai dirumah kubaca-baca beberapa
bagian di tengah, di akhir,
Sampailah ada hal yang menarik
perhatianku.
Bahwa Qur`an terjaga benar
keotentikannya mulai Nabi Muhammad, sampai sekarang,
Baikpun itu keotentikan secara ilmiah,
ataupun secara sejarah.
Karena di dalam buku itu diceritakan,
Sejak wahyu turun dari malaikat Jibril
pada Muhammad,
dan disampaikan oleh Nabi Muhammad pada
sahabat-sahabatnya,
Sebagian sahabat menghafal, dan sebagian
sahabat lagi menulis, atau mencatatnya.
Setelah Muhammad wafat,
Umar mengusulkan pada Kholifah Abu Bakar
Shiddiq,
untuk mengumpulkan Qur`an komplet,
dengan pertimbangan mumpung
penghafal-penghafal Qur`an masih ada dan sahabat yang mencatat masih banyak.
Maka dilakukanlah pencatatan Qur`an
dijaman ke Kholifahan Abu Bakar Shiddiq yang pertama,
Setelah dicrosscheck-an dengan para
sahabat hafidz qur`an dan dicrosschek-an dengan pencatat Qur`an.
Ketika sahabat akan juga mencatat hadits
Nabi, Abu Bakar tidak menyetujuinya, mengingat Nabi sendiri bersabda,
"Jangan mencatat apa yang kusampaikan tapi qur`an itu catatlah".
Sungguh suatu perintah yang bijaksana
untuk menjaga kemurnian al Qur`an dari campuran hadits Nabi, maupun dari
campuran hadits Qudsi. Karena Qur`an adalah murni wahyu ilahi yang
diperintahkan untuk ditulis, murni sebuah kitab dengan susunan-susunan
tertentu.
Barulah kurang lebih seratus tahun sejak
wafatnya Nabi, barulah hadits-hadits Nabi dicatat, dengan berbagai macam versi.
Ada yang memang versinya menyampaikan
apa adanya yang disampaikan Nabi,
Ada yang memang versinya disusupi
politik dikalangan Mu`awiyah,
Ada yang memang versinya benar, tapi
yang menyampaikannya pelupa,
Dan mulailah ada sebagian hadits Nabi
susupan dari agama lain untuk menghancurkan ajaran Islam.
Inilah kenyataan yang ada.
Sehingga karena banyaknya hadits-hadits
yang palsu, maka para intelektual Islam, ahli hadits, melakukan pemilahan,
Pemfilteran, pemilihan, mana hadits
sokheh mana yang tidak dengan batas kemampuan seorang manusia.
Tapi sesokheh apapun yang disampaikan,
jelaslah patokannya adalah Qur`an.
Semua orang di dunia mengatakan itu
hadits sokheh, tetapi kenyataan bertentangan dengan Qur`an,
maka pastilah kutolak hadits tersebut.
Dalam pengertian bahwa, Nabi Muhammad
SAW, pastilah tidak pernah menyampaikan sesuatu yang bertentangan dengan
Qur’an.
Qur`an-lah patokan yang terjaga
kebenarannya,
Sedangkan hadits, kita masih
memilah-milahnya.
Dan yang benar, barulah bisa kita pakai
patokan untuk menerangkan sebuah kebenaran.
Aku jadi teringat dengan pelajaranku
waktu di SD dulu,
Ada hadits Nabi yang mengatakan bahwa
Nabi Isa akan turun lagi di akhir Jaman. Katanya hadits sokheh .
Maka waktu itu pikirankupun berontak.
Qur`an mengatakan bahwa Nabi Muhammad
adalah Khotamul anbiya`
Penutup para Nabi,
Lha kalo` Nabi Isa turun lagi,
bukankah itu berarti ada Nabi lagi
setelah Muhammad???,
Memang benar,
sepertinya hadits tersebut adalah dari
umat Islam, karena ada keterangan lanjutan,
Bahwa Nabi Isa akan turun untuk
mengatakan pada orang-orang kristen, bahwa ajaran mereka salah dan yang benar
adalah ajaran Islam.
Bukankah seolah-olah hadits itu adalah
menguntungkan bagi umat Islam ?
Tapi………
Pertanyaan waktu SD kupertanyakan lagi,
Nabi Isa adalah utusan ALloh.
Beliau (seandainya turun lagi) membawa
tugas baru atau tugas lama ???
Kalau beliau membawa tugas baru, berarti
beliau dalam kapasitas sebagai Nabi baru, jelas bertentangan dengan al Qur`an.
Kalau membawa tugas lama, berarti jelas
bertentangan dengan Muhammad khotamul anbiya, jelas bertentangan dengan Qur`an,
karena seluruh tugas kenabian ditutup
dan disempurnakan oleh Muhammad sang Nabi yang terakhir.
Jangan-jangan.....
Pikiran saya waktu itu,
Kalau hadits itu kita anggap benar,
maka bukankah itu membenarkan kalau Nabi
Isa adalah Juru Selamat bagi seluruh umat manusia ???
Bukankah sama artinya kita membenarkan
ajaran umat Kristen,
bahwa YESUS adalah Juru selamat ???????
Subhanalloh.....
Padahal Muhammad-lah Nabi yang
diperuntukkan seluruh Alam (Rohamatan lil alamin)
Jelas sudah hadits yang katanya sokheh
ini bertentangan dengan iktiqod dalam Qur`an.
Tapi kemudian,
aku melakukan perjalanan dengan bertanya
ke beberapa ulama,
Mayoritas, (kalau tidak boleh dikatakan
semua), berpandangan tetap,
bahwa mereka juga meyakini Nabi Isa akan
turun di akhir Jaman,
Beberapa orang saja yang berangkat dari
Jawa sini, mengatakan dalam istilah lain, akan ada Imam Mahdi yang akan turun
di akhir jaman.
Satu yang kuingat,
hadits nabi yang mengatakan,
"Penghuni sorga adalah orang-orang yang sedikit", dikuatkan lagi
dengan hadits,"Nanti banyak umatku yang sholat tapi sebenarnya tidak
shlat, puasa tapi sebenarnya tidak puasa hanya mendapatkan haus dan lapar
saja","Nanti umat Islam akan seperti buihnya air samudra, tidak ada
isinya, hanya buihnya saja".
Satu yang kupegang waktu itu,
Silahkan saja seandainya ada yang tetap
berpendapat seperti itu tentang turunnya Nabi Isa, Itu hak keyakinan mereka.
Tetapi aku takut memiliki iktiqod yang
menyimpang dari ajaran Qur`an.
Muhammad khotamul anbiya`.
Nanti......
ketika aku di Perguruan tinggi,
ketika aku 4 tahun lebih..........
4 tahun lebih bersahabat dekat dengan
orang Kristen.........
aku memiliki tambahan informasi bahwa
memang hadits tersebut adalah susupan dari orang-orang Kristen yang ahli
Islamologi (ahli ilmu Islam), dan memang misinya adalah untuk merubah iktiqod
Islam.
Bertemu Orang Kebatinan I
Pertemuanku dengan orang kebatinan ini,
beberapa minggu sebelum hijrahku ke kota
S.
Dan diskusi, transfer ilmu ini,
berlangsung selama beberapa waktu.
Dari beliaulah, aku mengenal
keterangan-keterangan masalah
4 dulur, limo pancer, masalah nrimo,
masalah tirakat, masalah Imam Mahdi, masalah ilmu-ilmu Jowo.
Ada yang namanya "Ngrogoh
Sukmo",(memanfaatkan jiwanya orang lain)
Ada yang namanya " Pati geni "
(memanggil 4 dulur)
Ada yang namanya " Pancasona".
(mati, nyentuh tanah bisa hidup lagi)
Ada yang dulu sudah kukenal
"Prewangan" (memakai bantuan Jin)
Ada yang namanya ilmu
"Bunglon", kalau nyentuh daun, maka hilanglah orang tersebut dari
pandangan.
Ada yang katanya ilmu tinggi "ilmu
Sangkan Paraning Dumadi"
"Sopo siro sopo Ingsun"
Tingkatan tertinggi menurut beliau
adalah tingkatan "Panembahan sejati", syariat agama Islam tetap
dilakukan, tapi "Manunggaling Kawulo lan gusti",
Orang-orang Kejawan atau Kebatinan,
mereka adalah orang-orang yang senang Dzikir dan Puasa,
Tirakat kata mereka.
Hanya masalah sholat yang dipahami ala
kadarnya,
Atau bahkan sebagian besar tidak
menjalankannya.
Menurut mereka "Eling" pada
"Gusti kang Murbeing Dumadi" adalah pokok dan sentral.
Entahlah pikiranku kembali
berjalan............
Kucari keterangan-keterangan dari orang
yang lain,
kucari keterangan-keterangan dari
literatur-literatur,
Dan tampaklah,
Sebenarnya ada dua golongan besar di
dalam ajaran Kejawen atau Kebatinan.
Satu,
yang sebenarnya merupakan murid-murid
para wali di tanah jawa ini, yang mengerjakan ajaran Islam dengan lebih dekat
dengan kebudayaan Jawa. Kadangkala ini kita sebut Kejawen atau Kebatinan juga.
Dua,
Adalah anak turun ajaran dari pengikut
Syech siti Jenar,
Mulai Sabdo Palon sampai sekarang.
Orang-orang kebatinan atau Kejawen ini,
yang kenyataannya memang tidak menjalankan syariat ajaran Islam sebagaimana
mestinya.
Tapi satu hal yang perlu kita acungi
jempol,
Mereka adalah ahli tirakat,
Sehingga kalau berbicara dengan
orang-orang ini masalah pengalaman spiritual yang aneh-aneh,
Sudah-lah, mereka lebih banyak
pengalaman di masalah itu.
Mulai urusan keris, batu-batuan,
mantra-mantra, alam jin,
keajaiban-keajaiban, lintasan cahaya
dari langit, dan lain sebagainya.
Satu contoh, yang pernah disampaikan
kepadaku oleh beliau,
Yaitu ilmu "Pati geni",
7 hari puasa mutih, di hari terakhir
tidak boleh tidur, dan "pati geni", atau memadamkan semua lampu atau
sinar yang ada.
Maka pada waktunya, akan hadir dihadapan
kita persis diri kita sendiri, tapi ukurannya agak kecil.
Dan biasanya kita kemudian ditanya,
"apa yang kita inginkan".
Bila kita menjawab, maka diberinyalah
kita apa yang kita minta,
misal, kekebalan, kesaktian, dll.
Jangan keliru paham, ini bukan jin,
bukan pula malaikat, tetapi sebenarnya memang ini adalah diri kita sendiri. (4
dulur) atau saudara kita dari yang 4.
Kelak dikemudian hari barulah kupahami
bahwa itu didalam Islam dinamakan Jisim Latif. Atau jasad halus kita.
Bertemu dengan orang kebatinan 2
Sudah di kota S kujalani beberapa lama,
sampai satu ketika,
ada seminar masalah Keris di sini.
Dihadiri oleh salah satu tokoh politik
dan sekaligus tokoh kebatinan di Indonesia,
dan beberapa orang yang terlihat sepuh
di masalah kebatinan.
Setelah acara seminar tentang keris
selesai, di akhir session, dengan lesehan, orang-orang pada berkumpul,
berdiskusi, omong-omongan dengan tokoh-tokoh kebatinan tersebut.
Aku mengikutkan diri di situ.
Di situlah, cerita-cerita tentang
ketinggian ajaran kebatinan disampaikan.
Baikpun oleh satu tokoh sentral itu,
maupun oleh tokoh-tokoh tua di situ yang
aku tidak mengenalnya satu persatu.
Tapi sedikit mengecewakan aku,
kenapakah cerita-cerita mereka seputar
pengalaman spiritual mereka, yang aneh-aneh ???????
Khok rasanya hanya itu dunia mereka.
Kenapakah ketinggian suatu ilmu diukur
dengan kesaktiannya ????
Tapi yang agak menggelikan adalah.....
Tokoh sentral kebatinan itu sendiri
ternyata tidak mampu mengendalikan keris yang dimilikinya. Dia bercerita
sendiri tentang itu.
Aku jadi teringat pemikiranku di SD
dulu,
Bahwa manusia adalah makhluk yang mulia,
derajatnya melebihi semua makhluk,
bahkan malaikatpun tunduk bersujud
kepada Adam.
Tapi kenapa dengan keris yang memang
(katanya) ada isinya itu, manusia bisa kalah ????
Lha ini khok ndak cocok rasanya ???
Mestinya manusia-lah yang memerintahkan
si keris, atau memerintahkan makhluk lain, atau memerintahkan malaikat, dlsb
???
Dari situlah, aku mulai berpikir,
di dalam ajaran Islam disampaikan bahwa
Manusia itu makhluk yang mulia,
yang derajatnya melebihi seluruh makhluk
dan seluruh alam yang diciptakan oleh Alloh SWT.
Lha tapi di Kebatinan ini khok ada
manusia kalah sama kerisnya sendiri ???
Maka,
Dari pertemuanku dengan beberapa tokoh
kebatinan itu, dan sebelum itu, kemudian dengan proses pikir dan rasa yang
mencukupi selama beberapa waktu, membukakan pikiranku bahwa menurutku, Islam
masih lebih tinggi ajarannya dibandingkan dengan kebatinan atau kejawen.
Pulang dari seminar, lewat beberapa
hari,
Takdir mendamparkanku kembali untuk
bertemu dengan orang kebatinan.
Tapi kali ini agak lain.
Aku tidak sempat bercakap-cakap dengan
beliau,
Hanya dipinjami satu buku.
Ketikan beliau sendiri,
Sebuah dialog antara beliau dengan Alloh
(katanya).
Masih tersimpan dengan rapi fotokopian
dialog tersebut.
Sampai sekarang masih kusimpan.
Setelah begitu menerima aku pelajari,
Dan tiap kali aku bertanya pada diriku
sendiri,
Benarkah beliau berdialog dengan ALloh
secara langsung ????
Jangan-jangan tipuan.....
Jangan-jangan bukan Alloh...
Jangan-jangan hanya Malaikat Jibril,
Jangan-jangan hanya malaikat saja,
Jangan-jangan bukan dengan Alloh,
jangan-jangan hanya tipuan Iblis yang
menyaru saja,
jangan-jangan hanya bisikan jin
perikayangan saja.....
Seabrek pertanyaan-pertanyaan itu
kusingkirkan,
dengan menghormati keyakinan beliau,
aku mulai membaca dialog beliau dengan
Alloh (?)
Kucocokkan dengan apa yang ada di
Qur`an,
Subhanalloh.......
Seolah tidak ada yang bertentangan
dengan Qur`an.....
menurut pemahamanku waktu itu.......
Mungkin saja Alloh telah berdialog
dengan beliau beneran,
Mungkin saja beliau telah berdialog
langsung dengan Alloh,
Kubaca berulang-ulang dialog itu,
Maka disitulah, baru tampak kedalaman
dari si penulis.
Aku tetap tidak berani ngeklaim bahwa
orang tersebut tidak berdialog dengan Alloh, maupun sebaliknya, akupun tidak
berani ngeklaim bahwa orang tersebut bener-bener berdialog dengan Alloh,
Tapi mayoritas kebenaran-lah yang ada,
kukatakan mayoritas,
karena ternyata, beberapa hal secara
pemahaman, masih kutemui
kejanggalan-kejanggalan,
atau perbedaan-perbedaan dengan masalah
iktiqod ajaran Islam.
bagi yang mau kopian dialog orang
tersebut dengan Alloh, masih ada di saya.....
Bertemu guru ke IV
Di sebuah kota, jauh dari kota
Metropolis,
perjalanan kurang lebih satu setengah
jam,
kutempuh juga untuk mencari ilmu,
Seorang sosok yang tampak tenang,
pendiam,
tidak terlalu serius,
dan tidak terlalu santai,
Biasa, rapi, berjas, bersepatu,
kadang memang hanya memakai sarung saja
dengan baju kaos.
Dari beliaulah,
ajaran-ajaran yang rumit dari ajaran
tasawuf kuperoleh,
Masalah peningktan daya ketuhanan,
Masalah peningkatan kesadaran,
Masalah keseimbangan Jasmani dan Ruhani,
Rahasia-rahasia di dalam sholat,
Ayat nur, Martabat tujuh,
Mengenal dan memerintahkan pasukan
Alloh,
Para malaikat, alam semesta, dan masih
banyak lagi yang tidak bisa kusebutkan satu persatu di sini.
Di sinilah aku terbengong-bengong
menyaksikan,
begitu tingginya ajaran Islam.
Satu contoh,
begini keterangannya, Alloh Maha Ghoib.
Antara jasmani kita dengan Alloh itu
berpuluh juta lapis keghoiban.
Antara Nabi Muhammad yang diantar oleh
Jibril, sampai Jibril tidak sanggup mengantarnya kembali, itu masih ada 70.000
lapis keghoiban menuju Alloh.
Bisa dibayangkan, jarak 70.000 lapis
keghoiban itu oleh Jibril dikatakan,"Seandainya sejengkal saja aku
melangkah ke batasan ini, niscaya aku akan lenyap dan tidak bisa kembali lagi.
Maka Muhammad berjalanlah sendiri engkau tanpa aku dari sini menuju Alloh,
Alloh sudah memperjalankanmu."
Nah, Apa-apa yang pernah kualami pada
waktu aku berguru dalam hal ilmu fisik, adalah murni ajaran untuk meningkatkan
daya fisik.
Kemudian, begitu aku dulu beranjak untuk
meningkatkan ilmu tenaga dalam, maka masuklah aku ke dalam ilmu fisik yang
halus.
Itulah tingkat keghaiban yang awal.
Tingkat keghaiban di atasnya sedikit
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu yang menampakkan
keanehan-keanehan, keajaiban-keajaiban, yang masih dapat ditangkap oleh panca
indra.
Misal, ada orang bisa mengeluarkan api
dari tangannya, bisa berjalan di atas air, bisa terbang, dll, itu adalah
tingkat keghoiban yang sedikit di atas tingkat keghoiban awal.
Yang dayanya sedikit di atasnya, maka
akan nampak kemampuan perubahan di alam semesta ini, perubahan kejadian alam,
tapi masih dapat ditangkap oleh panca indra.
Contoh tingkat keghoiban yang jelas di
atasnya adalah, yang tidak bisa ditangkap panca indra.
Contoh,
"Susah" itu ada kenyataannya,
tapi tidak bisa diceritakan melalui bahasa panca indra,
"Senang" juga ada
kenyataannya, tapi tidak bisa ditangkap oleh panca indra, itu adalah contoh
yang sederhana untuk keghoiban yang agak tinggi.
Sebab itulah, biarkanlah orang yang
terjebak dalam keghoiban tingkat awal, asalkan kita tidak terjebak di situ.
Silahkan engkau ajaak-ajak berdakwah,
tapi janganlah memaksa,
kalau seseorang itu masih senang
bergelimang dengan tingkat keghoiban yang rendah, biarkan saja.
Sampai kapankah engkau akan sampai pada
tujuanmu yaitu Alloh semesta alam. Kalau engkau masih tergoda dengan segala
macam permainan ini.
Perjalanan masih jauh.........
ingatlah itu........
Bertemu dengan thoriqoh- thoriqoh lain
Jika ada 1000 kepala,
Maka akan ada 1000 tafsiran Qur`an,
Jika ada 1000 pemikir dan penafsir,
Maka jangan disalahkan bila akan ada
1000 arti dari satu ayat.
Setiap orang bisa saja memakai
dalil-dalil Qur`an dan Hadits Nabi,
Jangankan orang Islam sendiri,
antara golongan dalam Islam,
Bahkan non Islam-pun yang hafal
Al-Qur`an, Hadits, dan kitab-kitab kuning-pun banyak.
Kebenaran ternyata sulit untuk di
buktikan.
Secara perlahan-lahan, melalui
praktek-praktek kenyataan, kutempuh juga pembuktian kebenaran itu.
Satu ketika, pernah ku bertemu dengan
seorang tokoh, seorang yang rajin beribadah malam, dzikir, puasa,
Kupelajari apa-apa yang diajarkan
olehnya,
Sungguh hebat,
Dalam waktu singkat, setiap orang
diproses untuk berhadapan dengan kebenaran,
Tiap hari ditarget untuk memproses diri,
tiap malam tahajud tak pernah lupa,
Hanya masalah keseimbangan yang tidak
kucocoki.
Keseimbangan antara proses diri tiap
individu yang bersifat evolusi, dihadapkan dengan proses revolusi dalam ruhani.
Aku merasakan ketidak cocokan.
Kutinggalkan pengajian ruhani itu.
Aku berjalan lagi bersama seorang teman,
Kuperkenalkan padanya,
seorang guru yang relatif masih muda,
Tiap hari puasa,
tidak lagi puasa sehari, kemudian
berbuka, tidak,
tetapi tiap hari berpuasa.
Engkau yang tidak memahami bisa saja
menyalahkan,
Aku sendiri tidak berani menyalahkannya,
Jalan yang di aku sendiri tidak
kucocoki.
Kutinggalkan pengajian itu,
sementara temanku sampai sekarang masih
tetap belajar di pengajian tersebut.
ya....12 tahun lamanya sampai sekarang,
Beliau temenku masih tetap menjaga
puasanya tiap hari sampai sekarang......
Salut untuk beliau.
Teori-teori sedikit demi sedikit
kutambahkan untuk kemudian kutinggalkan.
Adu dalil-adu dalil sedikit demi sedikit
kutinggalkan.
Qur`an adalah peta,
Qur`an adalah petunjuk,
hudalinnas,
hudalilmuttaqin,
Bagaimanakah seandainya sudah sampai di
tujuan ?????
Perlukah lagi petunjuknya ?????
he..he..he...jangan disalah
pahami......sulit yaa........
ngaji tasawuf.......
Ibarat peta, tujuan tiap-tiap ayat ada,
sehingga tiap saat, Qur`an tetap kita perlukan untuk menunjukkan arah jalan
kita.
Qur`an adalah kumpulan kesimpulan dari
proses ruhaniyyah Nabi Muhammad,
Sekarang kita memilikinya,
berarti itu akan memudahkan jalan kita.
Tidak malukah engkau bila menggunakan
ayat-ayat-Nya ???
Hanya sekedar agar pendapatmu dipercaya
oleh orang lain ?????
Apalah artinya bagi orang yang sudah
mengalami ????
Apalah artinya bagi orang yang sudah
merasakan ????
Apalah artinya bagi orang yang sudah
mencapai ????
Kalau hanya dalil-dalil mati yang kau
pergunakan.!!!
Berhati-hatilah...............
Perjalananmu masih jauh,
Jangan kau terjebak di sini.............
Kembalilah hijrah dan
berjalan..................
Muhammad menantimu........
Jibril terus
mengantarkanmu...................
Alam semesta membantumu.............
Jangan pindahkan tujuanmu ke yang lebih
rendah........
ALLOH adalah tujuanmu............
[11]
Bertemu dengan thoriqoh-thoriqoh lain II
Satu ketika pernah, aku bertemu,
Seorang murid dari thoriqoh lain.
Yang juga sama sepertiku......
Mencintai yang namanya kebenaran
dimanapun adanya.
Mulailah keterangan-keterangan kuberikan
pada rekan-rekannya yang membutuhkan.
Semua senang, semua bisa memahami,
Tapi.......
Penyakit lama kambuh juga,
Para senior di dalam thoriqoh tersebut
tidak bisa menerimanya,
Seorang yang diluar thoriqohnya telah
berani-beraninya memberikan pengertian-pengertian,
pemahaman, pemahaman. Seolah
keseniorannya tidak kuanggap.
He...he...he....begitulah kenyataannya,
kekuatan golongan menyebabkan kesempitan
dalam berpikir,
Aku di datangi 4 orang dari seniornya...
Bangun tidur tidak terus mandi......
tapi terus diskusi dengan adu kebenaran,
maunya mereka .........
Tapi apalah artinya kalau yang
diinginkan adalah menang kalahnya suatu pendapat ??????
Ndak ada artinya buat aku,
Lebih baik sekalian saja ........
Kupertanyakan pada mereka hal-hal yang
memang belum pernah masuk dipemikiran mereka............
he..he..he....
"Engkau menyembah siapa ?"
tanyaku,
"Alloh " jawabnya.
he..he..he...
"sama kayak jawabannya orang kafir
", kataku lagi......
mereka emosi......
"orang kafir itu tidak percaya pada
Alloh, mereka tidak menyembah ALloh", tangkis mereka...
he..he..he...kubuka al Qur`an, kusuruh
mereka membaca sendiri,
"Jika engkau bertanya pada orang
kafir (Quraisy) siapakah tuhan mereka, mereka akan menjawab Alloh, yang
menciptakan langit dan bumi".
"Kalau begitu", kata mereka,
"Aku menyembah Alloh yang
menciptakan aku dari tanah"
"He...he..he...kayak omongannya
Iblis", kataku lagi
mereka tambah emosi,
Kubukakan Qur`an, kusuruh mereka membaca
sendiri
"Iblis mengatakan, bukankah Engkau
menciptakan aku dari Api, sedang Adam dari tanah ?"
"Lalu"...kata mereka......
"Apa ada orang yang tidak menyembah
Alloh ?" tanya mereka.
" Ada", jawabku.
"Siapa" kata mereka lagi
he...he...he....
"Aku tidak menyembah ALLOH",
kataku agak keras.
Logika mereka pusing....
akal tidak mau menerima.....
Kebenaran yang sulit diterima tapi kok
ndak bisa mbantah.....
he..he..he..
Biarlah.....ndak ada artinya buat
diriku.....
Kalau mereka mau mengerti.....
keuntungan sebenarnya adalah buat mereka
sendiri.
kutinggalkan mereka untuk pergi
kebelakang.
Aku mandi pagi....
alangkah menyegarkannya air pagi
hari............
Selesai bagian ke dua.
Bertemu sang Guru.
Pertemuanku dengan sang Guru,
kalau saya pikir-pikir lagi sungguh
aneh,
Bagimana tidak aneh,
Aku sama sekali tidak pernah memimpikan
bertemu dengan orang seperti beliau,
tapi kenyataannya kok ketemu......
Tidak akan ada kata yang bisa kupakai
untuk menggambarkan beliau,
Tidak ada kata indah yang dapat mewakili
beliau,
Hanya satu saja yang dapat kusampaikan,
"Akhlakul Karimah".
Beliaulah yang mengajarkan padaku
hakekat Muhammad,
Beliaulah yang mengajarkan padaku
hakekat Makrifat,
Beliaulah yang mengajarkan padaku
hakekat Tauhid..,
Ya...dari beliaulah aku belajar Tauhid
yang dalam kenyataannya sungguh sangat rumit.
dari beliaulah aku belajar untuk
mengenal para malaikat,
Jibril, Mikail, Isrofil, Izro`il,
yang kemudian harus kutinggalkan.
dari beliaulah aku mengenal beliau,
untuk kemudian harus kutinggalkan.
dari beliaulah aku belajar mengenal para
auliya, ulama, syuhada, para mukmin,
yang kemudian harus kutinggalkan,
dari beliaulah aku belajar mengenal
sahabat-sahabat Nabi Muhammad dan ahli bait beliau yang suci-suci,
untuk kemudian harus kutinggalkan,
dari beliaulah aku mengenal para Nabi
seluruh Nabi,
untuk kemudian juga harus kutinggalkan,
dari beliaulah aku mengenal Muhammad,
untuk kemudian juga harus kutinggalkan.
ndak ada artinya aku mengkultuskan
beliau sang Guru, karena kenyataan yang diajarkan padaku melebihi segala apa
yang pernah di dengar oleh telinga, dipandang oleh mata, dirasa oleh indra
perasa, dibaui oleh indra pembau dan dikecap oleh indra pengecap.
Beliaulah yang mengajarkan kepadaku
memerdekakan diri dari penjara-penjara, sangkar-sangkar burung yang sekarang
kuhuni.
ilmu yang sudah kuperoleh tidak pantas
dibandingkan dengan sang Guru.
ibarat bumi paling dasar, dan langit
paling atas,
yaa...itulah ibarat yang dengan
sebenarnya dapat kusampaikan,
ilmu yang sudah kuperoleh selama ini,
dengan ilmu beliau,
sungguh,
bak satu tetes air dibandingkan samudra
lautan tanpa tepi,
bak sebutir pasir dibandingkan dengan
pasir di lautan padang pasir.
Kuhentikan penyampaian ini untuk
menghindari kamu berpikir yang bukan-bukan terhadap sang Guru.
Mungkin saja engkau berpikir aku
mengkultuskan sang Guru,
mungkin saja engkau berpikir aku memuja
sang Guru,
Mungkin saja engkau berpikir aku terlalu
meninggikan sang Guru.
Silahkan saja engkau berpendapat
demikian.
Sesungguhnyalah sang Guru adalah manusia
biasa,
yang telah mampu mencontoh Muhammad sang
Nabi-Nya.
Selesai bagian kedua.......
Terima kasih, sangat mencerahkan.
BalasHapus